Tuesday, April 8, 2014

TUJUH: Ufia, Memenuhi Janji Secara Sempurna


“Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pertemuan dengan Rasul? Jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu, maka dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
QS Al Mujaadilah (58): 13


PASAR MINGGU, Jakarta Selatan, 23 April 2013. Hari itu Masjid Al Ikhlash Jatipadang dipenuhi ratusan anak yatim dan anak dhuafa penghafal al-Quran. Sebagai wujud rasa syukur atas keselamatan dan keberkahan melewati tiga tahun bisnis yang penuh persaingan, PT Ufia Tirta Mulia –produsen air minum dalam kemasan merek Ufia—hari itu menggelar tabligh akbar, menyantuni anak yatim dan anak dhuafa penghafal al-Quran.
Pada acara milad ketiga tersebut, selaku owner PT Ufia Tirta Mulia, Ardju Fahadaina menyerahkan pula infak sebesar Rp117,5 juta kepada Baznas yang diterima secara langsung oleh Ketua Umum Baznas KH Didin Hafidhuddin. Infak sebesar itu berasal dari infak penjualan 7,83 juta liter air minum doa merek Ufia selama tahun 2012. Disebut sebagai air minum doa, karena sejak diambil dari mata air, proses produksi hingga pengemasannya, bahkan sampai distribusi, selalu diiringi dengan lantunan ayat-ayat suci al-Quran.
Kapasitas mesin produksi PT Ufia Tirta Mulia saat ini mencapai 70 juta liter per tahun. Namun, baru dimanfaatkan untuk memproduksi sekitar 8 juta liter. Bila beroperasi penuh, maka per tahun bisa mencapai 300 juta liter. Saat ini air minum Ufia sudah dipasarkan di wilayah Jabodetabek, Yogyakarta, Cilacap dan Purwokerto.  
“Memang air minum Ufia rasanya berbeda dengan air minum merek lainnya, karena selalu diiringi dengan shalat, dzikir, doa dan bacaan ayat-ayat suci al-Quran. Sebab itu disebut sebagai air minum doa,” ujar Haji Ardju Fahadaina yang asli Yogyakarta ini.    
Dia menambahkan, “Kalau ingin sukses bisnis, seharusnya kita kembali kepada al-Quran dan al-Hadits. Sukses berarti mendapat ketenteraman dan keberkahan dari Allah SWT. Kita wajib mengejar ukhrowi, tapi tidak boleh lepas dari cara-cara profesional dalam berbisnis secara Islami. Jangan meniru kebiasaan orang Yahudi dalam berbisnis, yakni dengan mencari keuntungan sebesar-besarnya dan pengorbanan sekecil-kecilnya,” ungkap tokoh bisnis Islami ini.  

Tuntutan dan Kebutuhan Umat
Sebuah fakta tak terbantahkan bahwa mayoritas umat Muslim di Indonesia dililit kemiskinan. Dalam predikat miskin itu mereka tidak berdaya menghadapi gempuran sistem ekonomi kapitalis yang terus mengurung dan menguasai Indonesia khususnya dan dunia umumnya. Umat Islam mau tidak mau mesti mengikuti sistem ekonomi kapitalis –mulai dari perbankan, perpajakan, sampai produk makanan/minuman. Terkhusus produk air minum dalam kemasan, umat Islam ‘dipaksa’ mengkonsumsi produk-produk yang diragukan kesyariahannya. Umat Islam harus menelan apa yang digelontorkan oleh produsen yang terus memimpin pasar air minum dalam kemasan. Menelan mentah-mentah produk-produk yang tidak Islami. Jelas ini sebuah bahaya besar.
Kita sudah diingatkan oleh Allah SWT. Bahwa janganlah kamu menjadikan mereka pemimpinmu bilamana mereka lebih mengutamakan kekafiran daripada keimanan, dan siapa yang menjadikan mereka pemimpinmu maka mereka itulah orang dzalim (QS [9]: 23).
“Pada kenyataannya, kalau kita perhatikan, orang kafir telah menguasai ekonomi umat Islam dengan sistem ekonomi kapitalis. Ini kenyataan meskipun tidak dijelaskan secara clear. Perusahaan-perusahaan yang mengusung ekonomi kapitalis itu kini yang berkuasa dan memimpin perekonomian di negeri ini. Kita sudah salah mengambil pemimpin. Segala bidang ekonomi dikuasai oleh mereka. Kepemimpinan mereka di bidang ekonomi ini harus kita rebut,” ujar Haji Ardju Fahadaina.  
Lalu bagaimana kiat agar umat Islam mampu keluar dari keterpurukan dan terus-menerus mengekor pada kepemimpinan perusahaan-perusahaan dengan sistem ekonomi kapitalistik. Menurut Haji Ardju, umat harus mempererat ukhuwah Islamiyah dan bersama-sama berjihad fisabilillah menegakkan ekonomi Islam. “Kita tidak bisa sendirian memerangi ekonomi kapitalis. Jihad kita itu jihad ekonomi Islam. Jika anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Begitulah peringatan Allah lewat Surat At Taubah ayat 24. Sebab itulah, kita harus ‘berperang’ melawan produk-produk kapitalis yang terlanjur menguasai pasar air minum dalam kemasan,” ujar Haji Ardju penuh semangat.
Dari suasana seperti itulah, Ufia hadir untuk menegakkan syariat Allah, menghadirkan produk air minum dalam kemasan yang diolah secara syariah. Sebuah produk yang dikelola sesuai dengan syariat Islam –mulai saat air keluar dari perut bumi sampai penjualan yang mengajak konsumen berinfak. 
Di tengah penguasaan pasar air minum dalam kemasan di tangan produsen yang kadung besar dan mapan, langkah Ufia untuk menegakkan kebenaran jelas tidak gampang. Dalam perjalanannya ibarat Perang Badar di masa awal Islam, ungkap Ardju, sebagian orang beriman dan orang-orang berdosa tidak menyukainya, mereka membantah kebenaran yang sudah nyata, serta banyak yang takut mati dan gagal. Kendati begitu, Ardju meyakini benar janji Allah bahwa suatu saat nanti yang lemah (persenjataan dan modal) yang menang, bahwa yang benar yang tampil di depan, bahwa orang-orang kafir akan kalah dan bahwa akan datang masa penetapan yang hak dan pembatalan yang batil.
Untuk maju perang tentu tidak bisa hanya melenggang tanpa bekal apa-apa. Ardju mempersiapkan apa saja yang dia sanggupi (QS Al Anfaal [8]: 60) untuk menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan musuh yang tidak kelihatan tapi Allah melihat. Dia telah mempersiapkan sejumlah modal untuk maju ke medan perang, antara lain:
Tanah dan mata air
Untuk memproduksi air minum dalam kemasan, dia telah menyiapkan lahan seluas 5,3 hektar yang memiliki empat mata air di Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Saat ini baru satu mata air yang dimanfaatkan buat memproduksi air minum dalam kemasan.
                                           Pabrik yang lengkap      
Di atas lahan seluas 5,3 hektar tadi, Ardju Fahadaina membangun pabrik lengkap dengan instalasi pengolahan air yang berkualitas. Dia memperhatikan benar mutu dan kehalalan suku cadang yang digunakan dalam rangkaian instalasi pengolahan air, seperti ultraviolet, filter dan ozonisasi. Termasuk penggunaan filter karbon yang menjadi kunci kehalalan air minum dalam kemasan. “Filter karbon paling bagus dan murah harganya adalah yang terbuat dari tulang babi. Saya jaga betul pemakaian filter karbon ini, saya menggunakan bahan yang benar-benar halal,” ujar Ardju Fahadaina.
Pabrik milik PT Ufia Tirta Mulia saat ini memiliki kapasitas produksi 70 liter air minum dalam kemasan per tahun. Dan, sampai saat ini kapasitas tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal.
Produk berkualitas
Untuk menjaga dan mengaudit kualitas air produk Ufia, manajemen melengkapi dengan sertifikat Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan label Standar Nasional Indonesia (SNI). Selain itu, Ufia juga melengkapi diri dengan laboratorium untuk mengecek kualitas air setiap kali ada produk yang kurang memenuhi syarat kesehatan. Kemudian bahan kemasan menggunakan material terbaik dan senantiasa dijaga oleh quality control secara ketat.
Selain kualitas duniawi tersebut, air minum dalam kemasan Ufia juga memiliki kualitas ukhrawi atau rohani. Hal ini diejawantahkan dalam bentuk infak Rp15 per liter air yang terjual dan ZIS sebesar 35% dari keuntungan perusahaan. “Karena perusahaan belum untung, kami baru bisa menunaikan infak Rp15 per liter air yang terjual. Kami berharap ada kenaikan produksi dan penjualan dari tahun ke tahun sehingga mendatangkan keuntungan,” ucap Ardju Fahadaina optimistis.

Target dan Pencapaian Infak Rp15 per Liter
_____________________________________________________________
2010:   1.800.000 liter               Rp.      27.000.000
2011:   8.000.000 liter               Rp.    120.000.000
                     (11% dari kapasitas produksi : 70.000.000 ltr/thn)
2012: 35.000.000 liter               Rp.    525.000.000
                     (50% dari kapasitas produksi)
2013: 70.000.000 liter               Rp. 1.050.000.000
            (100% dari kapasitas produksi)
--------------------------------------------------------------------------------------
Note:
1) Dengan satu pabrik dan kapasitas yang ada.
2) Keberhasilan ditentukan oleh “Semangat Ukhuwah Islamiyah”.


Distribusi dan transportasi
Untuk mencapai dan melayani konsumen secara cepat, Ufia menggunakan armada transportasi dan distribusi yang andal dan menggunakan sistem service point.  

Sumber Daya Manusia yang Amanah, Rajin dan Jujur
Sumber mata air dan fisik bangunan pabrik akan menjadi sekadar potensi belaka tanpa didukung sumber dana manusia (SDM) yang berpendidikan, memahami kerja sebuah tim (team work), dan disiplin. Bagi Ardju Fahadaina, ketiga unsur itu saja belum cukup untuk membangun tim manajemen yang mampu memenangi perang bisnis air minum dalam kemasan. Manusia Ufia mesti memiliki dan menjunjung tinggi sikap Amanah, Rajin dan Jujur (Ardju). 
Setiap insan Ufia harus menjaga amanah. Amanah mengandung makna bahwa semua tugas atau pesan yang diterima dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Amanah berkait dengan hal dapat dipercaya atau kredibilitas. Dalam bahasa yang sedikit filosofis, menurut James M. Kouzes dan Barry Z. Posner dalam bukunya yang kondang Credibility: How Leaders Gain and Lose It, Why People Demand It, bila Anda tidak mempercayai si pembawa pesan atau penerima tugas maka Anda tidak akan mempercayai pesannya dan tugas yang dia kerja.
Jelas, bagaimana mungkin kita mempercayai sebuah produk kalau kita tidak menaruh rasa percaya kepada mereka yang mengerjakan atau memproduksi. Melalui sumber daya manusia yang memiliki kredibilitas kuat, perusahaan akan mampu tumbuh secara baik.
Lantas bagaimana agar perusahaan mampu memilih dan mempekerjakan orang-orang yang punya kredibilitas kuat. Untuk itu Ardju Fahadaina berusaha merekrut orang-orang yang memiliki kepercayaan diri (self confident), visi dan idealisme, kepedulian, tanggung jawab tinggi dan bermartabat (dignified).
Dalam bahasa religius, Ardju berusaha mencari orang-orang yang jangan sampai mengkhianati Allah dan Rasulullah saw dan mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadanya sedangkan mereka mengetahuinya (QS Al Anfaal [8]: 27).
Sejumlah hasil survai yang dilakukan oleh para pakar manajemen, seseorang disebut kredibel bilamana mereka memiliki kejujuran, dapat melihat ke depan, mampu memberikan inspirasi pada kelompok dan memiliki kecakapan. So, orang yang kredibel adalah orang-orang yang dapat kita percayai perkataannya dan secara pribadi mempunyai antusiasme tinggi serta  memiliki pengetahuan dan kecakapan untuk memimpin. Dalam bahasa manajemen, orang kredibel adalah orang yang memiliki integritas tinggi dan kompetensi yang andal.
Kejujuran. Ya, orang-orang yang bekerja di Ufia adalah orang-orang yang berusaha senantiasa menyatu kata dan perbuatan. Karena, menurut Ardju Fahadaina, amat besar kebencian di sisi Allah bila seseorang mengatakan apa-apa yang tidak dikerjakan (QS Ash Shaff [61]: 3).
Sebagaimana pula pesan Rasulullah, “Berlakulah jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan kepada surga, dan tidaklah seseorang itu berlaku jujur dan membiasakannya dalam hidupnya kecuali ditulis di sisi Allah sebagai orang yang selalu jujur. Dan janganlah kalian berperilaku dusta, karena dusta menunjukkan kepada keburukan, dan keburukan itu menunjukkan kepada api neraka, dan tidaklah seseorang itu berdusta dan membiasakannya dalam hidupnya, kecuali ditulis di sisi Allah sebagai tukang dusta.” (HR Mutaffaq Alaihi)
Satu hal lagi yang melekat pada diri orang-orang Ufia adalah rajin. Dalam bahasa manajemen, rajin mengandung unsur kompeten (competency) dan kesempurnaan (perfection). Melalui kinerja yang rajin, mereka memiliki kompetensi yang dibutuhkan buat menjalankan pabrik pengolahan air minum dalam kemasan.
Untuk mencapai kompetensi tinggi, Ardju senantiasa memotivasi karyawan-karyawannya dengan nilai-nilai rasa pengendalian (sense of control), kebutuhan untuk berprestasi dan harga diri tinggi. Dengan menguatkan tiga nilai tersebut dalam diri setiap karyawan, Ardju berharap mereka terus bersemangat, aktif menggapai visi dan misi yang digariskan manajemen, dan mengembangkan perusahaan secara kreatif. Sesungguhnya Allah sangat mencintai seseorang yang bilamana melakukan sesuatu dilakukan sebaik mungkin (profesional). (HR Imam Baihaqi dari Aisyah)
Dengan kesiapan menghadapi perang bisnis air minum dalam kemasan yang relatif lengkap dan tekad yang kuat tersebut, Haji Ardju kini berusaha tawakal dalam menjalankan roda bisnis PT Ufia Tirta Mulia. Dia meresapi benar pesan suci “... Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka tawakallah kepada Allah.” (QS Ali ‘Imran [3]: 159 )
Untuk itu, Haji Ardju terus berikhtiar melaksanakan syariat dan mengikuti aturan yang berlaku. Semua perizinan dan sertifikasi duniawi telah dipenuhi. Dan sekarang, Haji Ardju berusaha menggenjot bagaimana kiprah Ufia berkontribusi pada umat.

Kontribusi pada Umat, Bangsa dan Negara
Melalui infak Rp15 per liter air yang terjual, Ufia berusaha memberi arti bagi umat (Muslim). Dapat diilustrasikan di sini, misalkan, produsen air minum dalam kemasan merek lain dan Ufia sama-sama punya omset Rp20 miliar per tahun dan keuntungan sama-sama Rp4 miliar. Pada merek lain, tidak ada infak yang disalurkan ke umat dan laba Rp4 miliar sepenuhnya menumpuk di kantong sang pengusaha atau dilarikan ke luar negeri (terutama perusahaan penanaman modal asing atau multinasional). Benar-benar tidak ada yang menetes pada umat, tiada terkecuali umat di sekitar lokasi mata air yang dieksploitasi habis-habisan.
Lalu bagaimana gambaran kontribusi infak Rp15 dari pelanggan Ufia? Dengan omset Rp20 miliar, diperkirakan air yang terjual mencapai 47,5 juta liter. Dari angka produksi air sebanyak itu, infak yang terkumpul sekitar Rp700 juta. Lalu dari laba Rp4 miliar dialokasikan buat zakat (2,5%) Rp100 juta, infak (32,5%) Rp1,3 miliar, pengembangan usaha (32,5%) Rp1,3 miliar dan kesejahteraan keluarga (32,5%) Rp1,3 miliar. Singkat cerita, terkumpul ZIS (Rp100 juta, Rp700 juta, Rp1,3 miliar) sebesar Rp2,1 miliar. Dana ZIS sebesar Rp2,1 miliar tersebut sudah barang tentu sangat berarti bagi umat Muslim yang dililit kemiskinan, bantuan anak yatim piatu, membantu masjid yang membutuhkan dana renovasi, dan meningkatkan kualitas lembaga pendidikan Islam.
Langkah kongkritnya, dana infak Rp15 per liter di tahun 2011 sebesar Rp120 juta yang telah disetor ke Baznas dapat dimanfaatkan untuk proyek pipanisasi air bersih bagi 44 KK warga Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain itu, sebagian infak tersebut untuk menyantuni anak yatim dan dhuafa penghafal al-Quran serta melengkapi pembiayaan Panti Asuhan Yatim Putri Nur-Ufia di Sleman, Yogyakarta.
Selain kontribusi dari infak Rp15 per liter, Ufia pun memberi arti bagi wagra Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Hal ini tercermin pada komposisi karyawan yang mencapai 80% warga sekitar pabrik. “Kami bersyukur atas kehadiran Ufia di desa ini. Kami sangat terbantu dan merasa tenteram bekerja di sini,” ujar Supervisor Ufia, HM Madani, yang asli warga Desa Cinagara dan memulai karir di Ufia dari tingkat paling bawah.
Dalam kerangka lebih luas, Haji Ardju ingin Ufia memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara. Setidaknya, berkontribusi memberikan contoh praktik bisnis air minum dalam kemasan yang syar’i tanpa meninggalkan ketaatan kepada peraturan duniawi yang dibuat birokrasi pemerintahan negeri ini.  

Visi-Misi Buat Umat
Berangkat dari tekad memberi arti bagi umat dan negeri, Haji Ardju memberikan arah (visi) agar perjalanan bisnis Ufia tidak salah tujuan. Hadji Ardju mengkristalisasi visi Ufia: menjadi perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) terkemuka, Islami, pilihan utama masyarakat Indonesia serta selalu dalam ridha Ilahi. Sebuah visi yang demikian jelas, ringkas dan gampang dipahami oleh segenap karyawan PT Ufia Tirta Mulia.
Dari visi yang tegas tersebut, Haji Ardju kemudian sedikit membumikan ke dalam misi-misi perusahaan. Ada pun misi Ufia meliputi:
·         Mewujudkan perusahaan AMDK yang profesional.
·         Mengembangkan nilai-nilai Islam dalam lingkungan Perusahaan.
·         Mendidik dan mengarahkan semua yang terkait dengan perusahaan untuk menjadi manusia yang Amanah, Rajin dan Jujur.
·         Mewujudkan suasana aman, nyaman, tenteram dan damai, bagi orang-orang yang berada di sekitar tempat di mana perusahaan beroperasi.
·         Menghasilkan produk-produk yang inovatif, halalan thoyyiban, berkualitas tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat.
·         Mengutamakan hal-hal yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.

Sempurnakan Manajemen Genjot Pasar Institusi
Perjalanan bisnis AMDK Ufia mulai dari April 2010 sampai sekarang dapat dikatakan kurang mulus, ada kerikil-kerikil tajam menyerak. Setelah berhasil keluar dari persoalan pembangunan pabrik yang sempat tersendat, Ufia mulai memasuki pasar. Ternyata peta persaingan di bisnis air minum dalam kemasan ini lumayan ketat. Dari catatan di Aspardin, pada tahun 2010 tercatat adanya 500 perusahaan AMDK dan 100 di antaranya mati lantaran tidak mampu bersaing. Selain persaingan, sebagai pemain baru, Ufia pun menghadapi semacam upaya tipu-tipu orang yang mengaku bisa membantu penjualan berapa saja Ufia berproduksi.
Haji Ardju bercerita:
“Ternyata tidak hanya persaingan, di situ ada penjahat-penjahat di bidang penjualan air. Ada sementara orang yang menawarkan diri akan membantu penjualan, mau jual berapa saja bisa dibantu. Kami sempat menjadi korban dari kejahatan seperti ini. Memang kejahatan ini tidak secara langsung ke kami. Agen yang semula kapasitasnya hanya sebuah toko terpengaruh oleh mafia penjualan tadi. Penjahat masuk ke agen, dia mungkin memberikan proyeksi marketingnya bisa jual banyak. Lalu si agen berhubungan dengan manajemen Ufia. Entah kenapa manajemen Ufia menjalin kerja sama dan percaya saja pada si agen yang telah disusupi penjahat ini. Kemudian pihak pabrik mempercayai agen terebut. Padahal, agen tersebut dibantu oleh tenaga ahli penjual yang adalah penipu. Akibatnya sangat fatal, karena air yang sudah diproduksi dan keluar dijual itu ternyata hilang. Artinya, produk terjual namun uangnya tidak bisa ditagih. Kerugian di tahun kedua itu mencapai sekitar Rp1,2 miliar. Sekilas di tahun kedua itu penjualan kami naik dan produksi sampai beroperasi dua shift. Tapi berakhir dengan tertipu. Saya baru mencium gelagat itu Maret 2012. Saya langsung menuntut tanggung jawab orang-orang yang saya serahi memegang manajemen perusahaan namun mereka tidak mau.
Langsung saja saya rombak manajemen. Saya kembali turun tangan sendiri, saya periksa harga pokok produksi. Manajemen lama  memproduksi air sebanyak-banyaknya dengan alasan untuk bersaing di pasar. Kemudian harga jual juga diturunkan sampai di bawah harga pokok produksi. Katakanlah harga pokok Rp9.000 per karton cup, manajemen menjual Rp8.200. Saya menemukan dua persoalan, yakni kerugian Rp1,2 miliar dan harga jual di bawah harga pokok. Misalkan uang itu saya tarik, tetap saja rugi. Sebetulnya kami bisa memperkecil kerugian di bawah Rp1 miliar tapi akan tetap rugi lebih dari Rp1 miliar karena penjualan setelah saya turun tangan itu masih pakai harga yang di bawah harga pokok. Saya tidak mungkin langsung menaikkan harga jual. Waktu manajemen lama, kerugian untuk cup itu Rp200 juta per bulan. Secara bertahap saya naikkan harga, pertama turun harga, kerugian turun menjadi Rp100 juta. Potensi kerugian masih tinggi juga. Berjalan kira-kira enam bulan saya naikkan harga lagi, kerugian turun jadi Rp50 juta per bulan. Berjalan sekitar setengah tahun juga, saya naikkan lagi, kerugian tinggal Rp30 juta. Dalam setahun berikutnya masih ada potensi kerugian. Itu kendala yang kami alami. Dan saya terus perbaiki.”

Perkembangan terakhir,  pertengahan Juli 2013, Ufia kembali menaikkan harga jual dengan harapan balik modal saja. Repotnya, September 2013, nilai dolar melonjak sampai Rp11.500 per dolar. Otomatis harga semua material produksi air minum dalam kemasan ikut naik. Ditambah lagi biaya transportasi belum lama mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan harga BBM. Akibatnya, harga jual Ufia sangat tertekan. “Kalau dihitung-hitung dengan produksi 30 ribu karton per bulan, kerugian Rp20 juta per bulan untuk cup. Sampai sekarang ini potensi rugi masih ada karena faktor eksternal. Untuk mengatasi kerugian itu saya menurunkan produksi dari sebelumnya 30 ribu karton menjadi tinggal 20 ribu karton, rugi sekitar Rp13 juta,” terang Haji Ardju.
Bersyukur, Ufia masih bisa meraih sedikit keuntungan dari air minum kemasan botol dan galon. Sebab itulah, Haji Ardju berupaya menggenjot pasar kemasan botol dan galon secara maksimal. Selain masuk ke konsumen rumah tangga, untuk mempercepat peningkatan penjualan kemasan galon, Ufia sekarang berkonsentrasi ke konsumen institusi. “Kami aktif membuka kerja sama ke kalangan bank syariah, sekolah Islam atau majlis taklim yang dapat terpengaruh oleh visi-misi Ufia. Juga berusaha melebarkan sayap pasar ke supermarket yang saat ini baru Tiptop yang hanya ada tujuh outlet di Jabodetabek,” paparnya.
Akibat penurunan produksi, instalasi pengolahan air minum Ufia pun mengalami pengurangan operasional. Pada sisi lain, karyawan tetap harus diupah. Untuk terus menambah jam operasional, minimal mempertahankan waktu operasional yang normal, manajemen Ufia menerima pihak-pihak lain yang ingin memproduksi air minum di pabrik Ufia.  Beberapa pihak lain yang telah menjalin kerja sama produksi di Ufia antara lain Aceros, Pondok Pesantren Darun Najwah (Bekasi), dan sebuah partai politik. Agar tidak rugi, Ufia mesti berproduksi 50 ribu galon per bulan. “Kami Ufia sendiri baru mampu menjual sekitar 8.000 galon per bulan. Bulan September 2013 lalu kami sudah mencapai 11.000 galon. Katakanlah Ufia sendiri bisa mencapai 15.000 dan Aceros 25.000 galon, Pondok Pesantren Darun Najwah 4.000 galon, total produksi baru 44.000 galon. Masih perlu 6.000 galon lagi. Kami akan terus membuka pasar galon lebih luas lagi,” jelas Haji Ardju.
Kemudian, untuk kemasan botol pun masih jauh sekali. Ufia harus menjual sekitar 40 ribu karton agar tidak merugi. Saat ini baru sekitar 1.000 karton yang terjual. Ufia tetap membuka lebar-lebar pihak-pihak yang ingin memanfaatkan instalasi pengolahan air minum dengan merek yang dimilikinya. Untuk memperbesar penjualan kemasan botol, saat ini Ufia sudah menjadi kerja sama dengan pemasok untuk sopir angkot di daerah Bogor. Sementara waktu untuk satu trayek, mereka menyanggupi memasarkan 500 karton per bulan. “Nanti bisa sampai 1.000 karton. Kalau dia bisa banyak trayek maka bisa 5.000 karton. Yang begini ini sedang kami cari lebih banyak lagi. Kelompok lain seperti taksi dan moda transportasi lainnya coba dijajaki. Sangat mungkin pula dibuka kerja sama dengan jaringan hotel syariah,” terang Haji Ardju.
Bukan hal mudah memasarkan air minum dalam kemasan di tengah daya beli masyarakat yang terus melemah. Terutama untuk kemasan cup, relatif tidak ada keuntungan, lebih sebagai upaya branding. Sebab itu, tutur Haji Ardju, manajemen Ufia berupaya menyebarkan ke mana saja pasar yang masih memungkinkan, seperti pasar tradisional, pesta perkawinan dan terminal. Untuk kemasan cup minimal menjual 75.000 karton, baru akan kelihatan keuntungan di depan mata.
“Kami tidak mau banting harga, satu-satunya jalan ya tetap berpegang teguh pada strategi kami dengan visi-misi bahwa kami produk Islami dan target pasar yang Islami juga. Artinya, kami bisa mempengaruhi market itu dengan ke-Islam-an. Sekarang yang kami jalankan lebih banyak di situ, ke masjid dan majlis taklim. Dari pengalaman bisa masuk tapi perlu perjuangan keras karena untuk mengenalkan maksud baik Ufia ini tidak seperti membalik telapak tangan. Alhamdulillah yang saya jalankan belakangan ini mulai tembus juga. Perlu waktu perlu kesabaran. Dan saya optimis pada janji Allah,” tutur Haji Ardju.
Ke depan, lanjut Haji Ardju, sangat dimungkinkan untuk menjalin kerja sama produksi dengan pemilik merek Islami –Adz Dzikra, DD Water dan MQ. “Air minum dalam kemasan merek Adz Dzikra sudah mati. Saya dengar langsung dari Ustadz Arifin Ilham sendiri karena katanya yang menjalankan tidak amanah. Kemudian DD Water, saya pernah mendekati agar bisa memproduksi di tempat kami, sekarang dalam proses. Saya sudah ke sekolahnya DD Water, Dompet Dhuafa dan Rumah Sehat di Serpong. Itu sudah saya tawarkan juga. Lalu, MQ pernah kami dekati namun tidak cocok harga,” terangnya.
                                    
Harapan dan Cita-cita
Kendati perjalanan Ufia terus tertatih-tatih, Haji Ardju tetap optimis bakal memenangi ‘perang’ di jagat bisnis air minum dalam kemasan. Jelas berbeda dibandingkan pengalaman tatkala dia mengakuisisi dan membesarkan perusahaan SPPBE di Provinsi Lampung yang kemudian berkembang pesat sampai Jambi. Di bisnis SPPBE relatif ringan iklim persaingannya. Lebih simpel, dia cukup bermodal tangki dan kendaraan pengangkutan elpiji. Konsumen pun hanya menghadapi satu pilihan elpiji produk Pertamina. Sedangkan di air minum dalam kemasan, modal pabrik saja cukup mahal. Lalu, mesti tahu betul tingkat persaingan di pasar yang terlanjur dikuasai pemain bermodal kuat dan jejaring menghampar di pasar. Konsumen memiliki banyak pilihan air minum yang disuka dan diminum sehari-hari.
Walau lebih sulit dibanding SPPBE, Haji Ardju berkeyakinan usahanya kali ini bakal menuai sukses dan mengambil-alih pimpinan di bisnis air minum dalam kemasan. “Saya ada keyakinan bisa mengarah ke sana. Dengan alasan konsumen kami Islam. Namun, kami harus bekerja keras meyakinkan konsumen atau calon konsumen Islam itu bahwa Ufia ini lebih baik daripada merek-merek yang lain sesuai dengan doa harian kami ‘ya Tuhan kami berilah keselamatan dunia-akhirat dan jauhkan kami dari adzab neraka’. Karena, Ufia ini kualitasnya dunia-akhirat. Ini yang harus kami sosialisasikan dan promosikan agar jejaring umat ini menjadi pasar potensial marketing dan distribusi Ufia,” harap Haji Ardju Fahadaina.
Tahapan-tahapan ke arah sukses itu sudah terbaca. Setelah kesulitan itu kita akan diberi kemudahan. Memang tidak akan melesat pesat bak anak panah. Perlahan namun pasti konsumen datang. Misalkan segera datang pelanggan baru dari kawasan industri Tangerang yang berkomitmen berlangganan sekitar 5.000 galon per bulan.
Dengan semakin bertambahnya pelanggan Ufia, Haji Ardju lalu menaruh asa untuk segera dapat membumikan ZIS di kalangan umat Muslim. Bila semakin banyak umat ber-ZIS maka akan semakin banyak dana buat kemaslahatan umat. “Cita-cita saya menegakkan ekonomi Islam mencapai negeri yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur. Dan melalui Ufia, saya ingin memenuhi janji secara sempurna. Ending-nya begitu,” tandas Haji Ardju penuh asa. ***


No comments:

Post a Comment