Alkisah.
Seorang kawan tampak begitu hati-hati menjaga setiap makanan yang masuk ke
dalam tubuhnya. Dia tidak sembarang makan daging. Dia ingin senantiasa makan
daging yang halal. Suatu waktu, di kawan ini membeli nasi bungkus di sebuah
kedai makan masakan Minang. Lantaran merasa ragu akan kehalalan daging ayam
yang dijajakan di rumah makan itu, dia memilih lauk daging ikan laut.
Tapi,
sang penjual terus menawarkan agar si kawan ini mengambil ayam bakar yang
menjadi lauk andalan kedai makan Minang itu. Sang penjual mendesak sembari mengatakan bahwa ayam di rumah makan ini
benar-benar halal dan disembelih sesuai dengan syariat. Dengan berprasangka
baik, si kawan mempercayai ucapan sang penjual. Dan, dia minta diambilkan
sepotong paha ayam bakar.
Apa
yang terjadi kemudian? Sungguh di luar nalar. Tatkala paha ayam hendak ditaruh di
atas nasi yang telah ada di selembar kertas bungkus nasii, paha ayam bakar itu
langsung meluncur jatuh ke lantai. Dengan sepotong kata maaf, sang penjual mengaku
kurang hati-hati meletakkan paha ayam ke atas nasi, lalu dia kembali mengambil
paha ayam yang lain. Namun, lagi-lagi, paha ayam bakar itu jatuh meluncur.
Akhirnya, si kawan membatalkan membeli nasi berlauk paha ayam bakar.
Pada
kali lain si kawan ini menghadiri pesta keluarga yang menghadirkan hidangan
prasmanan. Berkat kehati-hatiannya senantiasa menjaga yang masuk ke tubuhnya,
si kawan meragukan kehalalan daging ayam goreng yang tersaji di meja pesta. Si
kawan cuma mengambil tahu dan tempe goreng buat menemani nasih. Tapi, seorang
kerabatnya mendesak agar mencoba ayam goreng. Demi perkerabatan, si kawan ini
mengambil sepotong daging ayam goreng. Sungguh di luar nalar. Manakala ayam
hendak ditaruh di atas piring, seketika itu pula piring langsung terlepas dari
pegangan si kawan. Praaang! Si kawan pun urung mengambil ayam.
Subhanallah. Tubuh si
kawan demikian terjaga dari kemungkinan masuknya daging-daging yang diragukan
kehalalannya. Permasalahannya, seberapa di antara kita yang dijaga oleh Allah
SWT dari konsumsi daging yang meragukan. Sementara kita tidak pernah tahu
bagaimana proses penyembelihan ayam-ayam yang disajikan oleh rumah makan dan
dijajakan keliling dari kampung ke kampung. Padahal, “Diharamkan bagimu memakan
bangkai, darah, daging babi, dan daging hewan yang disembelih bukan atas nama
Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam
binatang buas kecuali yang sempat kamu sembelih. Diharamkan pula hewan yang
disembelih untuk berhala.” (QS A-Maaidah [5] ayat 3)
Ayam yang disembelih dengan tidak membaca Bismillah dan Allahu Akbar berarti hewan tersebut tidak disembelih dengan nama Allah dan dikategorikan sebagai bangkai. Mari kita menjaga diri dari makanan yang tidak halal dengan senantiasa mencermati setiap daging yang kita konsumsi. àAchmad Subianto (MasjidKita, edisi 09/November-Desember 2009)
No comments:
Post a Comment