Sunday, January 27, 2013

Arus Balik Mitos Parangtritis


Menyebut nama Pantai Parangtritis (Bantul, DI Yogyakarta), benak kita langsung melayang pada pemandangan matahari terbenamnya yang romantis di kala senja dan mitos Nyai Rara Kidul. Banyak orang percaya Pantai Parangtritis adalah gerbang kerajaan gaib Nyai Rara Kidul yang menguasai laut selatan. Selain itu Parangtritis juga dikenal dengan ombak besar dan  bukit-bukit pasirnya, atau biasa disebut gumuk. Pada musim kemarau biasanya angin bertiup lebih kencang, dan ombaknya rata-rata  setinggi dua sampai tiga meter. Sebagai kawasan wisata, Parangtritis dikelola cukup baik oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul.  Mulai dari fasilitas penginapan sampai pasar yang menjajakan souvernir khas tersedia di Parangtritis.

Pantai ini hanya 27 km dari Kota Yogya. Untuk mencapai Parangtritis, Anda dapat menggunakan mobil pribadi atau angkutan umum, yaitu bus kota. Untuk yang memilih angkutan umum, Anda dapat naik dari Terminal Umbulharjo. Ada dua pilihan rute: melalui Imogiri-Siluk atau Kretek. Jika Anda ingin memanjakan mata selama perjalanan pilihlah rute Imogiri-Siluk. Melalui rute Imogiri-Siluk, Anda akan melewati pemakaman keluarga kerajaan dan disuguhi pemandangan bukit kapur yang indah dan unik. Tapi jika Anda ingin cepat sampai ke Parangtritis, pilihlah rute Kretek.
Sebagai lokasi wisata pantai, kerapkali kita mendengar sejumlah wisatawan hilang terbawa arus laut di Pantai Parangtritis. 

Repotnya, orang kerap pula menghubungkan kasus ini dengan mitos mistis Nyai Rara Kidul. Padahal, menurut kajian ilmu kebumidan, penyebab utama hilangnya sejumlah wisatawan di Pantai Parangtritis, Bantul, adalah akibat terseret rip current (arus balik). Dengan kecepatan mencapai 80 kilometer per jam, arus balik itu tidak hanya kuat, namun juga amat mematikan.

Kepala Laboratorium Geospasial Parangtritis I Nyoman Sukmantalya mengatakan, sampai sekarang informasi mengenai rip current sangat minim. Akibatnya, masyarakat masih sering mengaitkan peristiwa hilangnya korban di pantai selatan Yogyakarta dengan hal-hal yang berbau mistis. Padahal, musibah tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah.

Arus balik merupakan aliran air gelombang datang yang membentur pantai dan kembali lagi ke laut. Arus itu bisa menjadi amat kuat karena biasanya merupakan akumulasi dari pertemuan dua atau lebih gelombang datang.

"Bisa dibayangkan kekuatan seret arus balik beberapa kali lebih kuat dari terpaan ombak datang. Wisatawan yang tidak waspada dapat dengan mudah hanyut," jelas Nyoman beberapa waktu lalu.
Rapotnya, arus balik terjadi demikian cepat, bahkan cuma dalam hitungan detik. Pun arus itu bukan hanya berlangsung di satu tempat, melainkan berganti-ganti lokasi sesuai dengan arah datangnya gelombang yang juga menyesuaikan dengan arah embusan angin dari laut menuju darat.

Nyoman menerangkan, korban mudah terseret arus balik lantaran berada terlalu jauh dari bibir pantai. Ketika korban diterjang arus balik, posisinya akan mudah labil karena kakinya tidak memijak pantai secara kuat. "Gara-gara terseret secara tiba-tiba dan tidak bisa berpegangan pada apa pun, korban mudah panik, dan tenggelam karena kelelahan," lanjutnya.

Secara terpisah, Staf Ahli Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada, Djati Mardianto, menambahkan, apabila korban tetap tenang saat terseret arus, sangat mungkin bisa selamat kembali ke permukaan. "Karena arus berputar di dasar laut sehingga materi di bawah bisa naik lagi," ujar Djati.

Setelah mengapung, korban bisa berenang ke tepi laut, atau membiarkan diri terempas gelombang datang ke arah pantai. Setidak-tidaknya, korban memiliki kesempatan untuk melambaikan tangan atau berteriak minta tolong.

Bagaimana dengan korban hilang? Djati menjelaskan, hal itu dapat terjadi bilamana korban terlalu kuat melawan arus saat berada di dalam air sehingga urung mengapung. Dan, korban akan semakin jauh terseret arus bawah laut dan bisa tersangkut karang atau masuk ke dalam patahan yang berjarak sekitar satu kilometer dari bibir pantai. Di dasar patahan yang kedalamannya mencapai ratusan meter itu, korban akan semakin sulit bergerak karena ia bercampur dengan aneka material padat yang terbawa dalam arus.

Korban akan diperlakukan sama seperti material, yakni diendapkan. Korban baru bisa kembali terangkat ke permukaan jika ada arus lain yang mengangkat sedimen dari dasar laut. Namun, Dajti mengingatkan, hal itu butuh waktu lama.

Meski sulit, diperkirakan kedatangannya, arus balik sebenarnya relatif gampang dikenali. Menurut Nyoman, permukaan arus balik terlihat lebih tenang daripada gelombang datang yang berbuih. Selain itu, arus balik biasa terjadi di ujung-ujung cekungan pantai dan warnanya keruh lantaran membawa banyak material padat dari pantai.

Persoalannya, banyak wisatawan yang justru senang bermain di pantai yang tenang karena dianggap lebih aman. "Padahal, lokasi tersebut amat berbahaya," ujar Nyoman mengingatkan.

Sejauh ini, cara terbaik untuk mengurangi risiko bencana terseret arus di pantai adalah dengan tidak bersikap nekat berenang ke tengah laut. Pengunjung harus benar-benar mematuhi rambu larangan berenang yang dipasang tim search and rescue (SAR) di sepanjang pantai.

Selain itu, kondisi cuaca juga harus dipertimbangkan. Gelombang laut akan membesar di musim penghujan karena terpengaruh angin barat. Berenang di laut pada malam hari pun sebisa mungkin dihindari mengingat arus balik akan menguat akibat pengaruh air pasang.

Menurut kedua pakar geomorfologi pesisir itu, tidak ada pantai di wilayah DI Yoyakarta yang aman. Semua memiliki potensi arus balik yang kuat. Bahkan, di sejumlah pantai di Gunung Kidul, arus balik kian diperkuat oleh buangan air sungai bawah tanah.

Sebaiknya kita mesti memahami benar ihwal penyebab bencana laut akibat arus balik ini. Ada baiknya pula, informasi disampaikan secara terbuka lokasi-lokasi strategis Pantai Parangtitis agar wisatawan dapat meningkatkan kewaspadaan. Bila pila informasi ini dikemas ke dalam leaflet yang berisi penjelasan singkat, harus bagaimana dan di mana jika ingin mencebur ke laut. * dari berbagai sumber


Tips Aman dari Arus Balik
·      Ketinggian air sepaha orang dewasa sudah cukup bagi arus balik untuk menyeret orang ke tengah laut. Paling aman, usahakan air hanya sampai ketinggian mata kaki.
·         Jika terperangkap dalam arus balik ke tengah laut, jangan mencoba berenang melawan arus (ke tepi pantai).
·         Tenanglah untuk sementara mengikuti arus.
·         Secepat arus balik berada di luar penghalang, atau kecepatan arus melambat dan kita merasa sedikit bebas dari pergerakan air yang cepat, berenanglah ke area di sebelah kiri/kanan kita dan baru kemudian berenang kembali ke arah pantai (atau mengikuti gelombang menuju pantai).
·         Tentu saja kita harus tetap menjaga diri untuk tetap berada di luar arus balik tersebut.

No comments:

Post a Comment