Monday, August 18, 2014

Berada di Puncak Karir, Terpilih Jadi Bupati Bulungan

* EMPAT


“Seorang pendaki kehidupan merasa yakin pada sesuatu yang lebih besar daripada dalam dirinya. Dan dia berkeyakinan bahwa segala hal bisa dan akan terlaksana, kendati orang lain lebih banyak memilih berhenti dari jalur pendakian atau berkemah.”
Paul G. Stoltz, psikolog

TANJUNG SELOR, 2005. Perjalanan panjang karir di titian Pegawai Negeri Sipil (PNS) telah dilalui oleh seorang Budiman Arifin sejak tahun 1977. Dari segi pangkat, dia sudah mendekati golongan pangkat tertinggi. Sejak 1 Oktober 2002, dia masuk golongan Pembina Utama Muda dengan pangkat IV/c. Sebuah pencapaian pangkat PNS yang tidak mudah di skala pemerintah kabupaten. Hanya sedikit PNS yang mampu menapaki atau mencapai pangkat IV/c atau golongan Pembina Utama Muda.
Lalu, dari jabatan pun, karir Budiman Arifin telah mendekati puncak. Dia sungguh merangkak dari bawah di Kantor Pemerintah Kabupaten Bulungan. Bermula dari Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 1977 dan staf biasa dengan golongan Pengatur Muda Tingkat (II/b) tahun 1978 lalu Pengatur (II/c) tahun 1981.
Memasuki tahun 1983, lelaki kelahiran Tarakan tanggal 26 Juni 1952 ini memperoleh pangkat III/a. Dari sinilah, kursi jabatan mulai direngkuh. Dimulai dari jabatan Kepala Sub-Bagian Perekonomian Rakyat pada Bagian Kantor BKDH Kabupaten Bulungan. Cukup sekitar empat tahun Budiman berada di kursi kepala sub-bagian.
Tahun 1987, Budiman mendapat promosi jabatan menjadi Kepala Bagian Perekonomian Pemerintah Kabupaten Bulungan. Lumayan lama jabatan ini diembannya, sekitar tujuh tahun, dari 1987 sampasi dengan 1994. Tahun 1994, dengan posisi tetap kepala bagian, dia dipercaya memangku jabatan Kepala Bagian Penyusunan Program Kantor BKDH Kabupaten Bulungan.
Kendati sempat “berkemah” di jabatan kepada bagian, Budiman agaknya masih mampu mendaki ke tataran jabatan yang lebih tinggi lagi, yakni kepala dinas. Tahun 1996, dia dipercaya menjadi Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bulungan. Pendakian semakin tinggi, pada Oktober 1999, Budiman kembali mendaki ke posisi eselon dua, sebagai Sekretaris Daerah (Sekda). Namun, promosi kali ini tidak berada di lingkungan Kabupaten Bulungan. Budiman harus hijrah ke kabupaten tetangga, yaitu Kabupaten Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia Timur.

A.   Zona Nyaman Sekretaris Daerah Kabupaten Nunukan
Jabatan Sekda barangkali menjadi tempat puncak “berkemah” Budiman Arifin. Sebab, kebanyakan mereka yang menjabat Sekda akan pergi setelah memasuki pensiun. Bisa pula karena mengalami mutasi jabatan ke Lembaga Administrasi Negara (LAN). Memang ada perasaan nyaman berada di puncak jabatan eselon dua ini. Sampai kemudian dia menyempatkan diri kuliah lagi program pascasarjana Magister Sains (MSi) Ilmu Ekonomi Universitas Mulawarman dan diselesaikannya tahun 2005.
Puncak karir telah diraih. Dari segi kebutuhan materi pun terpenuhi secara memadai. Pakar psikologi Abraham Maslow membagi kebutuhan anak manusia ke dalam lima tingkatan. Pada lapisan paling bawah adalah kebutuhan fisiologis. Yakni, kebutuhan dasar untuk hidup bagi seseorang, seperti pangan, sandang dan papan. Di tingkat kedua, adalah kebutuhan akan rasa aman. Lantas, tingkat ketiga, adalah kebutuhan ikut memiliki dan kasih sayang. Tingkat berikutnya, keempat, kebutuhan akan perhargaan. Dan di lapisan tertinggi, kebutuhan akan aktualisasi diri.
Rasanya, Budiman Arifin telah mencapai kelima kebutuhan ala Maslow tersebut. Dari kebutuhan penghargaan, tahun 1999 dia memperoleh penghargaan Karya Satya Lencana 20 Tahun dari Presiden RI. Kemudian dari segi aktualisasi diri jelas tidak diragukan lagi. Di penghujung tahun 1990-an sampai awal 200-an, dia antara lain memperoleh amanah sebagai Sekretaris Golkar Kabupaten Bulungan 1988-1993, Wakil Ketua Pengurus Daerah Alhairat Kabupaten Bulungan (1994), Wakil Ketua DPD Golkar Kabupaten Bulungan 1994-1998,  Pengurus Pleno GUPPI Kabupaten Bulungan, Pramuka Kwarcab, Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bulungan, Ketua Umum KONI Kabupaten Nunukan 2000-2004, Ketua Umum PASI Kabupaten Nunukan tahun 2001- 2005, Ketua Umum LPTQ Kabupaten Nunukan, Ketua Umum BAZ Kabupaten Nunukan, Ketua Penasehat Kerukunan Antar-etnis Kabupaten Nunukan, dan Penasehat DPD Alkhairat Kabupaten Nunukan.
Pikiran dan hati seorang Budiman Arifin terus bergerak. Dia termasuk pendaki (climbers) –orang-orang yang seumur hidup membaktikan diri pada pendakian sampai puncak tertinggi. Dia sampai pada puncak aktualisasi diri. Dia merasa yakin pada sesuatu yang lebih besar daripada diri sendiri.
Mengacu pada pendapat Maslow tentang tingkat kebutuhan manusia, psikolog Paul G. Stoltz membagi anak manusia yang hendak mendaki kesuksesan ke dalam tiga tipe. Ibarat pendaki gunung, terdapat tiga tipe pendaki:
Pertama, quitters. Mereka adalah orang-orang yang memutuskan berhenti atau keluar mundur dari jalur pendakian. Mereka meninggalkan impian-impiannya dan memilih jalan yang mereka anggap lebih datar, lebih mudah dan aman untuk ditempuh. Mereka gagal memaksimalkan potensi. Bahkan, mereka selalu lari dari arena pergulatan yang pahit dan tidak tahan banting. Kedua, campers. Mereka adalah individu-individu yang berkemah. Mereka telah mendaki sampai pada ketinggian tertentu lalu memutuskan berhenti, mencari tempat datar yang rata dan nyaman sebagai tempat bersembunyi dari situasi yang tidak bersahabat. Mereka merasa nyaman dengan apa yang mereka capai saat ini. Mereka selalu berkata: “Ini sudah cukup baik.”
Dan ketiga, climbers. Mereka merupakan orang-orang yang seumur hidup membaktikan diri pada pendakian sampai puncak tertinggi. Mereka sampai pada puncak aktualisasi diri. Mereka merasa yakin pada sesuatu yang lebih besar daripada mereka sendiri. The climbers (pendaki) berkeyakinan bahwa segala hal bisa dan akan terlaksana, kendati orang lain lebih banyak bersikap sebagai the quitters dan the campers. Cilmbers sejati memang langka, karena tidak semua orang mampu, mau dan berkesempatan.

B.    Maju Pilkada Bulungan dengan “Perahu Kecil” Partai Pelopor
Serasa seolah stagnan. Jabatan Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Nunukan, di tahun 2005, sudah dijalaninya sekitar enam tahun. Sementara usia Budiman Arifin, 53 tahun, semakin merambat mendekati masa pensiun. Secara normal, seorang PNS memasuki masa pensiun di usia 55 tahun, bila PNS yang bersangkutan memiliki jabatan tertentu bisa diperpanjang sampai umur 58-59 tahun.
Tapi, Budiman Arifin tidak mau menunggu waktu habis di tapal batas pensiun. Sebagai sosok yang aktif di berbagai kegiatan organisasi --baik sosial, keagamaan maupun politik—dia pun berusaha aktif membaca peluang. Pada pertengahan 2005, Kabupaten Bulungan menyelenggarakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) untuk masa jabatan 2005-2010.
Berkat pengalamannya sebagai Sekretaris Golkar Kabupaten Bulungan tahun 1988-1993, Budiman Arifin merasa optimis akan mudah melaju mencalonkan diri lewat partai berlambang pohon beringin tersebut. Namun, dia harus mengubur dalam-dalam rasa optimis itu. Sebab, rupanya Partai Golkar sudah punya calon bupati, yaitu Ketua DPD Golkar Kabupaten Bulungan H. Abdul Djalil Fatah, SH --mantan anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur. Maklum, di masa-masa itu Budiman lebih banyak berada di Kabupaten Nunukan untuk mengemban amanat sebagai Sekretaris Daerah. Dan, Abdul Djalil pun merasa sangat optimis bakal memenangi pilkada mengingat dia punya modal lima kursi di parlemen DPRD Kabupaten Bulungan.
Budiman tidak patah arang. Agaknya Partai Pelopor yang memiliki dua kursi di DPRD Kabupaten Bulungan juga ingin mengusung calon bupati. Budiman Arifin dan Partai Pelopor pun saling berkomunikasi. Sampai kemudian muncul kesepakatan untuk mengusung Budiman Arifin dan Liet Ingai sebagai calon bupati dan calon wakil bupati maju ke Pilkada Kabupaten Bulungan tahun 2005.
Sekadar pengetahuan, Partai Pelopor didirikan oleh Rachmawati Soekarnoputri, anak ketiga Bung Karno, pada tanggal 29 Agustus 2002. Dua tahun berselang partai ini mengikuti pemilihan umum 2004 dan memperoleh nomor 24. Pada pemilihan legislatif 2004 yang diikuti sekitar 124 juta pemilih, Partai Pelopor mendapat 878.932 suara (0,79%) atau setara dengan tiga kursi di DPR RI dan lolos untuk mengikuti pemilihan umum berikutnya (2009). Sayangnya, pada pemilihan legislatif 2009, Partai Pelopor hanya meraih 342.914 suara dan tidak cukup untuk sekadar satu kursi di DPR RI. Dan, pada pemilihan umum 2014, Partai Pelopor harus mengikuti verifikasi dari awal. Hasilnya, Partai Pelopor tidak lolos verifikasi.
Dengan perahu kecil Partai Pelopor, Budiman Arifin maju ke Pilkada Kabupaten Bulungan yang dilangsungkan pada Juni 2005. Sebanyak lima pasangan meramaikan pilkada yang berada di tangan suara rakyat tersebut. Kelima pasangan cabup dan cawabup tersebut masing-masing: H. Anang Jauhari – Edom yang diusung PPP, PDIP, Patriot dan PBB; Budiman Arifin – Liet Ingai melalui Partai Pelopor dan PKB; Abdul Djalil - Obet Bahwan dengan bendera Partai Golkar; Yousuf Abdullah - Niko Dimos yang diusung oleh PBSD, PNDK, PPDI, PSI, PPNU, PKPB, PDR, PPD, Partai Merdeka, PPDK dan Partai Demokrat; dan pasangan Encik M. Yunus – PO Singal yang mengendarai PDS, PNI Marhaenisme dan PIB.
Dalam perjalanannya, H. Anang Dahlan Djauhari kemudian gagal mengikuti Pilkada lantaran pasangan calon Wakil Bupati Drs. Henry Edom meninggal dunia sehari menjelang dimulainya masa kampanye. Dengan demikian saat pencoblosan, hanya empat pasangan cabup-cawabup yang berhak dicoblos.

Berdasarkan rekapitulasi perhitungan suara hasil Pilkada 2005 yang telah ditetapkan KPUD Kabupaten Bulungan, pasangan Budiman Arifin – Liet Ingai meraih suara terbanyak dengan 17.971 suara atau 36,45 persen, dari total suara sah sebanyak 49.300 suara. KPUD menetapkannya pasangan Budiman - Liet Ingai sebagai bupati-wakil bupati terpilih yang dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) KPUD Bulungan Nomor 29 Tahun 2005. Hasil lengkap pilkada Kabupaten Bulungan dapat dilihat pada tabel berikut:

HASIL PEMILUKADA BULUNGAN 2005
No.
Nama Calon
Partai Pengusung
Perolehan Suara

Jumlah
Prosentase

1
H. Anang Jauhari
PPP, PDIP, Patriot dan PBB
0
0

Edom

2
Drs. Budiman Arifin
Partai Pelopor &PKB
17,971
36,45

Liet Ingai

3
H. Abd. Djalil, SH.
Partai Golkar
15,819
32,09

Obet Bahwan

4
H. Yousuf Abdullah, SH.
PBSD, PNDK, PPDI, PSI, PPNU, PKPB, PDR, PPD, Partai Merdeka, PPDK dan Partai Demokrat
4,938
10,02

Niko Dimos, S.Sos.

5
H. Encik M. Yunus
PDS, PNI Marhaenisme, PIB
10,572
21,44

Drs. PO Singal


Awal September 2005, Budiman Arifin dilantik oleh Gubernur Kalimantan Timur menggantikan Bupati sebelumnya, H. Anang Dahlan Djauhari,  untuk masa bakti 2005-2010.

C.   Kerja Keras Membangun Kabupaten Bulungan
Tak berapa berselang setelah dilantik, Budiman Arifin dan pasangannya Liet Ingai langsung turun ke lapangan memenuhi janji-janjinya selama masa kampanye menjelang pilkada. Terutama keinginannya meningkatkan kualitas manusia atau warga masyarakat Kabupaten Bulungan.
Menurut Budiman, menempatkan manusia sebagai subyek utama, dengan penekanan pada pentingnya pemberdayaan manusia untuk mengaktualisasikan segenap potensinya, merupakan pondasi program-program pembangunan di Kabupaten Bulungan yang harus direalisasikan.
Pendekatan manusia sebagai basis pembangunan daerah, demikian kata Budiman Arifin, mencakup peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) melalui berbagai program seperti program peningkatan kualitas pendidikan, program peningkatan kualitas pelayanan kesehatan; program peningkatan kualitas akhlak dan keimanan, serta program peningkatan kualitas aparatur pemerintah daerah dan kependudukan. Dalam hal peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, Kabupaten Bulungan pada Juli 2009 memperoleh Piagam Penghargaan “Perda Akta Kelahiran Bebas Bea“ dari Presiden Republik Indonesia.
Dengan menerapkan program pembangunan yang strategis, Budiman Arifin merasa optimistis bahwa kabupaten yang dipimpinnya mampu mencapai target-target pertumbuhan yang dipatok. Termasuk di antaranya pertumbuhan ekonomi daerah yang didukung pembangunan pertanian dalam arti luas, infrastruktur dan energi listrik. ”Kami mematok target  pertumbuhan ekonomi daerah 6%-6,63%, peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB, serta peningkatan pembangunan infrastruktur yang memberi kemudahan akses dan dukungan terhadap aktivitas masyarakat,” papar Budiman Arifin berbicara ihwal langkah-langkahnya membangun Kabupaten Bulungan pada periode 2005-2010.
Prioritas langkahnya mengembangkan sektor pertanian yang mengandalkan petani-petani transmigrasi telah membuahkan hasil. Nama Kabupaten Bulungan sontak terkenal ke seluruh Tanah Air ketika Menteri Pertanian RI Suswono beberapa waktu lalu mengumumkan kabupaten di Kaltim ini menjadi lokasi pertama program food estate atau kawasan pangan. “Hasil itu bukan tanpa perjuangan. Masyarakat Bulungan telah membuktikan bahwa daerah mereka sangat kondusif dan subur, sehingga cocok untuk dijadikan pilot project sebuah program pertanian berskala nasional,” tandas Budiman Arifin.
Mengantarkan Kabupaten Bulungan menjadi daerah pilihan proyek food estate tak hanya membanggakan seluruh masyarakat Kalimantan Timur (sekarang masuk wilayah Provinsi Kalimantan Utara) umumnya dan penduduk Bulungan khususnya, tetapi juga menjadi tumpuan seluruh bangsa Indonesia, terutama daerah-daerah yang selama ini minus pangan. Alih fungsi lahan pertanian dan perubahan iklim tak dipungkiri menjadi penyebab penurunan produksi pertanian di banyak kabupaten lain di Indonesia.
“Kesuburan Bumi Tenguyun menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak kabupaten lain untuk mengirim transmigran mereka ke sini,” papar Budiman Arifin yang memperoleh penghargaan dari Menteri Transmigrasi dan Tenaga Kerja pada Maret 2006. “Dan, kami menerima saudara-saudara dari daerah lain dengan tangan terbuka. Selain menyediakan 30.000 hektar areal transmigrasi di Delta Tanjung Buka yang siap menjadi lokasi food estate, Bulungan juga masih memiliki sekitar 5.000 hektar lahan kosong untuk sekitar 1.500 KK transmigran,” dia menambahkan          
Budiman Arifin boleh merasa bangga dengan kemampuan Kabupaten Bulungan menerima ratusan keluarga transmigran dari berbagai daerah lain. Sejak awal tahun 1970-an, Kabupaten Bulungan telah menerima petani-petani asal Pulau Jawa untuk mengadu nasib sebagai transmigran. Salah satu wujud nyata tampak di Desa Gunung Putih, Kecamatan Tanjung Palas, yang kini tampil dinamis sebagai sebuah desa pertanian. Infrastruktur jalan, sarana/prasarana kesehatan dan pendidikan semua telah ada di desa yang mulai digarap oleh transmigran pada pertengahan 1970-an tersebut.   
Keseriusan Budiman Arifin menggarap sektor pertanian juga ditunjukkan ketika salah seorang PNS-nya, Lutfi Bansir, berhasil meraih gelar doktor (S-3) di bidang pertanian.
"Kami sangat menghargai upaya keras Bupati Bulungan, sehingga Pemkab Bulungan akhirnya memiliki PNS bergelar Doktor," tutur Direktur Budidaya Tanaman Buah Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian, Dr Ir Winny Dian Wibawa MSc. “Setelah memiliki PNS bergelar Doktor di bidang pertanian, Pemkab Bulungan harus lebih menggalakkan pembangunan, khususnya dalam pengembangan tanaman buah-buahan.”
Lutfi berhasil mempertahankan disertasi "Pengembangan Potensi Durian Lokal, Eksplorasi, Identifikasi, Persilangan dan Perbanyakan Vegetatif" yang disusun berdasarkan penelitian di Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. Selain menemukan 12 jenis durian lokal dan 1 jenis spesies Kutejensis yang berpotensi sebagai durian unggul, Lutfi juga berhasil mengembangkan 40 jenis durian hibrida hasil persilangan antara spesies Zibethinus dengan Kutejensis. Tak heran, Winny menyebut Lutfi sebagai pakar berkat ketekunannya mengembangkan tanaman buah.
Kabupaten Bulungan pun cukup berhasil dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Tahun 2009, produk padi setempat mampu mencukup kebutuhan pangan bagi 109.503 jiwa penduduk Bulungan. Dan produksi perikanan daerah relatif meningkat yang diharapkan dapat diimbangi dengan peningkatan konsumsi masyarakat terhadap protein hewani yang bersumber dari ikan.
Selama periode 2005-2010 memimpin Kabupaten Bulungan, selain berkonsentrasi dan memprioritaskan pembangunan sektor pertanian dan pedesaan dalam arti luas, fokus pembangunan SDM yang berkualitas diarahkan pada pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, serta perlindungan kesejahteraan sosial.
Di bidang pendidikan, tahun 2008 misalkan, taraf pendidikan warga masyarakat Bulungan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjukkan dengan angka partisipasi murni (APM) dan APK serta menurunnya angka buta aksara pada tahun 2007-2008. Selama periode 2006-2008, APK PAUD berjumlah 1.408 orang, jenjang SMP realisasi APK lebih dari 100 persen, dan jenjang SMA mencapai 72,67 persen.
Secara sepintas, pencapaian sasaran RPJMD 2005-2010 pada bidang pendidikan:
·         Meningkatnya angka melanjutkan dari SD/MI/sederajat ke SMP/MTs/sederajat.
·         Angka putus sekolah, terutama pendidikan dasar untuk jenjang SD/MI/sederajat dan SMP/MTs/sederajat, mengalami penurunan yang cukup signifikan.
·         Angka rata-rata lama penyelesaian pendidikan dasar sampai menengah mengalami penurunan dengan menurunnya angka mengulang kelas.
·         Meningkatnya APK pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
·         Menurunnya angka buta aksara penduduk berusia 15 tahun ke atas.
·         Meningkatnya keadilan dan kesetaraan pendidikan antar-kelompok masyarakat, termasuk wilayah maju dan tertinggal, perkotaan dan pedesaan, penduduk kaya dan penduduk miskin, serta laki-laki dan perempuan.
·         Tersedianya standar nasional pendidikan dan standar pelayanan minimal sampai tingkat kabupaten.
·         Meningkatnya proporsi pendidikan yang memiliki kualifikasi minimun dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar.
·         Meningkatnya hasil penelitian dan penciptaan hasil karya iptek PT serta dapat mengimplementasikannya pada masyarakat.
·         Meningkatnya efektivitas pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolah.
·         Meningkatnya anggaran pendidikan yang bersumber dari APBD.
·         Dan meningkatnya efektivitas pelaksanaan otonomi dan desentralisasi pendidikan.
Kemudian di bidang pendidikan, pecapaian sasaran RPJMD 2005-2010, antara lain:
·         Meningkatnya prosentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat hingga mencapai 95%.
·         Sekitar 80% keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan, 85% keluarga menggunakan air bersih, dan 85% keluarga menggunakan jamban yang sehat.
·         Meningkatnya prosentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan sampai 80%.
·         Meningkatnya cakupan rawat jalan hingga 2 tahun per jiwa.
·         Meningkatnya cakupan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan hingga 90%.
·         Meningkatnya cakupan kunjungan bayi hingga 90%.
·         Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan gratis bagi keluarga miskin di Puskesmas dan RS kelas III hingga 90%.
·         Meningkatnya jumlah RS yang memiliki pelayanan UGD yang memenuhi standar mutu hingga 90%.
·         Dan tersedianya jumlah tenaga kesehatan dan kader kesehatan di 87 Desa Siaga.
Lalu, dari segi pembangunan kapasitas, kualitas dan aksesibilitas infrastruktur, di bidang prasarana jalan, pemeliharaan jalan masih memerlukan perhatian sehingga tingkat pelayanan jalan dapat dipertahankan dan mengurangi angka kecelakaan di jalan akibat kondisi jalan yang tidak terpelihara. Berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat telah dapat meningkatkan kinerja jalan, yaitu kondisi mantap yang telah melampaui target dari 33% menjadi 38% pada tahun 2008.
Hal ini menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kinerja jalan tidak dapat hanya dilakukan kegiatan fisik. Faktor-faktor non-fisik seperti disiplin ketertiban, penegakan hukum, dan koordinasi antar-instansi sangat berpengaruh terhadap upaya peningkatan kecepatan rata-rata. Demikian pula pengendalian jumlah kendaraan terutama di wilayah perkotaan dan keselamatan transportasi memiliki andil yang cukup signifikan.
Di bidang transportasi air, Pemerintah Kabupaten Bulungan telah mengembangkan pelabuhan untuk memperlancar arus logistik guna mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Juga menambah kapal-kapal penumpang buat mendukung mobilitas penduduk.
Dan di bidang transportasi udara, instansi terkait sudah berupaya meningkatkan keselamatan dan keamanan penerbangan melalui penyediaan peralatan keselamatan dan keamanan penerbangan seperti peralatan radar dan navigasi, x-Ray, PK-PPK, ILS dan AFL. Ditambah lagi peningkatan fasilitas dan sarana operasi pencarian dan penyelamatan peralatan komunikasi SAR, helikopter dan pengadaan gedung pos SAR.

D.   Terpilih Kembali pada Pilkada Kabupaten Bulungan 2010
Hasil pembangunan selama lima tahun (2005-2010) kepemimpinan Bupati Budiman Arifin dan Wakil Bupati Liet Ingai telah terhampar di segenap penjuru wilayah dan dapat dinikmati oleh rakyat Kabupaten Bulungan. Tapal batas pengabdian periode 2005-2010 semakin mendekat. Budiman merasa belum maksimal memberikan  pengabdian tenaga dan pikirannya buat rakyat Bulungan.
Pasangan Budiman Arifin dan Liet Ingai pun maju kembali ke pemilihan umum kepada daerah (Pemilukada) sebagai calon bupati dan calon wakil bupati Bulungan untuk periode 2010-2015 yang digelar pada tanggal 16 Juni 2010 dan diikuti oleh sebanyak 74.255 orang yang punya hak pilih. Dan tanggal 16 Juni 2010 merupakan hari yang bersejarah dan bermakna penting bagi warga masyarakat Bulungan karena mendapat kesempatan memilih pemimpin sesuai dengan hati nurani mereka.
Momen ini tentu saja menjadi sangat penting bagi seluruh warga masyarakat Bulungan untuk menentukan Pemimpin Bulungan lima tahun ke depan. Pada hari itu ada lima  kandidat calon bupati dan wakil bupati yang ikut dalam gelaran Pemilukada Bulungan.
Kelima calon bupati dan wakil bupati tersebut adalah;
1. Alwan Saputra, SPi & Haris Fadhillah, ST
2. Drs. H.Budiman Arifin, Msi & Drs. Liet Ingai, Msi
3. Drs. H. Abdul Azis Muhammadiyah & Ingkong Ala
4. H. Anang Dachlan Djauhari, SE & Drs. H. DT. M Syukur, MAP
5. Ir. Ahmad Yani & Saiful Bachri, SE.
Setelah melalui perhitungan suara oleh KPUD Bulungan, pasangan Budiman Arifin – Liet Ingai memperoleh suara tertinggi, sekitar 20.898 suara (38,38 %), selisih suara tipis dengan pasangan Anang-Datu Syukur yang menempati urutan kedua dengan memperoleh 20.578 suara (38,24 %).
HASIL PEMILUKADA BULUNGAN 2010
No.
Nama Calon
Partai Pengusung
Perolehan Suara

Jumlah
Prosentase

1
Alwan Saputra 
Perseorangan
363
0,67

Haris Fadhillah

2
Budiman Arifin 
Partai Demokrat, PDIP, PKDI, PDK, PKPI, PDS dan PDP
20,898
38,38

Liet Ingai

3
Abdul Azis Muhammadiyah 
PBB, PBR dan Partai Pelopor
10,766
20,01


Ingkong Ala



4
Anang Dachlan Djauhari 
Partai Golkar, PPP, PKB, PNBK, GERINDRA dan Partai Hanura
20,578
38,24


Datu M. Syukur



5
Ahmad Yani
Perseorangan
1,213
2,25


Syaiful Bachry





Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) telah menghasilkan putra terbaik pilihan rakyat Kabupaten Bulungan Drs.Budiman Arifin, M.Si dan Drs.Liet Ingai, M.Si sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bulungan periode 2010-2015. Prosesi pengambilan sumpah dan pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Bulungan Periode 2010-2015 melalui Sidang Paripurna Istimewa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bulungan yang dipimpin oleh Ketua H. Hasbullah.
Gubernur Kalimantan Timur H. Awang Faroek Ishak, atas nama Mendgri, secara resmi melantik keduanya sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bulungan lima tahun mendatang bertepat di Gedung Tamaddun Tanjung Selor, Rabu, tanggal 1 September 2010.
Acara pelantikan Bupati dan Wakil Bupai Bulungan ini dihadiri Sekretaris daerah Provinsi Kaltim, Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Timur, mewakili Kapolda Kaltim, Danrem 091/ASN, beberapa Bupati dan Walikota se-Kaltim, Unsur Muspida Kabupaten Bulungan, Tokoh Masyarakat, Pengusaha serta elemen masyarakat.
Di sela-sela pelantikan, Budiman Arifin, putra terbaik pilihan masyarakat Bulungan ini, membacakan Pakta Integritas yang menyebutkan bahwa dirinya berkomitmen memberantas Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Dirinya juga berjanji bahwa 12 komitmen moral soal pembangunan di wilayahnya akan terwujud sebelum berakhir masa kepemimpinanya pada lima tahun ke depan.
“Insya Allah dalam kepemimpinan saya pada lima tahun ke depan, semua komitmen moral saya saat kampanye dulu akan terlaksana dengan baik dan itu juga sudah saya targetkan,” tutur Budiman.
Dalam sambutannya sesaat setelah melantik, Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak berharap agar Bupati dan Wakil Bupati yang telah dilantik dan diambil sumpahnya dapat secepatnya membangun sektor pertanian dan infrastruktur. Mengapa? Karena Kabupaten Bulungan sangat potensial untuk pembangunan tanaman pangan khususnya padi mengingat tahun 2010 telah dimulai pengembangan Food Estate yang merupakan program Provinsi dan Pemerintah Pusat di Delta Kayan.
Berdasarkan sumber data tanaman pangan Provinsi Kaltim, demikian kata Gubernur, Bulungan merupakan salah satu daerah yang telah surplus beras sejak tahun 2009 di mana produksi beras mencapai lebih dari 28.800 ton, sementara kebutuhan beras masyarakat Bulungan hanya sekitar 12.400 ton. Artinya, ada sekitar 16.000 ton beras produksi Bulungan yang dilempar ke daerah lain. Atas dasar data tersebut, ke depan, Gubernur ingin Bulungan menjadi lumbung padi di Kaltim dan hal ini bisa terwujud dengan kerja keras pemerintah bersama warga masyarakat.
Selain pertanian, Gubernur juga menekankan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang menghubungkan desa ke kecamatan, bahkan ke Ibu Kota Kabupaten, agar pada tahun-tahun yang akan datang semuanya dapat dilalui melalui jalan darat.
Lebih jauh Gubernur berpesan agar bupati dan wakil bupati yang telah dilantik melaksanakan prioritas pembangunan bidang pendidikan, kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menjalankan program yang berpihak pada rakyat dengan tujuan pengentasan kemiskinan.
Terpilihnya kembali Budiman Arifin-Liet Ingai sebagai bupati dan wakil bupati selama satu periode berikutnya menjadi bukti nyata kepercayaan masyarakat atas program-program yang telah dijalankan pemerintah Kabupaten Bulungan selama lima tahun di bawah kepemimpinan Budiman Arifin. Kepercayaan masyarakat tersebut juga menegaskan bahwa program pembangunan yang selama ini dijalankan memberikan manfaat nyata bagi warga masyarakat.
Salah satu program inovatif dan strategis yang ditelorkan Budiman yang yang banyak mendapat dukungan dari masyarakat adalah Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD). Program PPMD diluncurkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan sejak 2006 silam.
Pada awal pencanangan, Budiman mengungkapkan bahwa program ini dilakukan dengan pertimbangan karena pelaksanaan pembangunan tidak semata-mata berasal dari pemerintah saja (top down). Namun harus seimbang antara dari atas dan dari peran serta masyarakat (bottom up).
Tujuan lain dari program PPMD adalah untuk pemerataan pembangunan. Proses pembangunan tidak boleh cuma terfokus di perkotaan, dalam mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur, tapi juga merata di seluruh pedesaan.
Berbagai sarana infrastruktur desa, seperti semenisasi jalan, jembatan, balai pertemuan umum (BPU), sarana air bersih desa, Poskesdes, dan sarana pendidikan anak usia dini (PAUD), kini semua telah lengkap. Sejak ada PPMD, kemajuan di desa sangat dirasakan warga masyarakat. Jalan-jalan kampung mulai bagus, fasilitas-fasilitas yang menjadi kebutuhan masyarakat semakin tersedia baik di sektor pendidikan maupun di sektor kesehatan.
Program PPMD yang dicetuskan Bupati bersama wakilnya terbilang sukses dalam implementasinya. Program tersebut dinilai mampu mengakomodasi usulan masyarakat --khususnya yang ada di desa. Pemerintah Kabupaten juga sangat berkomitmen dengan memberikan alokasi anggaran yang cukup besar. Dari tahun ke tahun, anggaran pemerintah untuk PPMD meningkat. Pada 2006, melalui APBD, Pemkab menganggarkan Rp26 miliar. Kemudian tahun 2007 dan 2008, dianggarkan Rp 32 miliar.  Pada 2009 pembagian kepada kecamatan meningkat, jumlah kecamatan yang mendapatkan alokasi dana berkurang menjadi sepuluh kecamatan dari sebelumnya 13 kecamatan, karena tiga kecamatan sekarang menjadi bagian wilayah Kabupaten Tana Tidung.
Selain pemerataan pembangunan, tujuan lain dari program PPMD adalah untuk memberdayakan masyarakat atau menumbuhkan peran serta warga dalam pembangunan. Soal keberhasilan program PPMD ini, masyarakat sendiri lah yang dapat menilai dan merasakan.
“Jadi terserah masyarakat, kalau memang dirasa memberikan manfaat akan kami teruskan, apabila tidak, yah … tidak perlu dilanjutkan,” tutur Budiman Arifin dalam beberapa kali kesempatan.
Oleh karena program PPMD dinilai sangat bermanfaat bagi masyarakat, Budiman menegaskan selama kepemimpinannya, program ini akan terus dilanjutkan. Ke depan, program PPMD terus disempurnakan. Hal-hal yang menjadi kendala dan kekurangan-kekurangan yang ada dievaluasi dan disempurnakan.
Pembangunan Berkeadilan. Kunci sukses lainnya yang dilakukan Budiman Arifin untuk meraih kepercayaan masyarakat adalah dengan menerapkan pembangunan yang merata dan berkeadilan. Selama kepemimpinannya tidak ada lagi warga termarjinalkan. Sebab, program Pemkab Bulungan diarahkan untuk pengembangan warga desa.
“Di Bulungan, sedikit demi sedikit kita menghilangkan marjinalisasi itu. Sekarang sudah tidak ada lagi,” kata Bupati yang pada tahun 2014 mendapat Penghargaan Lencana Emas Tani Nelayan Utama dari Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) ini.
Ada empat agenda utama pembangunan yang dicanangkan Budiman Arifin ketika dirinya menjabat sebagai bupati. Agenda tersebut antara lain meningkatkan sumber daya manusia, meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat, mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur, membentuk tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa.
Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi prioritas pembangunan karena berdasarkan kondisi saat itu pembangunan yang dijalankan belum sepenuhnya mendorong terbentuknya manusia Bulungan yang berkualitas.
“Pada awal saya keliling ke desa-desa, keluhan masyarakat seperti tidak diperhatikan pemerintah. Ada kepala desa yang bilang sama saya, anak saya meninggal karena tidak ada bidan yang membantu persalinan di desa,“ ungkap Budiman Arifin.
Peristiwa tersebut terjadi karena minimnya sarana dan prasarana kesehatan yang ada di pedesaan. Fasilitas Pukesmas hanya terbatas tersedia di kecamatan dengan tenaga kesehatan yang belum memadai.
Begitu pula dengan sarana pendidikan. Fasilitas pendidikan yang tersedia masih sanggat memprihatinkan. Bahkan ada daerah yang anak usia sekolah tidak bisa mengenyam pendidikan lantaran tidak adanya gedung sekolah.
Dari kenyataan itulah, Budiman Arifin kemudian mengambil kebijakan masalah sumber daya manusia harus menjadi prioritas pembangunan. Tidak hanya dalam segi pemenuhan infrastruktur pendidikan dan kesehatan namun juga ketersediaan sumber daya manusia. Salah satunya, program rekruitmen lokal. Kategori lokal ini berarti tidak hanya penduduk asli tapi siapa pun yang sudah lama menetap di daerah tersebut.
Dengan pola rekruitmen lokal diharapkan akan mampu menjadi ujung tombak pembangunan. Hal ini berangkat dari pengalaman yang mengajarkan bahwa ketika tenaga pendidik didatangkan dari luar daerah maka kebanyakan dari mereka tidak betah tinggal di pedesaan.
“Kita berharap mereka inilah yang turun ke desa. Kenapa rekruitmen lokal, karena kalau kita datangkan dari Tarakan atau Samarinda, mereka tidak kerasan. Dari situ timbul kebijakan rekruitmen lokal tenaga guru, bidan dan perawat,“ jelas Budiman.
Pemerataan sarana pendidikan juga menjadi sasaran utama pembangunan mengingat saat itu ketersediaan gedung sekolah --terutama untuk pendidikan lanjutan—masih sangat minim. Jumlah lembaga pendidikan tingkat SLTA hanya ada sekitar lima sekolah tentu tidak mencukupi bagi warga yang tersebar di sepuluh kecamatan.
Kondisi tersebut sontak menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Bulungan. Upaya percepatan penyediaan sarana pendidikan dilakukan dengan menambah hampir seratus persen dari fasilitas yang tersedia.
“Untuk itulah kita bangun sarana pendidikan yang merata. Begitu pula dengan Puskesmas, peningkatanya pun 100 persen, tenaganya juga kita siapkan. Nah itulah pemerataan pembangunan yang berkeadilan,” tegasnya.
Beragam kebijakan yang dijalankan Pemerintah Kabupaten Bulungan di bawah kepemimpinan Budiman Arifin - Liet Ingai sebagai bupati dan wakil bupati melalui upaya pemerataan pembangunan memang sudah dapat dinikmati oleh segenap warga masyarakat Bulungan hingga ke pelosok pedesaan.

Dan amanah itu kembali diberikan kepada mereka berdua pada rentang waktu 2010-2015. Masyarakat tentu berharap program-program pembangunan yang bermanfaat nyata bagi masyarakat dapat dilanjutkan. Sembari muncul kembali program inovatif dan kreatif baru agar harapan kesejahteraan bagi masyarakat pun semakin cepat terwujud. (*)

No comments:

Post a Comment