Friday, January 31, 2014

Iman dan Kepahlawanan yang Langka


Pada penaklukan kota Makkah, Ummu Hakim binti al-Harits masuk Islam sedangkan suaminya, Ikrimah bin Abu Jahal, melarikan diri ke daerah Yaman. Lalu, Ummu Hakim meminta izin kepada Rasulullah untuk menyusul dan mencari suaminya. Setelah diizinkan oleh Rasulullah, Ummu Hakim segera pergi dan mencari suaminya sampai akhirnya menemukan Ikrimah di daerah bagian Tihamah, namun dia kemudian pergi dengan mengendarai perahu. Pada saat duduk di atas perahu, Ikrimah berdo’a, "Demi Latta dan ‘Uzza."[1] Pemilik perahu pun menimpali, "Di sini tidak diperbolehkan meminta kepada siapapun kecuali kepada Allah dengan penuh ikhlas." Lalu Ikrimah berkata, "Demi Tuhan, seandainya Tuhan di laut itu satu maka di darat pun dia juga satu." Saat itu istrinya melihat isyarat Ikrimah masuk ke dalam agama Islam.
Ummu Hakim berkata, "Demi  kamu, saya mendatangi manusia yang paling kuat tali silaturrahimnya (Rasulullah), manusia yang paling baik dan saya memintakanmu perlindungan darinya, dan dia memberimu jaminan akan hal itu."
Ikrimah kemudian kembali bersama istrinya ke Makkah. Saat mereka mulai mendekati kota Makkah, Rasulullah berkata kepada para sahabatnya, “Telah datang pada kita Ikrimah bin Abu Jahal dengan status Mukmin. Sebab itu, jangan sekali-kali kalian menghujat bapaknya karena sesungguhnya menghujat orang yang sudah meninggal sangat menyakiti orang-orang yang masih hidup."[2]
Tatkala Ikrimah dan istrinya tiba di depan pintu kediaman Rasulullah, beliau menyambutnya penuh sukacita sambil berdiri tegak sebagai bentuk ekspresi kegembiraannya atas kedatangan Ikrimah bin Abu Jahal seraya berkata, "Selamat datang, wahai pengendara yang hijrah.” Ucapan itu diulangi Nabi sampai tiga kali."[3]  
Kemudian Ikrimah memberitahu Rasulullah bahwa istrinya, Ummu Hakim, telah menceritakan bahwa Rsulullah menjamin keamanannya. Rasul kemudian menegaskan, “Kamu telah aman, wahai Ikrimah.”
Lalu Ikrimah membaca dua kalimah syahadat sebagai tanda dia telah masuk Islam, “Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan engkau (Muhamad Saw) adalah hamba Allah dan utusan-Nya  serta engkau sebaik-baik manusia dan sebenar-benarnya manusia yang paling sempurna."
Ikrimah membaca dua kalimah syahadat itu sambil menunndukkan kepala karena malu kepada Rasulullah. Dia juga meminta kepada Nabi, “Wahai Rasulullah mintakanlah ampunan kepada Allah atas kesalahanku dan segala hal yang menyebabkanku memusuhimu serta segala hal yang mengakibatkku menyekutukan Allah."
Ikrimah melanjutkan permintaannya, “Wahai Rasulullah, perintahkan kepadaku suatu kebaikan yang engkau ketahui."
Rasulullah memberitahunya dengan berkata, “Katakanlah Ikrimah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhamad adalah utusan-Nya dan bersungguh-sungguhlah menuju Allah."
Ikrimah berikrar, “Sungguh demi Allah, wahai Rasulullah, saya tidak akan meninggalkan nafkah untuk membela agama Allah, kecuali hal-hal yang dapat melemahkan agama-Nya. Saya tidak akan membunuh seseorang dalam rangka membela agama Allah kecuali mereka yang berupaya melemahkan agama-Nya."
Semua janjinya ditepati oleh Ikrimah. Dia menjadi salah seorang sahabat yang giat dalam peperangan membela agama Allah hingga dia syahid pada masa Khalifah Abu Bakar. Ikrimah menjadi syahid  pada peristiwa Ajnadin. Kemudian Ummu Hakim memiliki masa iddah[4] selama empat bulan sepuluh hari. Selepas iddah, seorang sahabat bernama Yazid bin Abu Sufyan melamarnya, tapi dia menolak. Hingga akhirnya dia dilamar oleh Khalid bin Said bin ‘Ash dengan mas kawin 400 dinar.     
Ketika tentara kaum Muslimin hendak menaklukkan Maraj As-Sifr—suaminya, Khalid, ikut berjuang menaklukkan kota Ajnadin, Qahl, Maraj As-Sifr— Khalid masuk ke kemah Ummu Hakim. Ummu Hakim menolak untuk melayani suaminya sambil berkata, "Bisakah kamu tahan hingga kamu sanggup menaklukkan tentara musuh?!" Khalid menjawab, "Saya merasa bahwa saya akan terbunuh."
Ummu Hakim berlalu sambil berucap, "Tunggu!" Dia kemudian mengadakan perayaan kecil-kecilan, hingga keesokan harinya peperangan berkecamuk. Khalid berperang dengan gagah berani hingga mati syahid. Melihat suaminya terbunuh, Ummu Hakim ikut turun ke medan perang, sementara wewangian yang dipakai semalam masih tercium. Dan Ummu Hakim pun menyusul suaminya mati syahid dan mayatnya ditemukan di salah satu dinding benteng kota.



[1]Do’a seperti ini merupakan do’a yang menjadi karakteristik masyarakat Jahiliyah.
[2]Al-Hakmi, Vol. III, hal. 241.
[3]Al-Hakmi, Vol. III, hal. 242.

[4]Jangka waktu yang harus dilalui wanita Muslimah setelah ditinggal wafat suaminya.

No comments:

Post a Comment