Monday, September 28, 2015

Belajar Sistem Jaminan Sosial dari Thailand, Mongolia, dan China


Belajar Sistem Jaminan Sosial dari Thailand, Mongolia, dan China
Sistem jaminan sosial seperti kesehatan di Indonesia masih belum memadai. Penetrasi pengguna asuransi juga masih minim. Penetrasi asuransi di Indonesia masih sangat rendah, hanya 2,14% dari total Produk Domestik Bruto (PDB). 

Sama halnya dengan asuransi, jaminan pensiun juga berkembang sangat lambat. Desember 2014, penetrasi jaminan pensiun hanya 5,16% dari PDB.

Indonesia perlu belajar dari negara-negara lain dalam pengembangan asuransi dan dana pensiun.

Senior Social Protection Specialist ILO for East and South East Asia and the Pacific, Nuso Cunha, menyatakan rasa prihatinnya terhadap sistem jaminan sosial di Indonesia. Dirinya akan membagi pengalaman tentang bagaimana penerapan program-program tersebut, sehingga cukup memberikan perlindungan terhadap warga di masing-masing negara.

"Ini keprihatinan kami dari ILO. Saya akan membagi pengalaman negara lain. Program jaminan sosial ini cukup rumit. Ada 3 negara yang diinput yang mungkin bisa dibagi pengalamannya yaitu Thailand, Mongolia, dan China," ujar Cunha, di acara Seminar Internasional Industri Keuangan Non Bank (IKNB), di The Westin Resort Nusa Dua, Bali, Senin (7/9/2015).

Cunha menjelaskan, Thailand terkenal soal pengembangan jaminan sosial, begitu pula dengan Mongolia, mereka punya elemen jaminan sosial yang cukup menarik, China pun demikian, mereka punya tantangan dan program abisius.

"Kita bisa belajar dari China bagaimana mengembangkan coverage-nya dalam waktu singkat," katanya.

Yang perlu digarisbawahi, kata Cunha, program jaminan sosial adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat, jaminan untuk anak-anak dan jaminan di hari tua.

Prinsipnya adalah ini merupakan bentuk tanggungjawab baik dari pemerintah, perusahaan, maupun pribadi.

Menurut Cunha, sistem jaminan sosial di Thailand itu komprehensif, provisi dilakukan secara menyeluruh, produk-produk asuransi di Thailand juga beraneka ragam.

"Mereka meluncurkan program untuk cover anak-anak 0-1 tahun untuk menghadapi masalah kesehatan kronis dan ibu baru melahirkan, ini dibicarakan dengan Kemenkes, ada juga untuk orang-orang bekerja, ada asuransi pengangguran, ini sedang dibahas, ada pensiun hari tua dengan dana yang diberikan negara dan negara bisa mengelolanya," jelas dia.

Selain itu, pemerintah Thailand juga bersifat pro aktif terhadap pelayanan bagi masyarakatnya sehingga sistem berjalan secara komprehensif.

"Thailand komprehensif sistemnya, punya tunjangan anak, informal ada tunjangan pensiun, intinya kita harus perbaiki sistem. 2002 mereka meluncurkan program jaminan menyeluruh dan ada subsidi, ada krisis ekonomi 2007 sehingga perlu proteksi untuk melindungi. Ada satu skema yaitu berorientasi PNS, dan pekerja medis dibiayai sepenuhnya oleh negara, perawatan medis oleh Kemenkeu, jaminan sosial dikelola Kemenaker," terangnya.

Selain itu, lanjut Cunha, di Thailand ada program tabungan dana pensiun baik untuk pekerja formal maupun informal sehingga ada perlindungan bagi para pekerja di masa mendatang.

"Untuk pekerja informal dan formal ada tabungan, akhir-akhir ini juga baru diluncurkan. Ada juga dana provident, dana hibah sesudah mereka pensiun," katanya.

Selain Thailand, Mongolia juga termasuk dalam negara yang sistem jaminan sosialnya memadai.

Cunha mengungkapkan, jaminan sosial di Mongolia juga komprehensif, ada asuransi, jaminan sosial, proteksi ke anak-anak, dan asuransi bagi penggembala ternak karena di Mongolia banyak penggembala ternak.

"Asuransi kesehatan sosial ada kategori berbeda, ada jenis-jenis kontribusi berbeda dan subsidi berbeda dari pemerintah, ada sektor informal khusus penggembala ternak, ada sekian persen orang miskin sepenuhnya disubsidi pemerintah," sebutnya.

Cunha mengungkapkan, orang-orang miskin di Mongolia ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah dalam hal jaminan sosial seperti kesehatan.

"Ada juga dana hibah universal untuk anak-anak antara 0-5 tahun, ada 960 ribu anak-anak, 100 persen anak di sana tertanggung khususnya keluarga miskin," ujarnya.

Cunha menyebutkan, China juga merupakan salah satu negara yang cukup mengagumkan. Selama bertahun-tahun, ada peningkatan coverage yang cukup tajam.

Sistemnya lebih komprehensif, perlindungan terhadap ibu, asuransi, dan cidera di tempat kerja berjalan dengan baik.

Untuk pekerja, ada akun individual. Bagi masyarakat tertentu juga ada subsidi dari pemerintah. Skema perlindungannya dilakukan berbeda dan disesuaikan dengan kebutuhan, seperti untuk penduduk kota dan desa.

"Tingkat penetrasi masih 7 persen dari PDB masih rendah, negara-negara maju kurang lebih 20% jadi masih ada ruang untuk berkembang," kata Cunha.

sumber: http://finance.detik.com/

No comments:

Post a Comment