Sunday, October 27, 2013

Memberi Apa yang Kita Punya

“Jangan mengumpulkan harta di bumi... kumpulkanlah bagimu harta di surga, di mana ngengat ... tidak merusak dan pencuri tidak dapat mencurinya”
Mat 6:19-20

SEBAGAI sosok yang relatif berkecukupan materi, Jopinus Ramli (JR) Saragih tak ingin hartanya hanya habis di bumi --tepatnya berhenti di kantong persembahan atau kas gereja saja. Dia ingin menjadi investor rohani dalam iman Kristen dengan mengusung prinsip alkitabiah “kumpulkanlah hartamu di sorga..”  Perjalanan hidup JR Saragih layak dikatakan sarat dengan titian di jalan investasi rohani menuju surga.
Telusuri saja sekitar tahun 2000, ketika dia masih sebagai prajurit muda yang memperoleh amanah tugas sebagai komandan polisi militer di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Sebelum ada jalan tol Cipularang (Cikampek, Purwakarta, Padalarang), wilayah Kabupaten Purwakarta terasa sepi dan sulit diharapkan menggeliat menyambut asa. Demikian sepinya sampai muncul anekdot bahwa Purwakarta adalah kota pensiunan. Bahkan, yang lebih menyeramkan, Purwakarta sebagai daerah jin buang anak.
Suatu waktu JR Saragih berbincang dengan Bupati Purwakarta bahwa hatinya terketuk untuk ‘menerangi’ dan ‘berbagi’ pada warga Purwakarta. Mengapa? Ketika itu dia melihat, sebagian besar (sekitar 78 persen) dari sekitar satu juta jiwa warga Purwakarta merupakan pendatang yang hidup hanya mengandalkan Upah Minimum Regional (UMR). Hidup dengan penghasilan pas-pasan. Bahkan, mereka yang sebagian besar bekerja sebagai buruh pabrik itu terkadang hidup jauh dari Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Tidak sedikit kasus warga masyarakat meninggal dunia gara-gara tidak mampu membayar pelayanan kesehatan di klinik atau rumah sakit.
“Sebagai prajurit muda yang baru bertugas, suatu kali hati saya tersentuh melihat seorang ibu meninggal dunia saat mau melahirkan karena ia tidak mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang baik. Saya kemudian berbicara dengan bupati dan para dokter di sana, bagaimana cara kita memberi pelayanan kesehatan yang terjangkau mereka. Pak Bupati Purwakarta merespon baik niat saya itu. Lalu gaji saya di TNI saya jadikan modal untuk memulai usaha klinik kesehatan. Rupanya banyak orang bersimpati dan mendukung usaha saya. Secara bertahap akhirnya saya bisa membeli tanah seluas 770 meter persegi untuk mengembangkan klinik,” papar JR Saragih mengenang sepenggal warna perjalanan hidupnya dalam memberikan apa yang dipunyainya.
JR Saragih berkisah lebih jauh kerja kerasnya mengembangkan klinik kesehatan yang minimal mampu melakukan operasi pada para pasien. Sampai kemudian, banyak warga sekitar klinik miliknya datang meminta pertolongan pelayanan kesehatan yang terjangkau. Sampai-sampai, dalam kalkulasi ekonomis, dia harus mensubsidi sekitar Rp200 juta kepada warga kurang beruntung yang datang berobat ke klinik yang kini telah bermetamorfose menjadi Rumah Sakit Efarina Etaham Purwakarta. Sebuah rumah sakit swasta yang berdiri di atas lahan seluas tiga hektar yang menjadi mitra PT Jamsostek dan tumpuan korban kecelakaan lalu-lintas jalan tol Cipularang. Rumah sakit tipe A yang mampu berdiri di atas kelas RSUD milik Pemerintah Kabupaten Purwakarta degan total karyawan sekitar 300 orang.
“Pengalaman saya di Purwakarta di masa lalu itu cukup menarik dijadikan pelajaran setelah saya berada di Simalungun ini. Saya bisa membantu orang lain dan saya tidak perlu menyembah-nyembah orang hanya untuk menjalin kerja sama kemitraan,” ujar JR Saragih.

A.   Makna Filosofis Efarina
JR Saragih yang amat meyakini iman Kristen sangat menjunjung prinsip Efarina yang bermakna ajakan memberikan semua apa yang ada dalam diri kita dan semua percayakan kepada Tuhan. Karena, dia meyakini, apa yang ada dalam diri kita bukanlah kekuatan kita. Artikata, semua itu semata-mata titipan yang dipercayakan oleh Tuhan yang wajib kita jaga sebaik-baiknya.
Kini JR Saragih yang relatif berkelimpahan harta ingin terus berinvestasi di jalan Tuhan sebagai wujud mensyukuri berkat. Kelimpahan dalam kekristenan adalah berkat. Berkat bisa saja mengambil bentuk uang, kekayaan atau kemakmuran. Namun semua itu tidak selalu identik dengan berkat Allah dan belum tentu menjadi berkat bila tanpa ucapan syukur. Mungkin pula ini bisa menjadi pertanda penghukuman ketika hidup makmur dalam ketidak-taatan dalam menggunakan uang. Beberapa orang meminta uang, padahal Allah tidak punya uang, karena uang merupakan material sedangkan Allah adalah rohaniah.
Namun Allah mempunyai berkat. JR Saragih mengakui bahwa Allah memang maha kaya tetapi tanpa uang dan melampaui materi. Berkat Allah tidak bisa diikat dalam bentuk dan oleh materi apapun.
Hidup bergantung dalam Tuhan tidak identik dengan hidup tergantung pada kelimpahan materi. Dan, JR berkeyakinan, Allah bermaksud supaya kita hidup berkelimpahan dalam Tuhan. Inilah hal spiritual, unsur keselamatan dan bernilai kekekalan dari kelimpahan hidup Kristen. Sebuah anugerah dari Tuhan.
Seorang yang berkelimpahan dalam kehidupan spiritual dan keselamatan bukan hanya natural semata, karena anugerah lebih besar daripada alam. Namun kehidupan anugerah keselamatan mengandung prinsip kehidupan natural dan jasmaniah, meskipun tidak identik. Tidak menjadi masalah lantaran kehendak Allah, seorang beriman hidup dalam anugerah, walau tidak mempunyai sedikitpun materi. Singkatnya, berkat (blessing) tidak sama dengan uang dan tidak boleh diikat dalam bentuk materi saja.
Sebenarnya Allah mempunyai banyak berkat yang dicurahkan dengan berlimpah melalui bidang apa saja. Kalau berkat diikat dalam harta material saja, maka kita tidak mengenal anugerah yang ajaib itu. Orang Kristen bukanlah anti uang, tetapi antimaterialisme, karena paham sekular ini tidak wajar di dalam pekerjaan gereja sebab bertentangan dengan pandangan hidup Kristen yang berkarakter kekekalan. Hidup berkelimpahan dengan berkat Tuhan bukan berarti harus selalu berlimpah materi.
Implikasinya kita tidak boleh takut kekurangan dalam mengiringi Tuhan, kita harus lebih taat pada kehendak Tuhan sehingga tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang berlimpah. Karena kelimpahan material tanpa berkat Tuhan dapat menjadi kutuk dalam kehidupan kita yang dirundung banyak duka-cita karena perbudakan mammon. Padahal, Allah tidak pernah memperbudak kita satu kalipun dari berkat-Nya.
Faktanya dimungkinkan bagi seorang beriman dalam keselamatan tidak mendapat satupun materi, lantaran telah mendapatkan semuanya di dalam Kristus. Bila kita memiliki Kristus maka kita memiliki segala sesuatu dalam Dia. Di sini Kristus lah yang menjadi gembala kita, bukan uang.
Namun jika bekerja dengan keras dan giat dengan kekuatan yang dianugerahkan-Nya, berkat akan mengikuti kita, bukan kita yang mengejar berkat. Berkat adalah pemberian dan pemberinya adalah Tuhan. Di sinilah dinasehatkan, “Cari dulu Kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya maka semua akan ditambahkan kepadamu.” Berkat rohani yang berlimpah bukanlah sesuatu yang kuantitatif. Berkat ilahi yang terutama adalah hal kualitatif, yaitu keselamatan iman dan anugerah hidup. Jadi, iman bukanlah alat untuk mengumpulkan material, tetapi anugerah dalam diri untuk tetap setia walau tak mendapat apapun.
Jadi, hidup yang berkelimpahan adalah berkat Alah, selalu ada kepuasan dan ketenangan hidup. Segala kekayaan uang akan bermakna sebagai kelimpahan berkat apabila untuk memuliakan Allah. Berkat yang berkelimpahan pasti mengalir kepada sesama. Namun uang yang melimpah bukan untuk membersihkan kekotoran harta secara agamawi. Membagi berkat rohani tidak ada kaitannya dengan ritus keagamaan manusia. Memberi kepada sesama terkait dengan ucapan syukur yang melimpah, karena lebih berbahagia memberi daripada menerima. Namun menerima bukan tidak ada bahagianya, dalam anugerah.
Khususnya ”memberi kepada Tuhan,” di dalam persembahan Kristen adalah suatu tanda ucapan syukur, bukan upaya transaksi ekonomis untuk mendapatkan kembali 10 kali lipat. Orang demikian tidak akan mengalami kelimpahan hidup yang rohani, melainkan keputus-asaan agama yang jasmaniah. Pemberian kita kepada Tuhan bukan soal banyak atau sedikitnya, tapi kebergantungan hidup pada anugerah Tuhan. Jadi orang yang berkekurangan materipun pasti berbahagia jika memberi penuh ketulusan.
Seringkali kita takut memberi karena takut kekurangan atau merasa masih berkekurangan. Padahal, berkat itu datang dari Allah, maka ketika memberi tertentu, mungkin berkurang sesuatu, namun hati kita meluap dalam kemurahan dan sukacita Allah. Hidup berkelimpahan yang otentik telah diajarkan oleh janda miskin yang mempersembahkan dua peser di Bait Allah. Ternyata bernilai besar di hadapan Tuhan Yesus, karena diberikan dari kekurangan. Dalam anugerah kekurangan dapat menjadi kelimpahan.
Hidup bukan semata-mata untuk mengumpulkan uang, tetapi menerima berkat Tuhan. Di sini lah kepuasan kita di dalam Tuhan. Tetapi kehidupan duniawi sering menarik-narik kita dengan motif dan tujuan materialis, ekonomis. Kelimpahan harta hanyalah hal benda bukan segala sesuatu.
Berkat yang berkelimpahan bukanlah soal kuantitas, karena itu --baik banyak maupun sedikit-- tidak ada artinya dalam anugerah Tuhan. Yang terutama kualitas, yaitu keselamatan dalam iman. Iman bukanlah alat kita untuk mengumpulkan material, tetapi dapat menjadi sarana dalam diri agar kita tetap dapat setia walau tak ada apapun.
Kebanyakan orang Kristen lebih memilih hidup dari kelimpahan daripada hidup di dalam kelimpahan. Konsekuensinya, lebih mengutamakan bagaimana cara mencari kelimpahan dulu daripada bagaimana mengenal kelimpahan itu di dalam Allah. Jauh sebelum berada di kursi puncak kepala daerah, JR Saragih telah berusaha betul-betul mengenal kelimpahan di dalam Allah melalui langkah-langkahnya yang demikian enteng mengulurkan tangan membantu sesama dengan apa yang dimilikinya.
Allah Maha Pengasih, Dia memberi karena Ia mau memberi. Kelimpahan sejati adalah otoritas Allah.Namun Allah tidak mengajarkan umat untuk bermalas-malasan saja. Jadi, setiap usaha berkelimpahan harus dihayati sampai pada pengertian anugerah, karena segala usaha transaksi keagamaan tidak menghasilkan apa-apa selain mencurigai kebaikan Allah.

B.    Efarina, Ikon Rumah Sakit dan Universitas
JR Saragih demikian mengkristal dengan nama Efarina. Selain sebagai nama RS Efarina (Etaham) yang berada di Jalan Bungur Nomor 1 Purwakarta yang cikal-bakalnya bermula dari sebuah klinik di tahun 2000, nama Efarina juga dilekatkan pada anaknya semata wayang yang kini berusia 9 tahun. Dari sebuah rumah sakit di Purwakarta, lalu lahir Akademi Keperawatan Efarina Etaham yang juga berada di Kabupaten Purwakarta. Tujuannya amat jelas, yakni untuk mendorong percepatan pengisian kebutuhan tenaga perawat khususnya untuk RS Efarina Etaham ataupun rumah sakit lain pada umumnya.
Masih di Purwakarta, JR Saragih kemudian mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesehatan pada tahun 2011. Angkatan pertama telah meluluskan 28 orang siswa dari jurusan farmasi dan keperawatan. Dan kini mereka telah diterima bekerja di berbagai rumah sakit dan klinik di Puwakarta dan sekitarnya. SMK Kesehatan Efarina juga dibuka di Pematang Raya (ibukota Kabupaten Simalungun) dan Brastagi (Sumatera Utara).
JR Saragih tidak hanya mengembangkan rumah sakit di Purwakarta, Jawa Barat. Pada pertengahan 2013, tepatnya tanggal 24Juli, dia mulai membuka dan mengoperasikan RS Efarina Etaham di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pembukaan ditandai dengan pemukulan gong oleh Menteri Negara (Meneg) BUMN Dahlan Iskan dan dihadiri oleh ribuan warga masyarakat dari berbagai kalangan. Tambap hadir antara lain Penasehat Presiden Letnan Jendral TNI (Purn) TB Silalahi, Kepala Polres Karo Ajun Komisaris Besar Polisi Marcelino Sampouw, Dandim 0205/Tanah Karo Letnan Kolonel Prince Mayer Putong, dan Danyon 125 Simbisa Parluhutan Marpaung.
Dalam sambutannya sebagai Pendiri Yayasan Efarina Group, JR Saragih mengatakan, kebanggaannya terhadap warga Karo yang peduli akan kesehatan. Mengingat masyarakat di Karo sangat aktif berolah-raga, dengan cara melakukan aktivitas di ladang yang sangat panjang memakan waktu dari pagi sampai sore.
Secara tidak langsung, tegas JR Saragih, pekerjaan petani merupakan salah satu rangkaian kegiatan berolah-raga yang mampu meningkatkan derajat  kesehatan dan sangat minim dilakukan oleh para pekerja di kantoran.
“Tujuan saya membangun rumah sakit di daerah ini untuk membantu dan melayani seluruh warga masyarakat Karo, agar tidak jauh serta tak mengalami kesulitan berobat. Karena kalau berobat ke Medan berapa biaya perongkosan yang harus dikeluarkannya, belum lagi kalau ke Penang. Dalam waktu dekat ini, untuk meningkatkan pelayanan kepada warga masyarakat Karo, kami akan mengupayakan pelayanan Askes, dengan fasilitas medis dan tenaga dokter terbaik,” ujar Bupati Simalungun ini.
JR Saragih mengatakan, pihaknya juga menyelenggarakan pengobatan gratis bagi ribuan warga masyarakat Karo. Termasuk memberikan door price berupa puluhan sepeda motor, puluhan sepeda, puluhan unit BlackBerry, dispenser, dan TV LED.
RS Efarina Etaham dibangun pula di Pangkalan Kerinci (Jambi) dan Brastagi. Sebagaimana rumah sakit yang telah hadir terlebih dulu di wilayah lain, RS Efarina Etaham Pangkalan Kerinci ditujukan buat mempermudah warga Pangkalan Kerinci berobat. Warga setempat tidak perlu lagi jauh-jauh berobat ke wilayah lain yang relatif jauh dan memakan ongkos tidak sedikit. Pun demikian RS Efarina Etaham di Brastagi yang dapat dimanfaatkan warga Brastagi yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang memadai. Karena, setiap rumah sakit dalam lingkup kelompok usaha Efarina Etaham dilengkapi  Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Kandungan, Dokter Spesialis Bedah Umum, Dokter Spesialis Anestesi, Apoteker, Perawat, Bidan, Radiografer, Fisioterapi, Rekam Medis, dan Ahli Gizi. Untuk tenaga non-medis, dilengkapi Staf Keuangan/Accounting, Kepala Bagian Accounting, Staf Humas (Protokoler), Staf HRD (Personalia), Staf Marketing, Sekretaris, dan Receptionis.
Di wilayah Sumatera Utara pula, tepatnya di Pematang Raya, JR Saragih yang memilih pulang kampung membangun daerahnya ini mendirikan Universitas Efarina. Universitas ini memiliki empat fakultas: pertama, Fakultas Ilmu Pendidikan dengan program studi Matematika (S-1), Bahasa dan Sastra Indonesia (S-1), dan Guru SD (S-1). Kedua, Fakultas Teknik yang menyelenggarakan program studi Teknik Informatika (S-1), Teknik Elektro (S-1), dan Teknik Lingkungan (S-1). Ketiga, Fakultas Kesehatan yang menawarkan program studi Farmasi (S-1), Ilmu Kesehatan Masyarakat (S-1), Keperawatan (S-1), Kebidanan (D-3), Analis Kesehatan (D-3), Radiodiagnostik dan Radioterapi (D-3), dan Fisioteraspi (D-3). Dan keempat, Fakultas Ekonomi dengan program studi Manajemen (S-1).
JR Saragih benar-benar ingin mencerdaskan dan membangun daerah dan kampung halamannya agar tidak terlalu jauh tertinggal dibandingkan daerah lain di Republik Indonesia.
Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan mengaku salut melihat JR Saragih yang betul-betul memberi manfaat bagi daerah dan kampung halamannya. Karena, katanya. dalam menentukan pilihannya, dia memilih pulang ke kampung membangun daerah daripada menjadi Jenderal TNI yang sudah berada di depan mata.
“Pak JR Saragih saya kenal sejak dia masih menjadi pengawal Istana/Presiden, di mana saat Presiden ke luar negeri ikut mengawal Presiden dan dia hebat. Atas itu, saya sujud di pangkuan ibunda Saragih, karena melahirkan seorang anak yang hebat,” ujarnya.

C.   Murah Hari, Suka Memberi dan Berbagi Sesama
(Kristus berkata), "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (suatu kehidupan yang berarti dan penuh kebahagiaan).” Demikian penegasan spiritual alkitabiah Yohanes 10:10b.
Ya, JR Saragih memahami benar makna alkitabiah Yohanes 10:10b tersebut. Dia ingin menggapai kehidupan yang sarat makna dan penuh kebahagiaan. Lalu, bagaimana agar kehidupan ini sarat arti dan makna? Salah satu arti itu adalah rasa dihormati. Dan tak seourang pun pernah diberikan kehormatan atas apa yang diterimanya. Kehormatan diberikan sebagai imbalan atas apa yang diberikannya (Calvin Coolidge, Presiden Amerika Serikat 1923-1929).
Banyak orang yang terkenal ke seluruh jagat lantaran kemurahan hatinya dalam memberi. Mereka memperlihatkan sifat pemberi yang paling mendalam, yang hanya keluar dari dalam hati. Misalkan Bunda Teresa, yang bersama ordo yang ia dirikan sendiri, Missionaries of Charity, telah melakukan pekerjaan besar. Tanpa banyak bicara dan secara efektif, ia telah membantu 123 negara yang dilanda penderitaan dan kekurangan yang demikian mengerikan. Banyak rumah dan pusat-pusat (centers) yang ia dirikan yang sekarang menjadi tempat bernaung bagi para tunawisma dan klinik-klinik AIDS. Hidupnya yang penuh dengan kemurahan hati ia persembahkan untuk melayani orang-orang yang tersisih dan terbuang dari masyarakat.
Murah hati bisa dipahami sebagai sebuah tindakan belas kasih dari satu individu yang memberikan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan bantuannya. Sikap murah hati adalah sikap untuk membantu orang lain secara terus-menerus –baik dalam bentuk materi maupun non-materi. Murah hati adalah rela memberi sesuatu kepada orang lain secara tulus-ikhlas tanpa mengharapkan imbalan. Namun, pemberian yang tulus-ikhlas tersebut harus mempertimbangan ketepatan waktu, bentuk dan manfaat bagi orang yang menerima, serta ketepatan motivasi bagi sang pemberi.
Dapat dikatakan bahwa murah hati merupakan kunci meraih pribadi sukses. Tidak ada orang sukses sejati yang tidak mau membantu orang lain. Orang sukses itu akan selalu membagi-bagikan kesuksesannya kepada orang lain. Bisa dalam bentuk pemikiran, gagasan, pengalaman, inspirasi, motivasi, melakukan berbagai aktivitas sosial, dan hal-hal positif lainnya. Banyak orang yang sukses dalam karir dan hidupnya yang suka sekali menyumbang kepada orang lain yang membutuhkan, baik secara pribadi maupun organisasi. Mereka mendonasikan materinya demi kepentingan sosial. Why? Ya, semua itu mereka lakukan penuh kesadaran bahwa mereka hidup di dunia ini tidak sendiri, dan kesuksesan yang direngkuhnya tentu tidak akan pernah lepas dari jasa dan bantuan orang lain.
Dalam pengertian yang lebih dalam lagi, kita harus bersikap murah hati karena sebenarnya kita ini hanya pengelola, bukan pemilik uang atau materi lainnya. Segala sesuatu berasal dari Tuhan dan sebagai pengelola kita harus bertangging-jawab kepada Tuhan yang mempercayakan uang, materi dan kesuksesan yang ada pada kita.
Salah satu prinsip dari kemurahan hati adalah untuk tidak memamerkan kedermawanan yang sudah diberikan. Jangan pula membanggakan kedermawanan atau berharap apap pun dari apa yang telah diberikan, karena hal itu bukanlah kemurahan hati melainkan manipulasi. Prinsip penting lainnya adalah kemurahan hati dimulai dari diri sendiri. Jangan mengharapkan orang lain bermurah hati dulukepada kita, baru kita memulainya. Akan jauh lebih mulia bila kita berinisiatif menggugah kesadaran dari dalam diri sendiri untuk bermurah hati terlebih dulu.
Untuk menggugah kesadaran untuk senantiasa dan bermurah hati, meminjam pendapat pakar kepemimpinan John C. Maxwell, JR Saragih menempuh empat cara. Pertama, bersyukur. Murah hati dan rasa syukur merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. JR Saragih senantiasa beryukur atas apa pun yang dimilikinya. Memang tidak mudah untuk bersikap murah hati bila ia sendiri tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Kemurahan hati timbul dari kecukupan diri, dan bukan dari mendapatkan lebih.
Kedua, mendahulukan orang lain. Bahwa kemurahan hati menuntut seseorang mendahulukan orang lain, bukan diri sendiri. JR Saragih mengutamakan melayani ketimbang dilayani orang.
Ketiga, menguasai hati. Bila seseorang ingin menguasai hatinya, maka jangan biarkan diri dikuasai oleh hasrat memiliki dan harta benda menguasainya. JR Saragih tidak mendewakan uang dan materi. Dia meganggap itu sebagai sumber daya dan bersikap murah hati dengan menggunakannya untuk hal-hal yang bernilai.
Dan keempat, kebiasaan memberi. Satu-satunya cara untuk mempertahankan sikap murah hati adalah dengan mengembangkan kebiasaan memberi. Dalam hal ini JR Saragih memberikan waktu dan perhatiannya, serta uang dan sumber-sumber daya yang dimilikinya kepada orang-orang yang membutuhkannya.
Selain terus memberikan apa yang dimilikinya, termasuk fasilitas wewenang dan jabatan sebagai Bupati Simalungun, JR Saragih pun aktif berbagi ilmu. Di sela-sela kesibukannya sebagai kepala daerah, pemegang gelar Doktor bidang manajemen ini cukup aktif mengajar mata kuliah Pengantar Manajemen Ilmu Pemerintahan di STIA Gama, Medan, Sumatera Utara.
Pengabdiannya sebagai dosen, ujar JR Saragih, “Saya ingin memberikan apa yang ada pada saya kepada adik-adik saya mahasiswa. Sebenarnya boleh dibilang enak dan saya punya suatu kepuasan. Saya puas karena tidak semata-mata mengajar teori tapi juga melihat langsung dari praktik manajemen pemerintahan. Dengan demikian mahasiswa tidak terlalu kaku melihat text book. Saya berharap bila kelak mereka menjadi pejabat seperti kepala dinas atau camat, akan lebih kaya dalam menerapkan teori dan memahami kenyataan lapangan.”
Usahanya berbagi ilmu tidak terbatas di lingkungan kampus yang dijalaninya dua kali sebulan. JR Saragih akan senang hati bilamana diajak sharing pengetahuan sebagai narasumber perhelatan seminar yang diselenggarakan oleh berbagai kalangan. “Saya berusaha memberikan yang terbaik yang saya punya dari lubuk hati terdalam,” tandasnya.   

D.   Senang Berbisnis di Bidang Sosial
Kemurahan hati dan aktif berbagi telah demikian melekat dalam diri JR Saragih, kendati kini berada di tampuk kekuasaan kepala daerah. Dia terus memupuk rasa murah hati dan aksi berbagi. Bahkan, bilamana nanti tidak lagi menjadi kepala daerah, dia ingin kembali ke dunia rumah sakit dan institusi pendidikan. “Saya hanya mempunyai cita-cita ingin menjadi Rektor. Karena saya ingin kembali menjadi dosen untuk kemudian menapak kursi Rektor. Saya akan meneruskan bisnis sosial di sektor rumah sakit dan pendidikan,” ujar JR Saragih tentang keinginnnya ketika tidak lagi menggenggam amanah Bupati Simalungun 2010-2015.
Di saat kini masih menjadi Bupati Simalungun, JR Saragih memprioritaskan program-program pembangunan yang berorientasi pelayanan sosial dan kemudahan bagi warga masyarakat Kabupaten Simalungun. “Saya berusaha berkoordinasi dengan rekan, kolega dan instansi terkait yang mau membantu, misalkan memberikan pelayanan kaki palsu gratis. Ternyata sampai sekarang masih banyak yang berminat, bahkan tidak hanya sebatas warga masyarakat Simalungun. Kami juga menggulirkan program operasi mata gratis bagi 1.000 warga masyarakat yang membutuhkan. Aksi ini juga akan kami selenggarakan di RS Efarina Etaham Brastagi. Sejauh ini sudah 300 orang mendaftarkan diri program operasi mata gratis sampai sembuh ini. Saya menyukai aksi-aksi seperti ini dan saya anggap memiliki dampak positif yang bisa secara langsung dinikmati oleh warga masyarakat yang tidak mampu,” tutur JR Saragih.
Kemurahan hati seorang JR Saragih memang sangat terasa. Direktur Utama RS Efarina Etaham Purwakarta Hendrik Tarigan bertutur, “Meskipun Pak JR Saragih berlatar militer, namun dalam melayani pasien, beliau selalu mengaitkan dengan perasaannya sebagai sesama manusia yang suatu ketika juga membutuhkan pertolongan. Beliau selalu katakan kepada kami para karyawan dan staf rumah sakit, juga paradokter yang bekerja di rumah sakit ini, ‘Kamu rasakan, bagaimana kalau kami sendiri yang sakit, kira-kira apa yang kamu harapkan? Tentu pelayanan yang baik’. Begitulah yang senantiasa dipesankan Pak JR kepada kami secara berulang-ulang dalam berbagai kesempatan.”
Dengan hati selalu pekan dan gampang tersentuh itulah, JR Saragih berusaha terus meningkatkan kiprahnya di bisnis-bisnis yang kental aroma sosial. Dia sangat menyukai bisnis yang lebih mengedepankan aspek sosial ketimbang ekonomi semata. Katanya lebih dalam,
“Saya berbisnis lebih banyak cenderung mengedepankan aspek sosial. Sebab, saya suka membantu orang lain. Tapi saya tidak suka ditipu-tipu orang. Selama saya menjadi Bupati Simalungun sempat terkaget-kaget, banyak orang bicara dan minta audiensi dengan Bupati. Lalu, kami terima audiensi, eh ...yang dibicarakan itu nggak pas menurut saya. Audiensi tidak membicarakan untuk orang lain, melainkan hanya buat kepentingan pribadi. Sebab itu, kalau ada yang mau audiensi, ya saya katakan cukup di sini saja.
Banyak orang mengajukan proposal tapi tujuan untuk kepentingan pribadi. Tapi bila saya lihat proposal itu betul-betul dari orang susah yang ingin sekolah, saya pasti bantu. Sekarang lumayan anak-anak yang saya sekolahkan, dari yang masih SMA sampai kuliah di perguruan tinggi. Sekitar 42 orang saya biayai dari rezeqi yang saya pisahkan sedikit-sedikit supaya mereka tetap dapat bersekolah. Membantu orang yang berobat saya juga suka.
Terus terang saja, bagi saya pribadi, berpolitik praktis itu bertentangan dengan nurani. Dan batin saya terkadang tidak bisa menerima. Sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Simalungun seraing saya katakan kepada teman-teman di partai, saya tidak akan memonopoli jalannya partai. Saya berusaha membuat program-program tapi tidak memainkan uang negara. Sebagai contoh membuat baju-baju pendukung pariwisata dan langsung saya didik mereka. Saya ini kan dilahirkan sebagai orang susah, jadi perasaan ini sensitif sekali. Saya mudah terharu melihat orang susah.
Sayangnya banyak orang yang mendekati demi kepentingan pribadi. Saya langsung tidak suka. Ini barangkali kelemahan saya juga.”

JR demikian dekat dengan bisnis yang berangkat dari kemurahan hati melayani sesama lantaran sejak lama dia telah filosofi berbagi dan memberi. Dia percaya betul bahwa dengan banyak memberi maka kita akan semakin banyak pula menerima. Dia percaya benar bahwa langkah pertama yang bisa kita tempuh untuk mendapatkan kesuksesan sejati adalah dengan terlebih dulu memberi. Bahwa memberi akan membuka pintu rezeqi. Tentu dengan pemberian yang efektif dan tepat sasaran kepada pihak-pihak yang betul-betul membutuhkan. Bukan pemberian yang cuma demi tebar pesona yang penuh kamuflase.
Pintu rezeqi kita akan terbuka lebar lantaran pemberian yang efektif mengaktifkan "hukum imbalan sepuluh kali lipat" atau "the law of ten-fold return". Dengan uang sedikit yang kita berikan, akan kembali ke kita berlipat ganda dan bahkan boleh jadi akan menjadi sumber rezeqi baru.
JR Saragih meyakini bahwa bilamana kita ingin segera memanen sukses dan kebahagiaan dalam hidup ini, maka kita harus memberi, kapan pun dan dalam keadaan bagaimana saja. Dia memulai dengan memberikan gajinya sebagai prajurit untuk membuka klinik pelayanan kesehatan dengan niat ikhlas membantu warga masyarakat yang kekurangan atau fakir. Dia merasa nyaman melepaskan apa yang dimilikinya waktu itu. Dia memberikan tangan (gaji) dan hati (niat ikhlas) yang ada dalam dirinya.
Dengan memberi, Tuhan akan melimpahi anugerah atau hadiah pada kita umat manusia di muka bumi. Hidup penuh anugerah merupakan dambaan setiap umat manusia. Sayangnya tidak setiap insan mengerti bahwa anugerah itu membutuhkan ruang. Acapkali kita meminta anugerah-Nya tanpa menyadari bahwa seluruh ruang yang ada dalam diri kita telah penuh terisi kelimpahan.
Tuhan akan memberikan hadiah, bilamana kedua belah tangan kita telah siap menerimanya. Artinya, tidak ada sesuatu apapun yang sedang kita genggam. Tangan kita tidak tengah menggenggam dan mempertahankan sesuatu. Itulah esensi dari menerima perlu memberi. Menerima perlu mengorbankan. Anugerah perlu pelepasan.
Pemahamannya secara sederhana, uang yang akan masuk ke dompet kita juga butuh ruang, maka berikan ruang yang cukup. Barang-barang yang telah usang dan tidak lagi kita butuhkan, hendaknya kita keluarkan dari lemari. Anugerah baru butuh ruang yang cukup. Buat menghadirkan anugerah baru, bukan hanya dibutuhkan kesediaan melepas, namun juga kesiapan menerima. Kesediaan untuk melepaskan itu jelas memerlukan jiwa besar. Pelepasan bukan hanya perlu, namun juga penting.
Saat pelepasan tidak jarang mendatangkan rasa “sakit” yang tak terperi, persis prosesi perempuan yang sedang berjuang hendak melahirkan jabang bayi. Ia kesakitan dan bahkan berdarah-darah. Tetapi sesaat kemudian, jabang bayi baru yang luar biasa hadir sebagai anugerah terindah dalam hidupnya.
JR Saragih menyadari semua perjalanan hayatnya mesti dimulai dari satu langkah kecil melepaskan sesuatu. Semua anak belajar bicara dengan ‘melepaskan’ satu kata sederhana lebih dulu. Jadi ketika mengawali penerapan filosofi memberi ini, dia memulai dari hal kecil yang menyentuh nurani dan dirinya merasa nyaman tanpa tekanan. Dengan perasaan nyaman, langkah pun terasa enteng penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih. Keikhlasan dan rasa syukur akan penjagaan dan karunia Tuhan lah yang memotivasi JR Saragih dalam langkah memberi yang efektif.
Dengan terbiasa memberi, JR Saragih ingin merasakan kesuksesan yang lebih besar lagi. Sedikit demi sedikit dia mulai menambah jumlah pemberian, karena langkah memberi ini pada gilirannya diyakini akan mampu meningkatkan kondisi perekonomian yang dia bangun. Dan inilah salah satu nilai kearifan lokal yang sampai sekarang masih lekat dengan orang Batak.
Sebagai manusia Batak, JR Saragih memahami betul kearifan lokal Suku Batak yang telah mewaris secara turun-temurun sejak ratusan tahun lampau. Di kalangan Suku Batak kita kenal ungkapan mangkok lawes mangkok reh. Maknanya, mereka yang memberi maka mereka pula yang akan menerima balasannya. Barangkali dalam pepatah yang agak bombastis “siapa menabur angin akan menunai badai”.
Bagi manusia Suku Batak, setiap perbuatan akan mendatangkan akibat yang setimpal, seperti terselip pesan dalam pepatah, adi ngalo la rido, nggalar la rutang, yang artinya jika menerima sesuatu yang tidak sah atau tidak wajar, maka akan mendatangkan bencana. Karena itu, dalam pepatah lainnya disebutkan, pangan labo ate keleng tapi angkar beltek. Artinya, boleh melakukan apa saja tapi harus memikirkan dampak yang akan ditimbulkannya (Prinst, 2004: 66).

JR Saragih berusaha terus meniti jalan bisnis dalam bingkai kemurahan hati dan sentuhan sosial mengingat bahwa kehidupan ini tidak terlepas dari anugerah Tuhan Yang Maha Kasih. Dia meyakini bahwa "karena anugerah oleh iman" (Efesus 2:8), maka manusia akan selamat dan diselamatkan oleh Tuhan. ***

No comments:

Post a Comment