Thursday, August 28, 2014

Pemimpin Berhati Gembala

* EMPAT


"Apabila seseorang mengikuti pemimpin yang mencari nama besar, maka sang pemimpin yang akan diagungkan. Pemimpin tersebut akan dipuja dan akhirnya menggeser kedudukan Tuhan. Jikalau seseorang mengikuti pemimpin yang berhati seorang pelayan, Tuhanlah yang akan diagungkan. Pemimpin-peminpin semacam ini akan berbicara tentang Tuhan, kuasa Tuhan, pekerjaan Tuhan, nama Tuhan, firman Tuhan, Tuhan ... semuanya untuk kemuliaan Tuhan."
Charles R. Swindoll, penulis buku "Improving Your Serve"

KAMPUNG WAFOR, Distrik Supiori Timur, Mei 2013. Segenap warga Kampung Wafor begitu khidmat dalam kebersamaan doa ucap syukur. Syukur berkat pembangunan 20 unit rumah warga masyarakat layak huni program Rp1 miliar per kampung tahap pertama berjalan sukses dikerjakan 100 persen. Syukur pula lantaran kampung mereka menjadi salah satu kampung tercepat dalam pembangunan 20 unit rumah, disusul Kampung Sorendiweri dan Kampung Duber yang semuanya berada di Distrik Supiori Timur.
Program pembangunan rumah layak huni dengan pembiayaan melalui dana Otonomi Khusus (Otsus) Supiori Rp1 Miliar per kampung per tahun tahap pertama sukses besar. Untuk mewujudkan rasa syukur atas keberhasilan pelaksanaan program tersebut, bersama masyarakat Kampung Wafor Distrik Supiori Timur, segenap jajaran aparatur Pemerintah Kabupaten Supiori, pada tanggal 22 Mei 2013, menggelar doa bersama.
Lalu sebagai wujud apresiasi atas kesuksesan tersebut, pada kelanjutan pelaksanaan program Rp1 miliar per kampung tahap II, Pemerintah Kabupaten Supiori menambah dana bagi Kampung Wafor yang terlepas dari program Rp1 miliar tahap II. Selain apresiasi tersebut, secara terbuka, Bupati Supiori Fredrik Menufandu SH MH MM juga mengumumkan dan mengangkat kembali Kristopus Dimara sebagai Kepala Kampung Wafor.
“Karena Kampung Wafor mendukung program ini, terbukti menjadi kampung tercepat, lalu atas usul Wakil Bupati, kami (Pemkab Supiori) menambah dana ke Kampung Wafor, dana ini di luar dari dana Rp1 miliar per kampung yang sebentar lagi diluncurkan ke kampung-kampung untuk kegiatan yang sama,” jelas Bupati Supiori, Fredrik Menufandu SH MH MM, di sela-sela ritual doa syukuran di Kampung Wafor, Distrik Supiori Timur.
“Dan untuk saudara kepala kampung, karena saudara sudah menunjukkan komitmen kesuksesan program ini serta berhasil membangun partisipasi serta keterlibatan langsung warga masyarakat untuk ikut membangun rumah-rumah ini, maka saudara kepala kampung resmi kembali menjabat kepala kampung untuk periode satu tahun ke depan. Karena jabatan kepala kampung di 38 kampung sudah hampir selesai dan harus dipilih kembali,” tambah Bupati Fred.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Fred menerangkan, 20 unit rumah warga masyarakat layak huni yang dibangun di kampung-kampung dilengkapi meteran listrik berkekuatan 900 Kwh, jaringan air bersih dan satu unit pesawat televisi lengkap antena UHV.
“Kami geser 14 kriteria keluarga miskin itu. Rumah-rumah ini sudah terbangun, listrik akan masuk, air bersih langsung ke rumah-rumah, dan kami akan berikan gratis ke setiap rumah satu unit televisi lengkap antena UHV yang tidak perlu lagi parabola. Kami sudah membangun stasiun televisi dan pemancarnya di beberapa titik untuk memancarkan siaran ke seluruh wilayah Supiori. Warga masyarakat bisa relay siaran TV lainnya dan Pemkab juga bisa membuat siaran sendiri,” kata Bupati Fred yang disambut tepuk tangan dan teriakan apresiasi masyarakat.
Secara terpisah, Kepala Kampung Wafor, Kristopus Dimara, mengakui bahwa  sejak program Rp1 miliar per kampung digulirkan fokusnya untuk kegiatan pembangunan rumah masyarakat layak huni. Warga masyarakat di Kampung Wafor menyambut antusias program tersebut. Hal ini ditunjukkan warga masyarakat dengan aktif terlibat langsung pada setiap proses pembangunan 20 unit rumah tanpa meminta imbalan uang.
“Saya pribadi, dan warga masyarakat saya, sangat bersyukur dan terima kasih kepada Bapak Bupati dan Wakil Bupati yang menggulirkan program untuk perbaikan rumah-rumah ini. Kami di sini bekerja secara gotong royong. Walaupun hanya 20 unit, tapi semua terlibat bekerja, karena mereka tahu bahwa program ini akan berlanjut,” ungkap Dimara.
Kepala Distrik Supiori Timur, Drs. Budi Mansoben, juga menyampaikan hal yang senada dengan ujaran Dimara. Untuk kesuksesan program prioritas Bupati dan Wakil Bupati, kata Budi, ia dan stafnya secara estafet dan rutin turun langsung mengawasi dan mengontrol pelaksanaan pembangunan rumah warga masyarakat di kampung-kampung di Distrik Supiori Timur. Hasilnya, lanjut dia, tiga kampung yang pekerjaan pembangunan rumahnya tepat waktu dan tidak bermasalah berada di wilayah Distrik Supiori Timur.
“Ya, ini karena kita semua ingin Supiori maju, kami memang tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan pembangunan rumah layak huni. Tapi, sebagai kepala distrik dan ini untuk kepentingan masyarakat setempat, kami merasa bertanggung-jawab. Dan kami terus turun ke kampung-kampung di wilayah kami, mengecek, dan mendorong aparat serta warga masyarakat kampung agar bahu-membahu membangun kampung,” tandas Budi.
Dalam laporannya selaku penanggung-jawab pelaksanaan pembangunan rumah masyarakat layak huni, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kampung (BPPMK) Ester Afasedanya mengatakan bahwa kegiatan pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat kampung dilakukan di 38 kampung. Pelaksanaan pembangunan rumah layak huni ini mulai dilakukan pada Desember 2012 lalu dan selesai 100 persen di tahun 2013.
Sekadar diketahui, melalui program ini, sedikitnya 760 KK di Kabupaten Supiori, yang selama ini tinggal di rumah yang tidak layak huni dan belum bisa menikmati listrik, dipastikan mulai tahun 2013 dapat tinggal di rumah yang layak dan juga menikmati aliran listrik serta fasilitas pro-rakyat lainnya yang digulirkan Pemerintah Kabupaten Supiori.
Pembangunan pro-rakyat di Kabupaten Supiori tidak hanya sebatas membangun atau memperbaiki rumah warga sampai layak huni. Warga Kampung Syurdori, Distrik Supiori Timur, Jaksen Karma, mengungkapkan bahwa hampir sebagian besar warga masyarakat Syurdori telah menikmati dana Otsus secara baik. Salah satunya, puluhan warga masyarakat kampung telah mendapatkan rumah layak huni serta setiap bulan memperoleh jatah raskin (beras miskin) secara gratis.
“Kami akui Pemkab Supiori telah menyalurkan dana Otsus secara baik, sehingga banyak warga masyarakat yang kini dapat menikmatinya,” ujar Jaksen Karma sebagaimana dikutip tabloid Bintang Papua (Maret 2014).
Melihat warga masyarakat Kabupaten Supiori yang semakin meningkat kesejahteraan dan kualitas hidupnya, sebagai pemimpin, Bupati Supiori Fredrik Menufandu tampak berusaha menerangi dan melayani warga yang telah memberinya mandat untuk memimpin mereka. Sebagai penganut Kristen taat, dalam bahasa iman, Bupati Fred menerapkan prinsip pemimpin berhati gembala.

A.   Tiga Makna Gembala
Dalam bahasa Ibrani terdapat tiga kata yang bermakna ‘gembala’. Setiap kata dari tiga kata sinonim untuk gembala itu pada dasarnya mempunyai arti dan makna yang sama, namun setiap kata menegaskan segi yang berlainan: (1) ‘mengamati dengan cermat’, ‘menjaga dengan dengan penuh perhatian’; (2) selalu siap dan berjaga-jaga, siaga dan sedia menghadapi bahaya yang datang; (3) menyelidiki, melihat ke depan dan merencanakan. Pendekatan arti kata-kata ini menjelaskan kepada kita, bahwa seorang gembala adalah seseorang, yang membawakan tiga arti kata tadi secara bersama-sama. Ia selalu berjaga-jaga, siaga, waspada, siap-sedia, cermat tajam, lagi penuh perhatian, dan tentunya dia bukan seorang penakut.
Pada zaman sebelum Yesus lahir, para gembala dinilai negatif. Di mata hukum –-yang memang hampir tidak mungkin dipenuhi oleh mereka dalam praktik-– para gembala disejajarkan dengan para pencuri dan pembunuh. Namun demikian orang Yahudi tetap tidak lupa akan nubuatan tentang gembala yang akan datang. Yesus menggenapi nubuat tersebut. Pada kenyataannya, selain orang-orang Majus, para gembala di Padang Efrata merupakan orang-orang pertama yang memperoleh pemberitaan oleh malaikat tentang kelahiran Yesus (Luk 2:8-20).
Gembala yang Baik. Keterlibatan dan rasa tanggung jawab seorang gembala terhadap keselamatan kawanan dombanya sebagaimana digambarkan oleh Perjanjian Lama tercermin dalam diri Yesus, “Sang Gembala Baik”. Gambaran Yesus sebagai Gembala Baik merupakan gambaran kesayangan umat Kristiani Perdana. Banyaknya lukisan dan ukiran di katakomba, yang menggambarkan gembala baik yang menggendong seekor domba, membuktikan kenyataan itu.
Yesus bersabda, “Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang” (Yoh 6:39; bdk Yeh 34:16). Menjelang sengsara-Nya di Taman Getsemani, Yesus berdoa untuk persatuan para murid-Nya (dikenal sebagai ‘Doa Imam Besar/Agung’). Doa-Nya tersebut, antara lain, berbunyi sebagai berikut: “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci” (Yoh 17:12). Bahkan, sebelum terangkat ke surga pun Yesus masih memberi pesan kepada para murid-Nya: “Ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:20 atau kalimat terakhir dalam Injil Matius).
“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya …” (Yoh 10:11); “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku ..., dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku” (Yoh 10:14-15). Dalam perumpamaan ini (Yoh 10:1-18), Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai gembala yang baik. Dengan demikian Ia menyabdakan banyak kekayaan tentang pribadi-Nya sendiri dan tentang Tuhan Allah. Lihat misalnya ayat 4: Ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Ini jelas berbeda dengan penggembala bebek di Brebes, misalnya, yang berjalan di belakang kawanan bebek yang digembalakannya. Perumpamaan ini didasarkan pada kebiasaan di zaman Yesus hidup. Beberapa kawanan pada malam hari dikumpulkan dalam sebuah kandang. Pada waktu pagi setiap gembala memanggil domba-domba yang digembalakannya. Domba-domba itu mengenal suara gembalanya dan mengikutinya ke padang rumput. Nah, saling mengenal antara domba dan gembala itu begitu mengesankan, sehingga Yesus menyamakannya dengan hubungan mesra antara dia dan Tuhan di surga (Yoh 10:15). Sejauh suara gembala baik mengumandang, di situ pula ada shalom, rasa aman, perlindungan dan makanan.
Sebuah permenungan. Yesus Kristus, Sang Gembala Baik, mengidentifikasikan diri-Nya dengan kita, umat-Nya. Dia tidak meninggalkan kita pada saat-saat kita mengalami kesulitan. Sebagai Gembala yang baik, Hati-Nya penuh dengan belarasa bagi kita, domba-domba-Nya. Dia mengenal kita satu per satu secara pribadi, dan Dia ingin kita mengenal-Nya secara mendalam pula. Karena cinta kasih-Nya kepada kita, Dia mengundang kita untuk datang kepada-Nya, agar dapat mengenali suara-Nya –-bahkan di tengah-tengah kesulitan yang sedang kita alami. Dalam diri Yesus kita mengenal Hati seorang Gembala yang baik, yang mengenal masing-masing domba dan bahkan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Yang hilang akan dicari sedangkan yang tersesat akan dibawa pulang. Yesus menunjukkan kepada kita keprihatinan Tuhan Allah, terlebih bagi mereka yang dipandang sebagai orang-orang yang tidak berarti dan tidak dipedulikan hak-haknya.
Karena kita terbilang sebagai ‘domba-domba’ milik-Nya, maka tidak salahlah bila dikatakan, bahwa Yesus mempunyai kepentingan atas kesejahteraan jiwa-raga kita. Manakala Iblis -–‘srigala’  dalam perumpamaan Yesus (10:12)-– mencoba untuk mencerai-beraikan kita, Yesus adalah perlindungan kita yang kokoh-pasti. Bagi mereka yang mengenal-Nya, maka suara-Nya memberikan kenyamanan dan rasa aman.
Kita biasa mengatakan bahwa sebagai Sang Gembala Baik, Yesus begitu memperhatikan kita masing-masing, begitu baik Hati-Nya, demikian mengasihi kita, karena di mata-Nya setiap kita ini sangatlah berharga. Pernyataan ini sama sekali tidak salah. Tapi, seseorang belumlah menghargai sepenuhnya betapa dalam dan intens cinta kasih Yesus kepadanya, hanya dengan mendengarkan dan/atau membaca tulisan tentang hal itu. Orang itu harus merenungkannya manakala dia melakukan pertobatan hari demi hari, sampai pada suatu hari … hatinya merasa begitu tersentuh … betapa besar cinta kasih Yesus kepadanya, sehingga disposisi hati, sikap dan perilakunya sehari-hari pun akan diinspirasikan oleh suatu rasa syukur yang aktif bekerja dalam dirinya, karena dia mempunyai seorang Gembala Baik yang sejati dan agung. Dengan demikian, dia pun akan menghasilkan ‘buah-buah yang sesuai dengan pertobatan’ (Luk 3:8).

B.    Menerangi, Melayani dan Merajut Komunikasi
Bupati Fred menerapkan prinsip-prinsip Yesus Kristus Sang Gembala Yang Baik.  Gembala yang menerangi dan melayani umat (rakyat) yang tidak semata-mata dalam angan belaka atau sebagai ujaran di atas mimbar gereja. Dia berusaha mengimplementasikan benar secara fisik dalam kehidupan warga yang dipimpinnya. Dan ketika memulai memimpin Supiori, sekadar contoh, dia awali dengan menghadirkan jaringan/aliran listrik PLN dan jejaring infrastruktur telekomunikasi.
Dalam berbagai kesempatan, Bupati Fredrik Manufandu mengungkapkan upaya percepatan pembangunan di berbagai sektor di wilayah Kabupaten Supiori terus dipacu. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan dan terus akan dilaksanakan dibagi dalam beberapa fase. Hal itu dimaksudkan supaya kebijakan pembangunan berjalan secara terprogram dan terarah.
Fase pembangunan yang dimaksud tidak dilakukan begitu saja namun tetap melalui rancangan dan pergumulan intelektual dengan melihat kondisi nyata di lapangan. “Jadi sejak saya bersama Pak Wakil Bupati terpilih, kami melakukan pergumulan pemikiran dan rancangan program, tentunya dengan melihat kebutuhan dasar lalu dibagi dalam beberapa fase,” ungkap Bupati Fredrik Manufandu.
Menurut dia, untuk fase pertama, selama kurang lebih 6 bulan (pada tahun 2011) setelah dilantik dinilai sebagai fase transisi. Pada fase transisi, pihaknya lebih cenderung melakukan aksi pengenalan dan orientasi program serta kebijakan dalam rangka membangun tataran kepemimpinan baru guna menyelesaikan persoalan-persoalan ikutan sebelumnya sembari melaksanakan dan memperkenalkan program-program prioritas utama seturut kemampuan anggaran yang masih tersedia saat itu.
Fase kedua, dikatakan, bahwa anggaran tahun 2012 merupakan awal fase peletakan dasar-dasar pembangunan yang berfokus pada penyiapan infrastruktur sarana dan prasana pembangunan daerah sebagai bagian dari program prioritas utama sambil tetap menuntaskan penyelesaian fase transisi yang ada.
Dijelaskan oleh Bupati Fred, pada fase peletakan dasar-dasar pembangunan daerah, program lebih diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat seperti pembangunan perumahan layak huni, pembangunan jalan dan pengaspalan serta pembangunan jembatan yang dimulai dari wilayah perkotaan. Hal itu dimaksudkan sebagai upaya untuk membangun wajah ibu kota Kabupaten Supiori.
Selain itu, lanjutnya, juga sekaligus membangun jalan dan jembatan yang menghubungkan pusat-pusat pemukiman warga masyarakat. Tak hanya itu, disinggung pula soal program raskin gratis yang menganut azas bagi habis dan adil, pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis, pembangunan jaringan listrik dan telekomunikasi masuk ke wilayah Supiori.
“Listrik PLN belum ada ketika kami belum menjabat, setelah mulai menjabat kami upayakan itu dan kini sudah ada listrik PLN 24 jam, termasuk telekomunikasi. Demikian halnya untuk raskin kami talangi dana distribusinya sehingga tidak ada alasan masyarakat tidak menerima raskin secara gratis,” ujarnya.
Sekadar pengetahuan, sebelumnya masyarakat belum bisa menikmati  listrik PLN yang menyala selama 24 jam non-stop, termasuk jaringan sinyal telekomunikasi (terutama Tekomsel), di tahun pertama kepemimpinan Bupati  Fred dan wakilnya langsung diadakan dan kini telah dapat dinikmati masyarakat. Pemkab Supiori langsung menyambung tiang listrik sejak sekitar 90 Kilometer dari Biak ke Supiori dan membangun pembangkit listrik berkekuatan 150 MW. Sebuah langkah menerangi rakyat dalam arti fisik.
Bahkan mulai tahun 2015, Kabupaten Supiori memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Wabudori. Dan PLTMH Wadubori menjadi program percontohan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral.
Staf Khusus Bupati Supiori Yohanis M. Koroh mengatakan pelelangan proyek fisik PLTMH Wabudori dilakukan pada Juni 2014. "Kapasitas pasokan listrik manakala PLMTH Wabudori beroperasi 2015 mencapai tiga megawatt, bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Supiori dan Kabupaten Biak Numfor," jelasnya.
Koroh mengakui pertengahan 2014 Pemkab Supiori sudah mengantongi rekomendasi Gubernur Papua Lukas Enembe untuk diajukan ke Menteri Kehutanan di Jakarta terkait dengan persetujuan pengajuan alih fungsi lahan hutan lindung dan cagar alam untuk proyek PLTMH.
Dia mengatakan keberadaan PLTMH yang memanfaatkan air Sungai Kampung Waryai, Distrik Supiori Barat, itu cukup potensial untuk mensuplai listrik warga masyarakat yang membutuhkan. Dia menyebutkan alokasi dana dari Kementerian ESDM untuk membangun PLTHM Wabudori diperkirakan mencapai Rp150 miliar.
"Pemkab Supiori di bawah kepemimpinan Bupati Fredrik Menufandu dan Wabup Yan Imbab setiap waktu mewujudkan program pro-rakyat, di antaranya pendidikan, kesehatan, perumahan, infrastruktur jalan dan jembatan, air bersih, aliran listrik, beras untuk masyarakat miskin gratis, serta beberapa program lain," kata Koroh.
Selain itu, Bupati pun memberi motivasi pelayanan keagamaan kepada lembaga gereja serta mendorong peningkatan kedisiplinan dan kompetensi kerja aparatur.  Program bantuan sosial dana sarana keagamaan setiap tahun dianggarkan Pemkab Supiori mulai APBD 2012.
"Dengan adanya dukungan anggaran pemerintah kabupaten diharapkan dapat menunjang berbagai kegiatan organisasi denominasi gereja bersangkutan dalam membina pembangunan mental spritual warga jemaat gereja," ungkap Bupati Supiori Fredrik Menufandu seusai peresmian Gereja GKI Yamoi Jeng Wafur Distrik Supiori Barat, beberapa waktu lalu.
Dalam melaksanakan pembinaan warga jemaat gereja, demikian kata Bupati Fred, Pemkab Supiori telah mengembangkan pola tiga tungku, yakni adat, pemerintah dan lembaga keagamaan.
"Adanya kerja sama tiga tungku ini diharapkan dapat lebih efektif membina bidang mental spiritual warga jemaat, ya dukungan Pemkab salah satunya memberikan dana sarana keagamaan," tandas Bupati Fred.
Sebagai contoh nyata, lanjut sosok Bupati Fred yang amat sederhana ini, untuk menyelesaikan pembangunan sarana fisik Gereja GKI Yamoi Jeng Wafur Distrik Supiori Barat, Pemkab Supiori memberikan bantuan dana keagamaan sebesar Rp200 juta dan rumah pastori lewat APBD Supiori.
"Berkat bantuan dana Pemkab Supiori, masyarakat Wafur, Distrik Supiori Barat, pada tanggal 8 Juli 2012 sudah dapat menggunakan fasilitas fisik gedung gereja GKI Yamoi Jeng untuk beribadah," kata Bupati Menufandu usai meresmikan gereja tersebut.
Kemudian soal peningkatan kualitas aparatur. Salah satunya diwujudkan dengan peningkatan kualitas tata kelola keuangan dan aset daerah sebagai bagian dari program reformasi birokrasi, termasuk pemberdayaan ekonomi rakyat yang juga merupakan program prioritas.
Di fase ketiga disebutkan bahwa fase ini terkait dengan pembangunan bidang unggulan dan peningkatan kualitas dan promosi bidang unggulan. Selanjutnya, kata Bupati, akan memasuki fase kemandirian yang unggul dalam bidang kelautan, perikanan dan kepariwisataan menuju masyarakat Supiori yang sejahtera, maju dan adil.
“Tahun 2014 adalah tahun keempat saya dengan Wakil Bupati memimpin Supiori, di tahun ini masih merupakan lanjutan dari fase peletakan dasar-dasar pembangunan. Bahwa di tahun ini akan fokus pada penyelesaian pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Kabupaten Supiori. Pembangunan akan dilanjutkan ke wilayah Supiori Selatan, Kepulauan Aruri, Utara sampai ke Supiori Baray,” paparnya.
 “Jadi percepatan pembangunan Kabupaten Supiori yang disaksikan dan dirasakan warga masyarakat saat ini bukan hadir begitu saja, namun melalui suatu pergumulan pemikiran yang berat dan dilandasi komitmen yang kuat serta tulus untuk membangun masyarakat di Kabupaten Supiori,” tandas Bupati Fred Manufandu.

C.   Gembala yang Rendah Hati
Sosok Bupati Fred berusaha keras meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat yang dipimpinnya. Kendati hasil-hasil pembangunan yang dilakukan Pemkab Supiori telah dapat dinikmati sebagian besar warga masyarakat, sebagai umat Kristiani, dia selalu berusaha rendah hati. Bahwa semua itu bukan semata-mata hasil kerja dirinya. Tapi, hasil kerja segenap aparatur dan kemurahan Tuhan Yang Maha Kasih. Dia meyakini bahwa Tuhan memerintahkan kita pengikut-Nya untuk hidup dengan penuh kerendahan hati.
Ya, kendati sudah berada di puncak singgasana dan memberikan arti hidup bagi rakyat yang dipimpinnya, Bupati Fred tetap rendah hati dalam menghadapi rakyat dan para pihak yang ikut membangun wilayah Kabupaten Supiori.
Bagaimana sosok Bupati Fred menjaga kerendah-hatiannya? Di mata Bupati Fred, kerendahan hati bukanlah sebuah sikap tubuh yang merendah-rendah. Di dalam banyak budaya, sikap merendahkan tubuh dianggap sebagai kerendahan hati. Padahal, sesungguhnya kerendahan hati bukanlah sikap tubuh melainkan sikap hati, yang tidak mementingkan diri, malah sebaliknya lebih mengedepankan kepentingan orang lain.
Marilah kita lihat dengan saksama ciri orang yang rendah hati sebagaimana diuraikan di Filipi 2:3 dengan cara mengkontraskannya dengan sikap orang yang tinggi hati, "dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia . . . menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri. "
Orang yang tinggi hati akan mencari kepentingan diri sendiri, sedangkan orang yang rendah hati lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Orang yang tinggi hati akan selalu berpikir, "Apa untungnya buat saya?" Dengan kata lain, orang yang tinggi hati sukar melakukan sesuatu murni untuk kepentingan orang lain. Sebaliknya, orang yang rendah hati bersedia berkorban melakukan sesuatu yang tidak berkaitan atau tidak memberi keuntungan bagi dirinya.
Orang yang tinggi hati akan mencari puji-pujian orang terhadap dirinya, sedangkan orang yang rendah hati tidak memikirkan hal ini. Sewaktu orang yang tinggi hati melakukan sesuatu, dia akan memikirkan efeknya-apakah hasil perbuatannya akan dihargai orang atau tidak. Dengan kata lain, jika dia beranggapan bahwa efek karyanya tidak hendak mengundang pujian orang, dia tidak mau melakukannya. Tidak heran, orang yang tinggi hati cepat marah dan tersinggung, bila orang tidak memberi respon terhadap karyanya sesuai dengan keinginannya. Sebaliknya, orang yang rendah hati akan melakukan segala sesuatu sebaik-baiknya, "dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23) Orang yang rendah hati melihat Tuhan sebagai "penonton" perbuatannya; dia tidak memusingkan penilaian atau penglihatan sesama manusia. Fokus utamanya adalah mempersembahkan hasil karya hidupnya untuk Tuhan; jadi, terpenting baginya adalah membuat Tuhan senang. Kalau sampai orang memuji dirinya, itu adalah efek samping yang tidak dicarinya.
Orang yang tinggi hati akan menomor-satukan diri sendiri sementara itu orang yang rendah hati berupaya menomor-duakan dirinya. Orang yang tinggi hati beranggapan bahwa dia lebih utama dan lebih baik daripada orang lain. Itu sebabnya orang yang tinggi hati sering kali menuntut perlakuan khusus atau istimewa sebab dia beranggapan dia tidak sama dengan orang lain. Dia berharap orang akan membebaskannya dari kewajiban yang biasanya dituntut pada kebanyakan orang, oleh karena baginya, dia bukanlah orang biasa. Sebaliknya, orang yang rendah hati tidak melihat dirinya sebagai orang yang istimewa dan selayaknya menerima perlakuan khusus. Dia akan menempatkan dirinya sejajar dengan yang lain, bahkan dia cepat menghargai sumbangsih orang. Dengan kata lain, orang yang rendah hati cepat melihat keistimewaan orang lain dan lambat melihat keistimewaan dirinya. Sudah barang tentu ini tidak berarti bahwa dia buta terhadap dirinya; tidak! Dia tahu siapa dirinya --kekuatan dan kelemahannya-- namun baginya, tidaklah penting untuk menonjolkan kekuatannya. Baginya justru yang penting adalah bagaimana dia dapat menolong orang yang lain mengembangkan diri sehingga akan lebih banyak orang yang dapat melakukan apa yang baik bagi sesama dan Tuhan.

D.   Mengemban Tanggung Jawab Gembala
Masih dalam kerangka iman Kristen, Bupati Fred menerapkan prinsip gembala jemaat yang setia pada tanggung-jawab rumah-tangga (arti yang lebih luas rumah tangga pemerintah kabupaten) dan pada kebenaran Allah. Gembala atau penilik haruslah orang yang lurus hati dan ikhlas.
Salah satu tugas setiap orang percaya  setelah menerima keselamatan dari Allah ialah menjadi saksi-Nya atau melayani-Nya. Rasul Paulus mengatakan bahwa pekerjaan yang paling indah ialah mereka yang menghendaki jabatan penilik atau gembala (I Tim. 3:1). Seorang pelayan Tuhan yang menghendaki pekerjaan seorang gembala haruslah orang yang telah mengambil keputusan untuk menyerahkan seluruh hidupnya untuk melayani Kristus. Keputusan untuk menjadi seorang gembala hal yang perlu dipikir dalam-dalam dan juga memiliki latar belakang hidup atau kesaksian kehidupan yang baik.
Mengapa keputusan memilih untuk menjadi gembala dapat berdampak sedemikian besar? Jawabannya adalah karena seorang gembala bertanggung- jawab secara spiritual dalam kehidupan rohani jemaatnya. Gembala  menolong jemaatnya dalam melihat, mengerti dan mendalami firman Tuhan. Bagaimana jemaat mengerti, melakukan, dan bersaksi atas firman Tuhan ditentukan oleh pengajaran gembalanya. Bagaimana jemaat dapat malakukan kuasa Tuhan, bagaimana jemaat dapat mengklaim janji-janji Tuhan, dan bagaimana jemaat dapat menyaksikan keajaiban pekerjaan Allah, semuanya ditentukan sejauh apa gembala mendidik dan membentuk jemaatnya dalam firman Tuhan.
Untuk mendidik dan membentuk jemaatnya dalam firman Tuhan, sang gembala atau penilik mesti mengajarkan ajaran yang sehat, memberitakan Injil, mempertahankan iman dan mendisiplinkan jemaat.
Ihwal mengajarkan ajaran yang sehat, fungsi gembala jemaat ialah memimpin anggota jemaat untuk menjadi dewasa dalam Firman Tuhan agar bisa mengambil keputusan yang tidak bertentangan dengan Firman Tuhan serta membangun jemaat. Seorang gembala harus memberi makan jemaatnya , yaitu firman Tuhan, agar pertumbuhan iman jemaat semakin baik dan juga supaya tidak mudah tergeser dari kepercayaan mereka.
Pada salam pembukaan surat Rasul Paulus kepada Timotius, dia menegaskan wewenangnya sebagai seorang hamba Yesus Kristus. Orang-orang yang menyebabkan Timotius menghadapi kesulitan perlu tahu bahwa Timotius adalah gembala yang melayani mereka sebab telah menempatkan dia di sana, karena Rasul Paulus menerima wewenang dari Allah. Masalah yang dihadapi oleh Timotius pada waktu itu ialah ada golongan Gnostik yang mulai mengajarkan ajaran yang tidak sesuai dengan firman Tuhan sehingga ada orang-orang percaya yang mulai mengikuti ajaran tersebut sehingga Paulus mengirim suratnya untuk menasehatkan Timotius untuk tetap mengajarkan apa yang telah mereka dengar dari Paulus kepada orang-orang percaya yang dia gembalakan.
Lantas tentang memberitakan Injil, dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma mengatakan bahwa Paulus mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani (Roma 1:16). Sebutan Injil dalam I Timotius 1:11, yaitu Injil yang mulia dari Allah yang memberi berkat mendorong Paulus untuk menceritakan kesaksian pribadinya sendiri. Ia adalah bukti terbaik untuk menyatakan bahwa Injil kasih karunia Allah itu sungguh-sungguh mengubah hidupnya (Kis. 9:1-22; 22:1-21).
Gembala merupakan pelayan Tuhan yang telah menyerahkan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan dan juga memiliki hati yang rindu untuk melayani jiwa-jiwa yang belum diselamatkan dan ingin melihat orang-orang yang belum diselamatkan berubah dan berbalik kepada Kristus. Gembala jemaat harus memiliki keyakinan akan pengajaran atau Injil yang disampaikan kepada jiwa yang sesat. Paulus menjelaskan bahwa keselamatan itu bukan untuk dia sendiri, tetapi juga untuk semua orang yang menerima Yesus Kristus (I Tim. 1:15). Jika Yesus dapat menyelamatkan Saulus dari Tarsus, orang yang paling berdosa, tentu Ia juga dapat menyelamatkan siapa saja!
Kemudian mengenai mempertahankan iman, dalam surat Paulus kepada Timotius, ia menyerahkan tanggung jawab kepada Timotius agar melaksanakannya, selain mengajarkan ajaran yang sehat dan memberitakan Injil harus pula mempertahankan iman jemaat. Ini merupakan kewajiban gembala untuk memelihara kebenaran atau doktrin Injil yang diterima dan dianut di dalam gereja, dan mempertahankannya terhadap semua oposisi. Ini adalah salah satu ujung utama pelayanan, salah satu sarana utama dari pelestarian iman yang disampaikan kepada orang-orang kudus. Sebagai rasul sering dan secara tegas mengulangi tuduhan itu kepada Timotius, dan di dalam Dia telah sampai pada semua orang yang menerima dispensasi kata berkomitmen (I Tim 1:3. - 4, 4:6-7, 16, 6:20; II Tim 1:14, 2:25, 3:14-17).
Mempertahankan iman jemaat adalah hal yang sangat perlu diperhatikan oleh pelayan Tuhan atau gembala. Sebab itu, gembala harus benar-benar memperhatikan setiap iman jemaatnya, karena, dalam jemaat lokal, anggota memiliki latar belakang yang berbeda-beda baik dalam pengetahuan kebenaran maupun pendidikan.
Dan ihwal mendisiplinkan jemaat, seorang gembala jemaat harus mengatur sopan santun dalam kebaktian jemaat agar kebaktian berjalan secara teratur (I Kor. 14:26-40) serta menjalankan disiplin gereja. Yesus telah bersabda bahwa apabila seorang percaya tidak mau tunduk dan menaati nasehat secara pribadi maka masalah itu harus diserahkan kepada gereja untuk didisiplin (Mat. 18:17). Secara tegas sekali Paulus meminta agar jemaat di Korintus menjalankan disiplin jemaat (I Kor. 5:13).
Tujuan untuk mendisiplinkan jemaat yaitu:
*  Untuk membawa kemuliaan kepada Allah dan meningkatkan kesaksian kawanan domba.
* Untuk memulihkan dan membangun anggota jemaat yang telah jatuh dalam dosa (Mat.18:15; 2 Tes. 3:14-15).
* Untuk menghasilkan iman yang sehat, satu suara dalam doktrin (Tit. 1:13; 1 Tim. 1:19-20).
* Untuk memenangkan jiwa bagi Kristus, jika orang berbuat dosa hanya mengaku Kristen (2 Tim. 2:24-26).
* Untuk membungkam guru-guru palsu dan pengaruh mereka di gereja (Tit. 1:10-11).
* Untuk menetapkan contoh bagi seluruh tubuh dan mempromosikan rasa takut yang saleh (1 Tim. 5:20).
Disiplin gereja sangat penting untuk kesucian badan lokal dan perlindungan dari kerusakan moral dan doktrinal yang murni. Dosa dalam kehidupan gereja mendukakan orang dari Roh Kudus dan memadamkan kuasa-Nya. Jika dosa tetap dicentang oleh aplikasi penuh kasih dari disiplin gereja dalam tubuh orang percaya, Roh Kudus harus meninggalkan seperti gereja untuk sumber-dayanya sendiri duniawi. Hasil tidak dapat dihindari akan kehilangan berkat Tuhan sampai dosa sudah ditangani.
Melihat betapa tidak ringan menerapkan prinsip-prinsip tugas dan tanggung jawab gembala, maka benak Bupati Fred teringat dan lekat dalam perilakunya pesan Alkitab, ”Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seseorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.” (1 Timotius 3:1-7)
Pun teringat pada pesan bahwa gembala jemaat janganlah menjadi orang pengejar status. Rasul Paulus mengatakan, ”Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena, supaya dari teladan kami, kamu belajar apakah artinya ungkapan: Jangan melampaui yang ada tertulis, supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari yang lain.” (1 Korintus 4:6)
Gembala jemaat harus mengajar umat Allah melalui perkataan dan perbuatan. Alkitab berkata bahwa, ”Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.” (Kisah 20:28)
Bupati Fred benar-benar menjunjung tinggi prinsip dan tugas gembala yang penuh tanggung jawab. Dia tidak larut hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia justru larut dalam tanggung-jawabnya sebagai pemimpin rakyat Kabupaten Supiori. Bahkan, dia sangat detil mempertanggung-jawabkan setiap alokasi anggaran yang digelontorkan buat membangun Supiori yang berkeadilan dan berkesejahteraan.
Tidak jarang Bupati Fred sampai harus merogoh koceknya pribadi manakala ada warga masyarakatnya yang mengadu atau mengeluhkan kekurangan mereka. Tak pelak, penampilannya demikian sederhana dan bersahaja.  Bahkan, kelewat sederhana untuk ukuran seorang Bupati. (*)


   

No comments:

Post a Comment