Saturday, November 30, 2013

Mukjizat Isra’ dan Mikraj


Nabi Muhamad memiliki banyak mukjizat. Mari kita coba memulai dari salah satu mukjizat Samawiyah beliau, yaitu Isra’ dan Mikraj.
Diriwayatkan dari Malik bin Sha’sha’ah r.a. bahwa Nabi bercerita kepada para sahabat mengenai malam perjalanan Isra’. Nabi berkata, “Ketika aku berada di al Hathim –atau beliau menyebutkan di al Hijir– dalam keadaan berbaring, tiba-tiba seseorang (malaikat) datang kepadaku lalu membelahku. Dan aku juga mendengar orang itu berkata, ‘Belahlah apa yang ada di antara ini dan ini’.”
Lantas salah satu sahabat bertanya kepada al-Jarud, “Apa maksudnya?” Al-Jarud berkata, “Dari lubang leher dada hingga bawah perut.”
Lalu Nabi melanjutkan, “Laki-laki itu kemudian mengeluarkan kalbuku (hati). Dia juga membawakan kepadaku sebuah baskom terbuat dari emas yang dipenuhi dengan iman. Setelah itu, dia mencuci hatiku dan diisinya dengan iman. Selanjutnya, kepadaku didatangkan seekor hewan tunggangan berwarna putih yang lebih kecil daripada bighal namun lebih besar dibanding keledai.”
Al-Jarud berkata, “Apakah itu yang dinamakan Buraq, wahai Abu Hamzah?” Maka Anas menjawab,  “Ya”.
Buraq itu meletakkan langkah kakinya pada pandangan mata yang terjauh. Nabi pun melanjutkan, “Lalu aku menungganginya kemudian aku berangkat bersama Jibril a.s hingga sampai di langit dunia.”
Lantas Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?” Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhamad.” Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab, “Ya.”
Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Lanjut Nabi Saw, “Pintu dibuka dan setelah melewatinya aku berjumpa Adam a.s.”
Jibril a.s. berkata, “Ini adalah Bapakmu, Adam. Berilah salam kepadanya.” Maka Nabi Saw memberi salam kepadanya dan Adam a.s. membalas salam beliau lalu dia berkata, “Selamat datang anak yang saleh dan Nabi yang saleh.” Kemudian beliau dibawa naik ke langit kedua. Lalu Jibril minta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?” Jibril menjawab, “Jibril.”
Jibril ditanya lagi, “Siapa orang yang bersamamu?Jibril menjawab, “Muhamad.” Ditanyakan lagi,  “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab,  “Ya.” Maka dikatakan,  “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.”
Pintu pun dibuka dan setelah beliau melewatinya, beliau berjumpa dengan Yahya dan ‘Isa a.s.. Keduanya adalah anak dari satu bibi. Jibril berkata,  “Ini adalah Yahya dan Isa, berilah salam kepada keduanya.” Maka beliau memberi salam kepada keduanya dan keduanya membalas salam beliau lalu keduanya berkata,  “Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Kemudian Nabi Saw dibawa naik ke langit ketiga. Lalu Jibril minta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini.” Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab,  “Muhamad.” Ditanyakan lagi,  “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab, “Ya.” Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.”
Pintu kemudian dibuka dan setelah beliau melewatinya, beliau berjumpa dengan Yusuf a.s. Jibril berkata, “Ini adalah Yusuf. Berilah salam kepadanya.” Maka beliau memberi salam kepadanya dan Yusuf membalas salam beliau lalu berkata, “Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Kemudian Nabi Saw dibawa naik ke langit keempat. Lalu Jibril minta dibukakan pintu langit ,antas dia ditanya, “Siapakah ini.” Jibril menjawab,“Jibril.” Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhamad.” Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab,  “Ya.” Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.”
Selanjutnya pintu dibuka dan setelah beliau melewatinya, beliau berjumpa dengan Idris a.s. Jibril berkata, “Ini adalah Idris, berilah salam kepadanya.” Beliau pun memberi salam kepadanya dan Idris membalas salam beliau dengan berkata, “Selamat datang saudaraku yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Berikutnya Nabi Saw dibawa naik ke langit kelima. Lalu Jibril minta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?” Jibril menjawab,  “Jibril.” Ditanyakan lagi,  “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab,  “Muhamad.” Ditanyakan lagi,  “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab,  “Ya.” Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.”
Pintu dibuka dan setelah beliau melewatinya, beliau bertemu dengan Harun a.s. Jibril berkata, “Ini adalah Harun. Berilah salam kepadanya.” Maka beliau memberi salam kepadanya dan Harun membalas salam beliau dengan ucapan, “Selamat datang saudaraku yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Selanjutnya Nabi Saw dibawa naik ke langit keenam. Lalu Jibril minta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?” Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanyakan lagi,  “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab,  “Muhamad.” Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab, “Ya.” Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Pintu pun dibuka dan setelah beliau melewatinya, beliau berjumpa Musa a.s. Jibril berkata, “Ini adalah Musa. Berilah salam kepadanya.” Maka Nabi memberi salam kepadanya dan Musa membalas dengan berucap, “Selamat datang saudaraku yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Ketika Nabi Saw sudah selesai, tiba-tiba Musa menangis. “Mengapa kamu menangis?” Musa menjawab, “Aku menangis karena anak ini diutus setelah aku namun orang yang masuk surga dari umatnya lebih banyak daripada orang yang masuk surga dari umatku.”
Selanjutnya, Nabi Muhamad Saw dibawa naik ke langit ketujuh. Lalu Jibril minta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?” Jibril menjawab,  “Jibril.” Ditanyakan lagi,  “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhamad.” Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab,  “Ya.” Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Pintu dibuka dan setelah beliau melewatinya, beliau mendapatkan Ibrahim a.s. Jibril berkata, “Ini adalah Bapakmu. Berilah salam kepadanya.” Maka Nabi memberi salam kepadanya dan Ibrahim membalas dengan perkataan, “Selamat datang anak yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Terakhir, Sidratul Muntaha dinampakkan kepada Nabi Saw yang ternyata buahnya seperti tempayan daerah Hajar dengan daunnya laksana telinga-telinga gajah. Jibril a.s. berkata, “Ini adalah Sidratul Muntaha.” Ternyata di dasarnya ada empat sungai, dua sungai Bathin dan dua sungai Zhahir.”
Nabi bertanya, “Apakah ini wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Adapun dua sungai Bathin adalah dua sungai yang berada di surga, sedangkan dua sungai Zhahir adalah  Nil dan Eufrat.” Kemudian Nabi diangkat ke Baitul Ma’mur. Lalu Nabi diberi satu gelas berisi khamer (arak), satu gelas berisi susu dan satu gelas lagi berisi madu. Nabi mengambil gelas yang berisi susu. Maka Jibril berkata, “Ini merupakan fitrah yang kamu dan umatmu berada di atasnya.” Kemudian diwajibkan bagi Nabi shalat 50 (lima puluh) kali dalam sehari.
Setelah selesai menghadap Allah SWT, Nabi pun kembali dan lewat di hadapan Musa a.s. Musa lalu bertanya, “Apa yang telah diperintahkan kepadamu?” Beliau menjawab, “Aku diperintahkan shalat lima puluh kali setiap hari.” Musa berkata, “Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima puluh kali shalat dalam sehari. Dan aku, demi Allah, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu. Aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Isra’il secara sungguh-sungguh. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan untuk umatmu.”
Sebab itu Nabi Saw kembali dan Allah memberi keringanan dengan mengurangi 10 (sepuluh) shalat. Lalu Nabi kembali menemui Musa. Musa pun berucap sebagaimana yang dikatakan sebelumnya. Kemudian Nabi kembali dan Allah memberi keringanan dengan mengurangi 10 (sepuluh) shalat. Lantas Nabi kembali menjumpai Musa. Musa masih berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya. Kemudian Nabi kembali dan Allah memberikan keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat.
Selanjutnya Nabi kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya. Nabi pun kembali dan Nabi diperintah dengan sepuluh kali shalat setiap hari.
Berikutnya Nabi Saw turun menemui Musa. Dan Musa berkata seperti sebelumnya. Nabi Saw kembali menghadap Allah SWT. Akhirnya Nabi diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari.
Lagi-lagi Nabi menjumpai Musa. Dan Musa bertanya, “Apa yang diperintahkan kepadamu?” Nabi menjawab, “Aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari.”
Musa berkata, “Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima kali shalat dalam sehari. Sesungguhnya aku telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu. Dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Isra’il dengan penuh kesungguhan. Sebab itu, kembalilah kepada Tuhanmu dan minta keringanan untuk umatmu.” Nabi berucap, “Aku telah banyak memohon (keringanan) kepada Tuhanku hingga aku malu. Tetapi aku telah ridha dan menerimanya.”
Ketika Nabi telah selesai, terdengar suara orang yang berseru, “Sungguh Aku telah memberikan keputusan kewajiban-Ku dan Aku telah ringankan untuk hamba-hamba-Ku.”[1]
Hadits di atas tersebut mencakup kumpulan beberapa mukjizat, antara lain:
1.      Terputusnya jarak yang membentang dalam rentang seribu tahun dipotong hanya dalam waktu satu jam saja.
2.      Kepatuhan Buraq kepada Nabi, dan tidak kabur dari sisi beliau.
3.      Menembus langit. Hal ini menimbulkan banyak perselisihan bagi orang yang mengingkari. Mereka mengatakan bahwa langit tidaklah tertembus. Dan ini adalah jawaban bagi kalian yang mengimani akan turun dan naiknya malaikat Jibril a.s. ke bumi dan tidak ada satu pun yang mampu mencegah bahwa Nabi pernah naik ke langit bersama Jibril ketika Isra’ dan Mikraj.
4.      Dalam perjalanannya (Isra’ dan Mikraj), Nabi Saw melihat orang yang disiksa karena bermaksiat, dan mendapatkan kenikmatan bagi yang taat.
5.      Nabi melakukan pembicaraan dengan Allah SWT.
Yang perlu diperhatikan mengenai riwayat hadits ini bahwa dalam kenyataanya hadits ini terkadang disampaikan secara singkat --dan terkadang pula menimbulkan masalah. Yang dimaksud disampaikan secara singkat adalah bahwa tidak ada ketentuan baku mengenai peristiwa Isra’. Oleh karena itu, Imam Bukhari dalam hal ini membahasnya dalam tema Mikraj. Juga, penyebutan pengurangan jumlah bilangan shalat sepuluh rakaat (sebagai peringanan) setiap kali Nabi bertemu Allah, berbeda dengan ketentuan umum yang berjumlah lima rakaat.
Sementara periwayatan mengenai hadits ini yang menimbulkan permasalahan adalah adanya penyebutan minum susu,  tetapi tidak menyebutkan minuman Khamer dan air setelah beliau turun dari langit.  Ini berbeda dengan periwayatan yang mengatakan bahwa Nabi meminum susu sebelum beliau mikraj ke langit ketujuh.


[1] HR Bukhari dalam kitab Manâkib Anshâr, bab ‘Mi’raj’

No comments:

Post a Comment