Thursday, July 31, 2014

Cara Memilih Asuransi Kesehatan?

Memilih asuransi kesehatan yang benar tidak pernah mudah, dan hukum mengenai kesehatan telah membuat hal-hal yang lebih rumit — terutama bagi mereka yang memilih antara rencana yang disediakan oleh majikan mereka di tempat kerja. Selain memilah-milah perbedaan premi, deductible, dan copayments, Anda perlu mempertimbangkan ketentuan-ketentuan baru dalam hukum yang telah baru-baru ini dapat mempengaruhi Anda cakupan untuk tahun mendatang. Tips berikut dapat membantu Anda dari kebingungan, dan membantu Anda memilih rencana yang tepat selama musim terbuka pendaftaran.
1. Cari tahu asusransi yang Anda butuhkan
2. Tentukan jenis rencana terbaik sesuai dengan kebutuhan Anda. Pada umumnya ada tiga jenis rencana: organisasi pemeliharaan kesehatan (HMO), organisasi penyedia PREFEREN (PPO) dan rencana point-of-service (POS). HMO mengharuskan Anda menggunakan dokter dalam jaringan tertentu, memberikan Anda fleksibilitas kurang tapi lebih biaya terjangkau.PPO memungkinkan Anda untuk tinggal di jaringan atau pergi keluar dari jaringan untuk biaya Hefner; berani biaya biasanya lebih tinggi untuk PPO’s dari untuk HMO’s. POS rencana menggabungkan unsur HMO’s dan PPO’s. Mereka memberi Anda pilihan untuk membayar lebih untuk menjelajah keluar dari jaringan, tetapi biasanya membutuhkan Anda untuk memilih dokter perawatan primer dalam jaringan dan mendapatkan arahan dari dokter itu sebelum melihat setiap spesialis.
3. mengidentifikasi perubahan sebelum re-enrolling. Yang bisa menyelamatkan Anda dari berurusan dengan biaya tak terduga jika manfaat Anda telah berubah. Cakupan untuk tertentu layanan seperti perawatan chiropractic telah menghilang, atau biaya meliputi pasangan Anda mungkin telah meningkat. Jadi itu bisa membayar untuk mengubah rencana.Lebih mungkin, premi bulanan Anda sudah naik, karena meningkatnya biaya kesehatan.
4. membuat penyesuaian untuk paket Anda saat ini atau mempertimbangkan beralih.Memperhitungkan Apakah kebutuhan Anda telah berubah. Jika Anda merencanakan sebuah keluarga, Anda mungkin perlu manfaat melahirkan, misalnya, atau mungkin Anda ingin menambahkan anak dewasa kembali ke asuransi Anda. Semua rencana sekarang diperlukan untuk menutupi anak sampai usia 26. Anak-anak dewasa, seperti orang-orang di bawah 18, tidak lagi dapat ditolak untuk memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya seperti asma atau kanker.
5. faktor dokter favorit Anda. Sebelum pemilihan rencana yang berbeda, memeriksa untuk melihat bahwa dokter perawatan primer dan spesialis dalam penyedia jaringan. Perempuan dalam rencana bebas-grandfathered sekarang memiliki kebebasan untuk melihat kandungan-kandungan tanpa rujukan, tetapi mereka masih perlu untuk memastikan bahwa setiap dokter yang mereka pilih berpartisipasi dalam jaringan rencana mereka jika mereka memiliki HMO atau tidak ingin untuk menghadapi biaya tambahan jika rencana mereka adalah POS.

6. ukuran biaya. Membandingkan biaya total dari berbagai rencana yang menggunakan Kalkulator online, alat yang ditawarkan oleh banyak pengusaha. Jika Anda muda dan sehat, Anda mungkin ingin perdagangan premi bulanan yang mahal untuk dikurangkan lebih tinggi (bayar lebih berani sebelum cakupan dimulai). Pastikan untuk faktor dalam copays (physicians’ biaya) dan coinsurance (berbagi biaya untuk resep atau rawat inap).

7. Jangan mudah terpikat oleh freebies atau  bonus. Sementara rencana baru sekarang mengharuskan Anda untuk membayar apa-apa untuk perawatan pencegahan tertentu rutin, Anda mungkin tidak perlu menonaktifkan rencana Anda lama untuk menuai manfaat ini.Banyak rencana telah menawarkan layanan pencegahan di minimal atau bahkan tanpa biaya sebelum bagian dari reformasi kesehatan, kata Randall Abbott, konsultan senior kesehatan dengan menara Watson, global perusahaan konsultan yang berbasis di New York. (http://www.hanyabola.com/)

Rencanakan Pensiun dengan Baik

Yakinkan bahwa pensiun yang sedang Anda persiapkan akan mencukupi kehidupan Anda dan pasangan ketika sudah pensiun nanti? Alangkah baiknya Anda tidak langsung berkata yakin.
Hasil dari penelitian Manulife Asset Management menemukanbahwa sebagian besar orang di Asia, salah satunya Indonesia, kurang tepat dalam memperhitungkan kesiapan keuangan untuk pensiun mereka. Selain banyaknya lupa dalam memasukkan pasangan dalam perhitungan ketika menyiapkan dana pensiun, banyak juga yang menyiapkan dana pensiun untuk lama hidup yang terlalu pendek.
Presdir Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengatakan rerata lama pensiun orang Indonesia adalah sekitar 25,8 tahun. Sedangkan dari survei yang dilakukan, sebagian besar orang-orang di Indonesia cuma menyiapkan lama dana pensiun sekitar 16,1 tahun.
Legowo mengatakan, ada 5 hal yang dibutuhkan dalam menjamin kenyamanan hidup di masa pensiun di Indonesia. Pertama, dukungan keluarga yaitu anak. Penelitian Manulife menyatakan sekitar 20% orang di Indonesia masih berharap dukungan dana dari anak-anaknya di masa pensiun. Namun, jumlah ini lebih kecil daripada negara tetangga kita,  Malaysia yang mencapai 42%.
Kedua, ingin memiliki pendapatan dengan bekerja lagi. Riset Manulife menyebutkan sekitar 75% orang di Indonesia berharap bisa bekerja lagi setelah masuk masa pensiun. Ini merupakan angka tertinggi di Asia. Bandingkan dengan di Singapura, di mana 71% orang yang berharap bekerja lagi pasca pensiun. Sedang di Malaysia hanya 34% orang berharap bekerja lagi di usia pensiun.
Tapi kenyataannya, jumlah pensiunan yang diserap bekerja lagi tidak terlalu tinggi. Di Indonesia, hanya sekitar 40% pensiunan yang bisa diserap bekerja kembali. Sementara di Malaysia hanya 21% dan di Singapura 26%.
Ketiga, berharap pada simpanan rumah tangga. Masalahnya, banyak orang Indonesia juga masih mengutamakan menyimpan duit di instrumen kas atau deposito. Sekitar 48% duit yang dimiliki penduduk di Indonesia masih ditempatkan di instrumen tersebut. Padahal, dengan menyimpan duit di instrumen kas atau deposito, orang tersebut tidak akan bisa memperoleh imbal hasil. Yang ada, imbal hasilnya malah minus.
Legowo menyebutkan, dalam sepuluh tahun terakhir, nilai duit seseorang yang disimpan di deposito justru minus 2,31% per tahun. Hal ini terjadi lantaran nilai duit tersebut tergerus pajak, risiko suku bunga serta kenaikan inflasi.
Keempat, jaminan sosial dari pemerintah. Kelima, berharap pada dana pensiun. Hanya saja, tidak semua perusahaan menyiapkan fasilitas dana pensiun bagi tenaga kerjanya.
Nah, agar tidak merana di saat pensiun nanti, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat merencanakan pensiun.
Jangan sampai lupa memperhitungkan pasangan Anda saat menyusun perencanaan pensiun. Bila Anda dan pasangan sama-sama bekerja, Anda perlu mempertimbangkan Anda dan pasangan Anda memasuki masa pensiun. Biasanya, pihak suami akan lebih dulu memasuki masa pensiun.
Pertimbangkan juga rata-rata usia hidup Anda dan pasangan. Biasanya, wanita memiliki usia harapan hidup lebih tinggi ketimbang pria. Di Indonesia, rata-rata selisih usia hidup antara pria dan wanita adalah 4 tahun. Jadi Anda bisa mempersiapkan dana pensiun untuk periode saat masih bersama pasangan, dan juga dana bila salah satu sudah meninggal dunia.
Lalu, siapkan dana pensiun untuk durasi masa pensiun lebih panjang. Berdasarkan riset Manulife, di Indonesia rata-rata durasi masa pensiun 25,8 tahun. Untuk jaga-jaga, Legowo menyarankan agar Anda menambahkan waktu lebih lama saat membuat perencanaan dana pensiun. Legowo menyarankan menambahkan 6 tahun hingga 11 tahun dalam perkiraan durasi masa pensiun. Artinya, Anda sebaiknya menyusun durasi pensiun untuk 31,8 tahun hingga 36,8 tahun.
Dan jangan lupa, sebaiknya jangan menempatkan terlalu banyak dana pensiun di instrumen kas atau deposito. Untuk menghindari imbal hasil minus akibat pajak, suku bunga dan inflasi, ada baiknya Anda berinvestasi di instrumen yang memberi imbal hasil besar, seperti reksadana, saham atau obligasi.
Nah, selamat mempersiapkan pensiun! (http://www.hanyabola.com/)

Social Security computer system still not working after six years

Lawmakers upset by delay in project intended to speed disability claims

Social Security Administration
Woodlawn-based Social Security Administration. (Baltimore Sun / December 16, 2013)
An independent analysis commissioned by the Woodlawn-based agency found that the project has been mismanaged and poorly executed. It is still in the "lengthy, expensive design phase," the report found, while disabled Americans continue to wait hundreds of days — and sometimes years — for benefits.
Top lawmakers in Washington sharply criticized the agency's acting commissioner, Carolyn W. Colvin, demanding by the end of the month all documents and communication related to the Disability Case Processing System for the last six months.
"It is concerning that while you and other agency officials routinely testify that the agency needs more funding from Congress, the agency wasted nearly $300 million on an IT boondoggle," ranking members of the House Oversight and Government Reform Committee wrote in a letter to Colvin this week.
Social Security officials acknowledged the delay Thursday, saying building the system has been more complex than anticipated. The agency did not provide a date by which it expects the system to be operating.
The development comes as Colvin prepares for a Senate confirmation hearing next week. The Arnold native and Morgan State University graduate was nominated last month by President Barack Obama to serve a six-year term. Colvin has served as acting director of the agency since February 2013.
The members of Congress say that senior Social Security officials planned to withhold the 67-page report by consultants McKinsey & Co. until after Colvin's confirmation hearing. They said "whistle-blowers" brought the report to the committee's attention. The report, dated June 3, was released by the committee this week.
"According to these sources, senior agency staff placed a very close hold on this report with the goal of ensuring details about its findings remain secret until your confirmation by the Senate," the House members wrote in the letter to Colvin. The agency did not respond to a request for comment on that allegation.
A Social Security spokesman said officials have taken action on one of the report's leading recommendations, saying the agency has appointed a "single, accountable, program executive with full authority needed to manage the program."
"Social Security has embraced McKinsey's recommendations and has already taken proactive and definitive steps to strengthen the program," agency spokesman William "BJ" Jarrett said in an emailed response.
Social Security initiated the effort to improve its technology infrastructure for disability claims in December 2010 as a way to make "timely and accurate disability decisions." The agency did not explain the discrepancy between the 2010 date and the six years cited in the report.
Jarrett noted that the report "highlights a number of program strengths" as well as recommended changes.
"Social Security is committed to implementing the assessment recommendations," Jarrett said. As it does, "we will create a new implementation schedule."
Rep. Elijah E. Cummings, a Maryland Democrat and ranking member of the oversight committee, cautioned against a rush to judgment. He noted that the report was commissioned at the agency's request.
"It raises some serious concerns, but it is too soon to draw any conclusions because the committee has not even asked the agency for its response," Cummings said in a statement.
The computer system is the latest problem for the agency's disability program, which provides benefits to more than 19 million Americans. In addition to the delays, congressional investigations have revealed that administrative law judges who evaluate disability claims on appeal were rubber-stamping millions of cases at a potentially significant cost to taxpayers.
As of June, more than 660,000 claims were waiting awaiting an initial decision, with an average processing time of 110 days. Another 955,000 cases waited an average of 413 days on appeal.
The Bethesda-based Lockheed Martin, which was hired as the lead contractor for the computer system, described the project as a "highly available, scalable and modern web-based system."
The project was expected to save Social Security money by eliminating the need to maintain 54 separate systems, and allow the agency to process claims "faster and with higher consistency," the company wrote in a 2011 news release.
The McKinsey report recommend that the agency decide whether to keep the current contractor, use multiple vendors or chose a new one. Regardless of that decision, the report called on the agency to strengthen management of the vendor.
Steve Field, a spokesman for Lockheed Martin, declined to answer questions about the project, saying only that the company is "committed to delivering on this program and for our customer."
The report also found that the project remained in the beta testing phase after six years with "limited functionality" and more than 380 outstanding problems. The rollout date over the life of the project was "consistently projected to be 24-32 months away."
To develop the findings, McKinsey conducted more than 40 interviews and reviewed 300 documents, the report says.
Baltimore Sun reporter John Fritze contributed to this article.
twitter.com/yvonnewenger


Read more: http://www.baltimoresun.com/news/maryland/bs-md-social-security-system-failure-20140724,0,4255296.story#ixzz393FIT2oa

Pemerintah Baru Diminta Kerek Iuran BPJS

ANT--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) berbincang dengan Menko Kesra Agung Laksono (tengah) dan Menko Polhukam Djoko Suyanto (kiri).

ANT--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) berbincang dengan Menko Kesra Agung Laksono (tengah) dan Menko Polhukam Djoko Suyanto (kiri).


Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono berharap pemerintah baru nanti menaikkan iuran untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Saat ini iuran BPJS Rp19.225 per orang.

"Mudah-mudahan, setelah ada pemerintahan baru dan ekonomi tumbuh, pemerintah menaikkan anggaran untuk penerima bantuan iuran (PBI) dari Rp19.225 menjadi Rp25 ribu hingga Rp27.500 per orang. Sehingga pelayanan akan makin baik," kata Agung saat meninjau RSUD Goeteng Taroenadibrata, Purbalingga, Jawa Tengah, Senin (14/7/2014).

Agung mengakui, sengaja menyambangi rumah sakit-rumah sakit di daerah untuk melihat efektifitas program BPJS. Khusus di Purbalingga, tambah Agung, cakupan BPJS sudah mencapai 85%.

"Program BPJS sangat diperlukan masyarakat, karena dengan BPJS warga akan mendapat pelayanan kesehatan secara baik," tutur Agung.

Menurut Agung, bukan mustahil RSUD Goeteng Taroenadibrata menjadi rumah sakit tipe B. Pelayanan di RSUD Goeteng sudah cukup baik. "Namun, berbagai unit layanan kesehatan dan dokter, harus ditambah. Saya berharap RSUD Goeteng cepat naik dari tipe C ke B," kata Agung.(http://news.metrotvnews.com/)

Wednesday, July 30, 2014

Rieke Dyah Pitaloka Evaluasi BPJS Kesehatan Jatim

Rieke Dyah Pitaloka Evaluasi BPJS Kesehatan Jatim

Rieke Diah Pitaloka. ANTARA/Dhoni Setiawan

Komisi Bidang Ketenagakerjaan Dewan Perwakilan Rakyat RI mengevaluasi pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan di Jawa Timur. Hasilnya, sejumlah permasalahan masih menghadang. 
Anggota Komisi Bidang Ketenagakerjaan DPR RI, Rieke Dyah Pitaloka, mengatakan jumlah peserta baru BPJS Kesehatan dari kalangan pekerja atau buruh formal swasta masih minim. "Implementasi BPJS Jatim masih memiliki sejumlah masalah," kata Rieke kepada wartawan di Rumah Makan Ria Surabaya, Senin, 14 Juli 2014.

Data Februari 2014 menyebutkan, dari sekitar 5.265.778 pekerja atau buruh formal yang bekerja di sekitar 34.487 perusahaan, baru 961.721 pekerja atau buruh di sekitar 804 perusahaan yang terlindungi program Jaminan Perlindungan Kesehatan (JPK). Ini berarti, sekitar 4.304.057 jiwa pekerja atau 81 persen belum mendapat jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan. 

Jumlah warga miskin dan tidak mampu di Jawa Timur peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) eks Jamkesmas baru 14.001.865 orang. Rieke memperkirakan sedikitnya 10 juta orang belum terlindungi, baik dari kalangan warga miskin dan tidak mampu maupun rakyat yang terpinggirkan seperti gelandangan, tukang becak, pengamen, anak jalanan, penyandang cacat, kaum jompo, dan anak panti.

Selain itu, Rieke menyoroti belum siapnya infrastruktur, fasilitas, dan tenaga kesehatan. Menurut data Kementerian Kesehatan, hanya ada 286 rumah sakit dan 959 puskesmas yang tersedia di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur dengan 8.523 desa atau kelurahan. Sarana dan prasarana pun masih terbatas serta penyebaran yang tidak merata. Tenaga kesehatan juga minim dan terdapat kekurangan 620 perawat dan 129 bidan.

"Program Jaminan Kesehatan Daerah belum diintegrasikan sepenuhnya ke dalam program jaminan kesehatan BPJS Kesehatan," kata Rieke.

Komisi Bidang Ketenagakerjaan DPR pun mendesak agar Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan kabupaten/kota mengintegrasikan sepenuhnya dan menyeluruh Jamkesda ke BPJS. Pemerintah provinsi, pemerintah pusat, dan BPJS Kesehatan juga harus melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan harmonisasi, terutama terkait dengan data kepesertaan yang valid dan akurat. Sistem pelayanan kesehatan dan fasilitas serta infrastruktur dan tenaga kesehatan juga harus ditingkatkan untuk mewujudkan layanan kesehatan yang berkualitas khususnya bagi rakyat miskin dan kaum pekerja atau buruh. (www.tempo.co)

Minat Tenaga Sektor Informal Ikut BPJS Ketenagakerjaan Rendah


15beras1com
Menurut Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) BPJS Ketenagakerjaan Jateng & DIY, Edy Syahrial, selama semester I (Januari-Juni) 2014 tenaga kerja informal yang mendaftar hanya 31.751 orang. “Dari target kami sebanyak 177.100 orang tenaga informal hanya tercapai 31.751 orang atau 17 persen dengan pembayaran uang jaminan senilai Rp1,75 miliar,” katanya di Semarang akhir pekan lalu.
Untuk meningkatkan kepesertaan dari tenaga sektor informal, lanjut dia akan menggencarkan sosialisi pentingnya menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan melalui kelompok serikat pekerja/buruh dan kalangan asosiasi-asosiasi.
Para pekerja sektor informal, kata Syahrial perlu melindungi dirinya dari resiko terjadinya kecelakaan kerja yang bisa terjadi setiap saat sehingga perlu menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. “Kami akan terus berupaya melakukan sosialisasi dan melakukan pendekatan kepada tenaga kerja sektor informal secara perorangan dan melalui kelompok serta asosiasi semisal pedagang kaki lima,” tandasnya.
Dia menambahkan selama Januari-Juni 2014 telah membayarkan uang jaminan kepada tenaga kerja di luar hubungan kerja atau tenaga kerja informal senilai Rp Rp1,84 miliar. Pembayaran jaminan itu meliputi Rp1,75 miliar untuk kategori tenaga kerja informal dan Rp82,7 juta untuk perorangan, “Setiap hari rata-rata ada tiga kasus tenaga kerja informal dan satu kasus perorangan,” ungkapnya.
Sementara, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Jateng, Wika Bintang menyatakan pekerja informal perlu memiliki jaminan ketenagakerjaan dengan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
“Jadi setiap pekerja baik yang tergabung dalam perusahaan maupun bekerja sendiri [informal] perlu menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan untuk jaminan kerja dari risiko kecelakaan kerja,” harap dia.
Bila kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan sampai sekarang masih rendah, Wika meminta badan tersebut serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di daerah supaya giat melakukan sosialisasi kepada pekerja informal.
“Semua pihak terkait harus bersama-sama melakukan sosialisasi karena BPJS Ketenagakerjaan sangat penting bagi semua pekerjaan,” kata dia. (www.solopos.com)

Tuesday, July 29, 2014

Setelah pensiun SBY bakal dapat Rp 30 juta per bulan

Setelah pensiun SBY bakal dapat Rp 30 juta per bulanPelantikan Dino Patti Djalal sebagai Wamenlu. ©rumgapres/abror rizki



Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tinggal menghitung hari. SBY bakal lengser dari kursi orang nomor satu di republik ini terhitung mulai Oktober 2014.
Setelah pensiun, SBY bakal menerima uang pensiunan setiap bulan. Besaranya mencapai Rp 30.240.000 per bulan. Uang pensiunan presiden tergolong yang tertinggi dibanding pejabat lainnya.
Uang pensiun wakil presiden sebesar Rp 20.160.000 per bulan, anggota DPR Rp 2.520.000, dan menteri mendapat uang pensiun Rp 3.024.400 per bulan.
Sementara gubernur mendapat uang pensiun sebesar Rp 1.800.000, wakil gubernur Rp 1.440.000, wali kota mendapat uang pensiun Rp 1.260.000 per bulan, wakil wali kota Rp 1.080.000 per bulan.
"Presiden itu tertinggi penerima pensiun, kalau untuk PNS tertinggi golongan IV E. Gaji pensiun itu 75 persen dari gaji pokok plus tunjangan keluarga. Take home pay yang tinggi itu lebih ke tunjangan," jelas Plt. Direktur Utama PT. Taspen (persero), Tri Lestari di kantornya, Jakarta, Jumat (18/7).
Untuk TNI dan Polri yang pensiun sebelum 9 April 1985 gaji pensiun dibayarkan melalui Taspen. Adapun, pemberian gaji pensiun ada tambahan tunjangan untuk istri 10 persen dan anak sebesar 2 persen dengan maksimal 2 anak. Besaran anggaran untuk uang pensiun ke-13 sebesar Rp 5,68 triliun yang diberikan pada PNS pusat, daerah dan pejabat negara.
Tri yang juga menjabat sebagai Direktur Keuangan ini menjelaskan, sebenarnya gaji pensiun itu berasal dari potongan gaji selama menjadi PNS, besarannya sebesar 4,25 persen dan ditambah anggaran APBN. Kemudian, dana pengelolaan untuk tahun ini sebesar Rp 77 triliun berasal dari iuran tunjangan hari tua sebesar 3,25 persen yang dipotong dari gaji tiap bulannya.
"Kalau THT itu tertinggi ada yang nerima Rp 45 juta, itu 3,25 persen gaji pokok, pada dasarnya itu THT dibayarkan pada waktu PNS jatuh tempo pensiun umur 58 tahun," jelasnya. (www.merdeka.com)

Kemenkes Imbau Pihak Bank Ikut Sukseskan JKN


detail berita
Kemenkes Himbau Pihak Bank Sukseskan JKN (Foto: Dok. Okezone)
BADAN Penyelenggara Jaminan Sosial menghimbau bank negeri maupun swasta turut mensosialisasikan program JKN kepada masyarakat. Tujuannya tentu agar keikutsertaan masyarakat, terutama di daerah meningkat.

"Ini kan keikusertaan masyarakat di daerah masih belum sebanding di dengan outlet yang menyebar di daerah. Untuk meningkatkan keikutsertaan di daerah lokasi pendaftaran, pihak bank terutama bank BNI, BRI, Mandiri yang bekerja sama dengan BPJS ikut menawarkan program ini," jelasnya dalam acara yang bertema diskusi bersama Sekertaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI: Semester Pertama Penerapan Program JKN, di Restoran Makan-Makan, lantai 2 room Merak, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 23 Juli 2014.

Selama ini, keikusertaan masyarakat Indonesia yang mendaftarkan diri BPJS masih diinisiasi oleh perusahaan dan  belum muncul dari keinginan dalam diri seseorang. Untuk itu, perlu dukungan dari pihak lain agar masyarakat berbondong-bondong mau mendaftar. (Baca: Kepesertaan BPJS Sudah Melebihi Target)

Supriyantoro berkeyakinan, jika pihak bank mau ikut aktif dalam menawarkan program BPJS kepada masyarakat, capaian akhir tahun keikutsertaan BPJS tentu sangat tinggi. Dengan demikian, banyak masyarakat yang bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.

"Saat ini sudah 125 juta orang yang sudah mendaftar JKN. Kalau pihak bank bisa ikuit menawarkan, pasti akan meningkat terus peserta BPJS," terangnya. (health.okezone.com)

Melalui Askesos Tukang Ojek Kini Bisa Klaim Asuransi


Melalui  Askesos Tukang Ojek Kini Bisa Klaim Asuransi

NET
Logo Askesos.

Dinas Sosial bersama dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi Melawi menggelar sosialisasi, Asuransi Kesehatan Sosial (Askesos) bagi warga  yang berekonomi lemah, di aula kantor bupati Melawi Jumat (11/7/2014).
Petugas Dinas Sosial Provinsi, Ani Tistnawati mengatakan, program asuransi kesehatan sosial ini berupa pemberian bantuan pengobatan gratis untuk masyarakat kalangan bawah, yang bekerja di sektor informal.
“Seperti mereka yang bekerja sebagai tukang sayur, ojek, buruh, maupuan pekerja kasar lainnya, yang kebanyakan mereka ini tidak ikut dalam program asuransi yang lain, jadi mereka ini diikutkan dalam program BPJS ketenagakerjaan” katanya usai sosialisasi.
Kata Ani, program ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada mereka pada saat mengalami kecelakaan kerja atau meninggal. Nantinya mereka bisa melakukan klaim di BPJS ketenaga kerjaan. “Karena kitakan sudah bermitra dengan BPJS ketenaga kerjaan,” katanya.
Dia mengatakan, untuk menjadi peserta ini, masyarakat harus mendaftar melalui lembaga sosial. Kemudian lembaga tersebut mengajukan ke dinas sosial daerah setempat. Kemudian dinas sosial mengirimkannya ke dinas provinsi dan Provinsi meneruskannya ke kementrian sosial pusat.
“Kemudian kementrian sosial ini akan mengirimkan datanya ke BPJS pusat untuk dilakukan verifikasi, kemudian BPJS pusat ini yang membayar preminya kepada peserta yang telah disetujui,” katanya.
Kepala dinas sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Melawi, Priscilla menyambut baik adanya program askesos kali ini. Dia berharap kepada para pekerja informasi mau mendaftarkan diri atau keluarga mereka, khususnya bagi yang kurang mampu.
“Kami juga akan mengusulkan asuransi serupa bagi tenaga kontrak, kalau memang pemerintah pusat mengizinkan kami akan sampaikan,” katanya.
Menurut Priscilla, pendapatan tenaga kontrak jika dibandingkan dengan pekerja lain memang tidak terlalu besar. Maka tidak salah jika mereka yang masih kontrak diusulkan untuk mengikuti program kegiatan tersebut.
“Inikan baru mengusulkan, mudah-mudahan pemerintah pusat bisa menyetujuinya,” katanya. (ali)
Bagaimana Peserta mengajukan Klaim ?
petugas dinas sosial Provinsi, Kamali mengatakan, adapun cara mengajukan klaim adalah, peserta menyiapkan persyaratan pengajuan klaim kepada petugas urusan klaim melalui petugas lapangan.
Kemudian, bagian urusan klaim menyeleksi dengan memperhatikan persyaratan yang telah ditentukan. Bagian urusan klaim membukukan pada buku klaim dan membuat rekapitulasi usulan klaim serta mengajukan pembayaran dana klaim kepada bendahara.
Bagian urusan klaim menginformasikan kepada peserta melalui petugas lapangan tentang pembayaran dana klaim. Bagian urusan klaim membuat laporan kepada ketua melalui sekretaris tim pengelola ASKESOS.
“Bendahara membayarkan dana klaim dengan tunai kepada peserta melalui Bagian urusan klaim. Proses pembayaran klaim paling lambat 2 x 24 jam sudah harus diterima oleh peserta, klaimnya disesuaikan dengan upah yang dilaporkan ke kita, untuk kecelakaan maksimal Rp 20 juta dan meninggal sampai dengan Rp 40 juta” katanya.
 
Cara Menjadi Peserta
*Membayar Iuran Paling kecil Rp 5000 Perbulan
* Mengisi Formulir F1 untuk pendaftaran wadah/Kelompok Baru. (www.tribunnews.com)

Monday, July 28, 2014

Cerita mengurus BPJS Kesehatan


Cerita mengurus BPJS Kesehatan
Kartu BPJS Kesehatan (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Sudah setengah tahun Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan beroperasi dan akan disusul dengan BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Juli 2015.

Dalam waktu enam bulan penyelenggaraannya, BPJS Kesehatan masih perlu banyak perbaikan, mulai dari pendaftaran calon peserta, hingga layanan kepada peserta dan pasien.

Sejak beroperasi, kantor-kantor BPJS Kesehatan setiap hari selalu dipadati oleh calon peserta yang ingin mendaftar. Kepadatan antrean terlihat setiap hari, bahkan hingga ke luar kantor BPJS Kesehatan.

Seperti yang terlihat di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Jakarta Barat yang berada di kawasan, Palmerah, Jakarta Barat. Pun di bulan puasa, minat calon peserta untuk mendaftar seolah tak surut.

Karena adanya batasan nomor antrean dan waktu operasional, tak jarang calon peserta yang ingin mendaftar harus pulang ke rumahnya dengan tangan hampa. Akibatnya, ada calon peserta yang akhirnya baru berhasil mendaftar setelah tiga kali datang ke kantor BPJS Kesehatan.

Seperti Saut Gemaya (30), misalnya. Pada Jumat (4/7), dia sudah tiga kali datang ke Kantor BPJS Kesehatan Cabang Jakarta Barat.

"Sebelumnya saya memang datang kesiangan sehingga tidak dapat nomor antrean. Ada juga yang saya hanya mengambil formulir saja," tuturnya.

Pegawai sebuah bank BUMN itu berharap sistem antrean pendaftaran bisa seperti antrean di perbankan.

"Begitu datang langsung pencet tombol dan keluar nomor antrean. Kalau begitu kan lebih mudah daripada seperti saat ini," katanya.

Warga Kalideres, Jakarta Barat itu mengatakan dia datang ke kantor cabang BPJS Kesehatan sekitar pukul 08.00 WIB lebih dan mendapat nomor satu di daftar hadir gelombang kedua dan akhirnya sekitar pukul 11.00 mendapatkan nomor antrean 182.

Selain itu, Saut juga menyarankan agar Kantor BPJS Kesehatan Cabang Jakarta Barat menyediakan tenda supaya pendaftar yang di luar menunggu giliran dipanggil tidak terlalu kepanasan.

Untuk menertibkan pendaftar, Kantor BPJS Kesehatan Cabang Jakarta Barat menerapkan sistem daftar hadir bagi calon pendaftar. Di depan kantor tersedia meja dengan beberapa lembar kertas untuk menuliskan daftar hadir.

Pendaftar yang sudah membayar ke bank, begitu hadir di kantor BPJS Kesehatan, harus mengisi daftar hadir itu. Begitu pukul 08.00, atau mulai waktu operasional kantor, ada petugas yang akan membagikan nomor antrean sesuai urutan dalam daftar hadir tersebut.

Ketika daftar hadir itu dipegang petugas untuk memberikan nomor antrean, disediakan daftar hadir gelombang kedua. Pendaftar yang terdaftar dalam daftar hadir gelombang kedua baru mendapatkan nomor antrean setelah pukul 11.00.

Kantor BPJS Kesehatan Cabang Jakarta Barat membatasi pendaftar hingga 250 orang setiap hari atau hingga waktu operasional selesai. Pada bulan Ramadhan, waktu operasional hanya hingga pukul 15.00.



Bank kerap "Offline"

Pendaftar BPJS Kesehatan lainnya mengeluhkan perbankan yang kerap "offline", padahal pembayaran harus dilakukan di bank.

"Bank sering ofline. Cara menyiasatinya ya harus bayar melalui ATM. Tapi kan tidak semua orang memiliki ATM," kata Susan Sutanto (50), warga Kembangan, Jakarta Barat.

Susan yang sudah tiga kali mendaftarkan beberapa anggota keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan mengatakan perbankan juga terlihat memiliki mekanisme yang berbeda-beda.

Susan menuturkan saat pertama kali mendaftarkan keluarga intinya dan membayar secara "online" ke bank, dia tidak dikenai biaya sama sekali.

Namun, dia mendapat informasi kalau di bank lain, pendaftar yang bukan nasabah bank tersebut dikenai biaya Rp10.000.

"Jadi ketika mendaftarkan kakak saya, saya sekalian buka rekening di bank itu. Informasinya kalau nasabah yang tidak membawa kartu ATM juga akan dikenai biaya Rp7.500," tuturnya.

Susan sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan bila perbankan menarik biaya untuk pendaftar BPJS. Pasalnya, bank juga harus mengeluarkan biaya kertas dan tinta untuk bukti pembayaran calon pendaftar.

Namun, dia mempertanyakan mengapa ada perlakuan yang berbeda antara bank satu dengan lainnya. Padahal, seluruh pembayaran pendaftaran BPJS harus melalui bank yang sudah ditunjuk, yaitu BRI, Mandiri dan BNI.

"Cara yang paling mudah untuk mendaftar melalui online. Setelah mendaftar online nanti mendapat virtual account untuk membayar di bank. Kalau saya biasanya mendaftar online di bank sekalian supaya dibantu dan tidak salah," katanya.

Sebab, Susan mengatakan ada beberapa pendaftar "online" yang datanya ternyata tidak sesuai. Data yang berbeda itu bisa memperpanjang waktu ketika mengambil kartu BPJS. Padahal, yang paling menghabiskan waktu dan tenaga adalah antrean saat pengambilan kartu.



Kebingungan
Seorang warga Kampung Duri, Jakarta Barat,Ahmad Hanafi(31) kebingungan saat akan mendaftarkan keluarganya ke BPJS Kesehatan karena namanya dan anaknya ternyata sudah terdaftar dan dibayar.

"Waktu itu saya titipkan berkas ke bank untuk mendaftar BPJS. Esoknya saat saya ke sana, diberi tahu kalau saya dan anak sudah terdaftar dan dibayar dan hanya tinggal mengambil kartunya saja," kata Hanafi.

Karena merasa belum mendaftar sebelumnya, Hanafi dan istrinya, Eva Latifa (29), pun kebingungan. Ketika ingin membayar supaya bisa mendaftar pun petugas bank menyatakan tidak perlu karena sudah dibayar.

"Orang bank bilang buat apa dibayar, kan sudah dibayari. Katanya kemungkinan dari APBD. Saya diyakinkan tinggal mengambil kartunya saja," kata Eva.

Petugas bank kemudian memberikan daftar peserta BPJS milik keluarga Hanafi. Di situ tercantum nama Hanafi dan anaknya, Nadzwa Latifa Ahmad, yang berhak mendapatkan layanan kesehatan di kelas II.

"Saya heran. Kalau saya masuk dalam penerima bantuan iuran, kan seharusnya tidak di kelas II, mungkin di kelas III atau bahkan di bawahnya," tutur Hanafi.

Saat ditanya kemungkinan namanya terdaftar sebagai penerima Kartu Jakarta Sehat (KJS), program Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Hanafi mengatakan dia tidak pernah mendaftar dan memperoleh kartunya.

Kebingungan Hanafi akhirnya terjawab ketika dia dipanggil sesuai dengan nomor antrean. Menurut petugas BPJS, dia dan anaknya sudah terdaftar karena sebelumnya terdaftar sebagai penerima KJS sehingga preminya dibayarkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Hanafi kemudian memutuskan untuk mendaftar sebagai peserta biasa. Dia menyatakan enggan menerima bantuan dari Pemprov DKI Jakarta.

"Petugas BPJS bilang saya harus mutasi. Jadi Senin (7/7) saya harus kembali lagi. Biar yang lebih berhak saja menerima bantuan dari KJS," kata wiraswastawan itu.



Rumah sakit ditambah
Sementara itu, Didik Suhartono (57), yang otomatis menjadi peserta BPJS Kesehatan karena sebelumnya menjadi peserta Askes, berharap rumah sakit yang bekerja sama denga BPJS bisa bertambah.

"Dalam keadaan darurat, orang pasti akan memilih rumah sakit terdekat. Kalau tidak semua rumah sakit melayani BPJS, tentu akan menyusahkan masyarakat," kata pensiunan pegawai negeri sipil itu.

Didik, yang sudah pernah merasakan layanan kesehatan BPJS ketika menjalani operasi tumor usus itu, juga mengeluhkan obat dan alat kesehatan yang harus diambil sendiri oleh pasien atau keluarganya, tidak boleh oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya.

Hal itu, kata dia, berbeda dengan pelayanan di rumah sakit untuk pasien non-BPJS yang ketersediaan obat dan alat kesehatan relatif lebih mudah karena pasien harus menyerahkan deposit terlebih dahulu saat awal masuk rumah sakit.

"Kalau pasien non-BPJS yang sudah deposit, pihak rumah sakit mudah sekali menyediakan obat. Kalau pasien BPJS, harus diambil sendiri. Bagaimana kalau pasien tidak ada keluarga yang mendampingi dan tidak bisa mengambil sendiri," tuturnya.

Didik juga mengeluhkan kualitas alat kesehatan yang diberikan BPJS. Karena penanganan penyakitnya belum usai, Didik harus dibuatkan "colostomy" atau anus buatan di perutnya untuk sementara.

Nah, kantong "colostomy" yang disediakan BPJS Kesehatan untuk menampung kotoran ternyata mudah terlepas karena perekatnya kurang melekat dengan kulit. Selain itu, kantong "colostomy" yang disediakan juga hanya bisa digunakan satu kali pakai.

"Akhirnya saya membeli sendiri kantong colostomy yang bisa merekat lebih kuat dan tidak sekali pakai sehingga lebih praktis digunakan bila bepergian," katanya.


Aturan pelaksana bermasalah
Terkait dengan penyelenggaraan BPJS Kesehatan, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan permasalahan ada pada tataran aturan pelaksana, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013.

"Permenkes itu mengatur tentang sistem tarif. Masalahnya tarif yang diberikan menkes sangat murah sehingga rumah sakit dan klinik swasta tidak tertarik untuk menjadi penyedia layanan BPJS," kata Said Iqbal.

Sistem pembayaran menggunakan mekanisme INA CBGs yang ditetapkan berdasarkan paket-paket tertentu juga Iqbal nilai kurang tepat. Seharusnya, BPJS Kesehatan menggunakan sistem pembayaran "fee for service" sebagaimana terjadi ketika masih bernama PT Askes.

Iqbal mengatakan dengan mekanisme INA CBGs, sudah ditetapkan paket layanan kesehatan dan obat untuk penyakit tertentu. Padahal, kadang kala pasien harus mendapat layanan atau obat melebihi paket yang sudah ditentukan.

"Karena itulah muncul keluhan, masih ada obat yang harus dibeli sendiri. Kalau mekanisme fee for service, seluruh tagihan pasien akan diklaimkan ke BPJS. Memang nanti akan diverifikasi dulu mana yang bisa dibayarkan dan tidak," tuturnya.

Iqbal juga mendesak agar kerja sama dengan rumah sakit dan klinik swasta bisa diperluas dan diperbanyak. Namun, untuk memperbanyak rumah sakit dan klinik swasta yang melayani BPJS, maka permasalahan tarif harus diselesaikan terlebih dahulu.

"Harus ada tarif yang wajar sehingga rumah sakit dan klinik swasta mau bergabung. sekarang ini tidak banyak yang mau bergabung. Kalau pun mau, pasti karena terpaksa," katanya.

Mengenai banyaknya antrean saat pendaftaran peserta BPJS, Iqbal mengatakan pada tahap selanjutnya nanti seharusnya tidak perlu lagi ada pendaftaran. Pasalnya, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS mengamanatkan untuk seluruh rakyat.

"Jadi tidak perlu pendaftaran dan memiliki kartu. Untuk berobat nanti cukup dengan e-KTP. Dengan e-KTP kan data sudah lengkap. Bekerja di mana, bagaimana pajaknya. Jadi tidak perlu terlalu banyak kartu," katanya. (www.antaranews.com)

Idul Fitri Momen Umat Islam Menengok Orang Miskin

Idul Fitri Momen Umat Islam Menengok Orang Miskin


Ilustrasi
Khatib dalam shalat Id di Lapangan Markas Polda Nusa Tenggara Timur mengajak seluruh umatnya memperhatikan dan melihat orang miskin di daerah ini, dengan memberikan bantuan berupa zakat, agar bisa merayakan Idul Fitri dengan penuh gembira.

"Dengan bantuan yang kita berikan, orang miskin yang ada juga bisa merayakan Idul Fitri sebagai hari kemenangan dengan penuh kegembiraan," kata Khatib Shalat Ied Lapangan Polda Nusa Tenggara Timur, H Habib Hazim Alkaf, Senin (28/7).

Menurut dia, kewajiban umat Muslim untuk memberikan zakat fitrah, harus sudah dilakukan sebelum shalat Id berlangsung, sehingga benar-benar menjadi pemberian yang dimurnikan untuk menyambut hari kemenangan di Idul Fitri.

Karena merupakan kewajiban, maka kata dia, setiap umat muslim yang mempunyai kelebihan dari nafkah kebutuhannya, harus memberikannya kepada umat muslim lain yang berkekurangan dan membutuhkan zakat tersebut.

Menurut dia, zakat fitrah wajib dikeluarkan sebelum shalat Id, yaitu pada malam takbiran, serta boleh juga dilakukan pada satu atau dua hari sebelum ied, sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perkataan yang tidak berguna dan kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin.

"Maka barang siapa yang mengeluarkannya sebelum shalat, ia menjadi zakat yang diterima dan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah shalat, ia menjadi sedekah biasa," kata Habib Hazim dikutip Antara.

Dengan melakukan perintah dan jajaran berupa pemberian zakat, relasi sosial antarumat beragama baik di interen agama Islam, juga dengan agama lainnya, bisa semakin diperkuat, untuk kepentingan harmonisasi kehidupan dalam keberagaman.

Persatuan dan kesatuan, dalam kerangka Negara Kesatuan Indonesia, yang merupakan pengejawantahan dari kebhinekaan suku, agama dan ras, harus menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar lagi. Nilai dan semangat persatuan dan kesatuan, telah merintis sebuah harmonsiasi dan kerukunan hidup yang harus tetap dijaga dan dikembangkan untuk kelanggengan hidup bersama.

"Nilai-nilai itulah, yang harus tetap kita jaga, sebagaimana yang telah kita rasakan selama ini di Nusa Tenggara Timur pada umumnya dan Kota Kupang khususnya," kata Habib Hazim.

Dikatakannya, kerukunan harus tetap menjadi sebuah simbol keberagaman yang tidak bisa digugat untuk diperbincangan, dalam konteks apapun. Kerukunan sudah menjadi hal final yang menjadi kebutuhan bersama seluruh anak bangsa di daerah dan negara ini. "Mari kita pupuk dengan semangat toleransi, tanpa ada intimidasi dan intervensi kehendak dangkal yang merusak semuanya," katanya. (www.harianterbit.com)

Jaga Pertumbuhan, Generali Indonesia Terus Ekspansi


CEO Generali, Edy Tuhirman memberi penjelasan kepada wartawan
CEO Generali, Edy Tuhirman memberi penjelasan kepada wartawan (sumber: Majalah Investor)
PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (AJGI) akan terus melakukan ekspansi pada semester II 2014 demi menjaga pertumbuhan premi. Masih rendahnya penetrasi bisnis asuransi di Indonesia dinilai menjadi peluang dan faktor pendorong ekspansi perusahaan. Penetrasi industri asuransi hanya sebesar 1,7 persen di bawah pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) atau 4 persen lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura.
Presiden Direktur AJGI Edy Tuhiman mengatakan perusahaaan akan tetap menambah jumlah agen, memilah bank partner, serta memperkuat cabang. Saat ini perusahaaan memiliki 6.000 agen dan dua kantor cabang di Medan dan Surabaya. AJGI juga bermitra dengan sejumlah bank, seperti DBS, ANZ, China Trust, Mustika, dan yang terbaru BTN.
"Mudah-mudahan setelah Lebaran kerja sama dengan BTN segera terlaksana agar tahun depan kita sudah bisa masuk segmen menengah bawah, sesuai rekomendasi OJK tentangmicroinsurance, " tuturnya kepada Beritasatu.com di Jakarta, Jumat (25/7).
Edy optimistis di tengah kondisi pasar semester depan yang diperkirakan masih relatif flat, perusahaaan mampu terus tumbuh. Apalagi dengan dukungan permodalan yang kuat dari induk perusahaaan, Assicurazioni Generali yang bermarkas di Italia. Hal ini dibuktikan dengan pemberian rating BBB+ kepada Assicurazioni Generali atau dua kali peringkat negara Italia sendiri.
"Dari sisi permodalan kami kuat meski agak konservatif. Kita sudah ada di 70 negara. Dengan inovasi produk yang tinggi kami optimistis," tuturnya.
Sayangnya, perusahaan belum mau menjelaskan target di semester depan. Hal ini dikarenakan Generali merupakan perusahaaan publik global.
"Cuma kantor pusat di Milan yang mengeluarkan rilis target, kalau kita yang rilis kan tidak fair, bagaimana dengan konsumen di Jepang dan lainnya, " ucap Edy.
Pada kuartal I 2014, perusahaaan mencetak pertumbuhan premi sebesar 11,6 persen atau sebanyak Rp 414 miliar di tengah pelemahan industri asuransi jiwa sebesar 6,5 persen, berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia. Unit link masih menjadi penopang utama pertumbuhan premi, yakni sekitar 70 persen.
Pencapaian tersebut sekaligus menempatkan perusahaaan di posisi delapan besar perusahaaan asuransi Indonesia dengan market share 2 persen atau senilai 295,8 juta euro (Rp 4,95 triliun). Perusahaan asuransi di atasnya mulai peringkat ketujuh hingga pertama adalah AIA, Manulife, Panin Dai Ichi, AXA, Allianz, Sinarmas Msig, dan Prudential.
Pertumbuhan premi tersebut tidak terlepas dari inovasi perusahaaan yang tinggi. Salah satunya melalui produk bernama Auto Risk Management System (ARMS). Bisa dibilang ARMS merupakan produk unggulan Generali Indonesia saat ini.
ARMS merupakan otomasi manajemen risiko yang mencakup auto-balancing, auto-trading, auto-re entering dan bounced back. UB Rich merupakan salah satu produk perusahaan yang dilengkapi fasilitas ARMS dan mendasar kalangan menengah atas.
"Ibaratnya kita pasang rem di masing-masing mobil mengingat unit link di Indonesia enggakpunya rem. Ketika risiko sudah terlalu tinggi, maka dia bisa otomatis pindah ke pasar yang lebih aman. Jadi tidak ada lagi cerita anak kita tidak bisa sekolah di bulan Augustus karena kita bangkrut di bulan Mei akibat inflasi misalnya," paparnya.
Edy mengatakan bisnis asuransi jiwa pada dasarnya hanya menyangkut proteksi dan investasi. Untuk itu rasa aman bagi customer adalah kunci keberhasilan bisnis ini. "Bisnis ini kan soal meninggal dibayar dan sakit diganti, sesederhana itu. Kita ingin memberikan rasa aman bagi pelanggan," tuturnya.
Perusahaaan juga menetapkan tagline "Mendukung Klien agar Lebih Sehat dan Produktif" dengan cara mengevaluasi dan merekomendasi solusi bagi penyakit yang kerap diderita klien. "Semacam rekomendasi kesehatan buat klien. Jadi win-win solution kan kalau mereka sehat, kita juga untung," tutupnya. (www.beritasatu.com)

Asuransi Sinarmas Targetkan Kontribusi Unit Syariah Capai 50%


Asuransi Sinarmas targetkan kontribusi unit syariah capai 50%. (Ilustrasi foto: Okezone)Asuransi Sinarmas targetkan kontribusi unit syariah capai 50%. (Ilustrasi foto: Okezone)Usai mengembangkan bisnis syariah Sinarmas MSIG Life menargetkan unit Usaha Syariah dapat memberikan kontribusi antara 40-50 persen. Dengan menggandeng empat lembaga filantropi dan membuat program sosial nasabah 'Berbagi Sesama' Sinarmas MSIG Life optimis target tersebut dapat dicapai.

“Kami optimis menatap masa depan asuransi syariah di Indonesia. Saat ini kontribusi produk asuransi mikro syariah tercatat sekitar 33 persen dari total kontribusi Unit Usaha Syariah Sinarmas MSIG Life," papar Presiden Direktur Sinarmas MSIG Life, Johnson Chai, dalam siaran tertulisnya, Minggu (27/7/2014).

Dirinya mengaku optimis dengan pangsa pasar yang semakin berkembang. "Produktivitas asuransi mikro Unit Usaha Syariah ditargetkan dapat memberikan kontribusi antara 40-50 persen hingga akhir 2014," kata dia.

Program terbaru dari Sinarmas MSIG yang diinisiasi oleh Unit Usaha Syariah Sinarmas MSIG Life dapat memberi kesempatan nasabah  untuk berbagi kepada sesama di samping manfaat perlindungan dan investasi. "Dengan diluncurkannya program ini kami percaya diri dan positif dapat mencapai target tersebut," imbuh dia.

Sebagai informasi, performa Unit Usaha Syariah Sinarmas MSIG Life membukukan hasil yang positif di 2014. Pertumbuhan bisnis syariah mencapai 60 persen pada kuartal I 2014 jika dibanding Q1/2013. Sementara untuk pembagiannya, premi bisnis syariah tumbuh sekitar 83 persen pada semester pertama. (http://economy.okezone.com/)