Desa
adalah tempat teduh untuk menjernihkan pikiran;
Desa
adalah tempat tenang untuk memelihara jiwa.
Jadi
jangan jadikan desa seperti kota,
Jangan
ubah desa menjadi kota!
(Puisi
Ceria, 2009)
Dusun Kampung Jawa Atas
Desa Lau Sireme Kecamatan Tigalingga, medio Febuari 2012. Pebukitan disapu
rata, lembah tiada rawa. Padang ilalang berganti palawija. Demikianlah panorama
alam pertanian sebuah dusun yang berada sekitar 30 kilometer dari pusat ibukota
Kabupaten Dairi, Sidikalang. Sebuah desa dengan hamparan agribisnis yang
menyejukkan mata siapa saja yang memandang.
Berjalan-jalan
ke pedusunan ini, kita serasa berada di tengah hutan wisata. Nyaris tiada
kejenuhan. Kepenatan berganti pikiran bugar di mana rute itu dipenuhi hijauan
vegetasi. Ragam komoditas tumbuh subur dan tertata secara apik. Hampir tidak
terlihat semak belukar di sana. Sepanjang jalan terlihat pohon durian, kakao,
kemiri, jagung, pinang, kelapa, cabe, duku, dan padi gogo berbaris silih
berganti ditanam. Andai pelantun tembang-tembang melankolis Ebiet G. Ade sempat
singgah sejenak di sini, alunan tembang bersahabat dengan alam benar-benar bukan
sebatas syair rangkaian kata-kata indah. Hati terasa tenang bagai berada di
alam surgawi. Angin segar berhembus sepoi-sepoi basa mengingatkan kita agar
senantiasa bersyukur atas anugerah Tuhan Semesta Alam.
Suara
bising nyaris tiada terdengar. Kaum adam dan hawa berikut anak-anak berpacu
mengisi waktu yang terus berlalu. Bocah-bocah pulang membawa tandanan pisang
memakai sorong sembari bersiul-siul menuju rumah masing-masing. Serta ayah dan
ibu mereka melangkah menjunjung petikan lain di kepala. Jejeran warung kopi di
sepanjang jalan hanya penuh pada waktu-waktu tertentu. Masyarakat seakan telah
memiliki jadwal kapan kerja lalu jam berapa melepas dahaga di warung kopi.
Seiring itu, wajar saja, wajah selalu ceria lantaran hasil ladang selalu
berkesinambungan memberi kelangsungan hidup. Sikap ramah warga pedusunan pun
memberi kesan istimewa kala kita bertandang sejenak.
Nyaris
tiada hari tanpa panen. Pelataran atau pekarangan rumah warga Dusun Jawa Atas silih
berganti dijemuri hasil-hasil pertanian. Hari ini biji jagung ditebar mengharap
sinar matahari, besok berganti biji kemiri, lusa biji kakao, pinang, demikian
seterusnya. Sepertinya, uang mengalir setiap hari ke saku petani warga dusun
yang berada di Desa Sireme Kecamatan Tigalingga ini.
Memang
tampak subur makmur bagai syair lagu Koes Plus “tongkat kayu dan batu jadi
tanaman”. Namun tak dapat dipungkiri, ketika saya dan Tim “Bekerja untuk
Rakyat” Pemerintah Kabupaten Dairi turun kunjungan ke dusun itu, banyak warga
merasa bahwa sentuhan pemerintah untuk menyajikan produksi pertanian yang optimal
masih relatif minim. Mereka merasa bertarung dengan alam dan pasar sesuai
kemampuan diri masing-masing. Alhasil, kalau dihitung dari analisa usaha tani,
keuntungan mereka belumlah sepadan dengan modal yang ditanamkan.
Para
petani belum menerapkan cara bertani yang tepat guna, misalkan dalam soal
penggunaan benih atau bibit berkualitas. Nasib (70) dan Enjur Tarigan, petani
kakao di Dusun Kampung Jawa Atas Desa Lau Sireme, menjelaskan bahwa mereka
membeli bibit kakao secara sembarang. Ketika datang pedagang menjajakan bibit
dengan harga murah, warga langsung membeli saja tanpa tahu apakah bibit
tersebut berkualitas atau bersertifikat. Pada umumnya, kalau bibit itu
menampakkan daun hijau serta dikemas dalam polibag, para petani gampang percaya
bahwa produk bibit itu pasti berkualitas dan telah dipatenkan perusahaan yang
memproduksi bibit tersebut.
Petani
kurang pula paham ihwal berapa sebenarnya produktivitas ideal komoditi tertentu
seperti kakao. Saat ini, dalam benak mereka, memetik 50 kilogram biji kakao per
dua pekan pada lahan panen setengah hektar dianggap sudah lumayan. Sebab,
setiap periode tersebut petani memastikan diri mengantongi rupiah. Terhadap
serangan hama penyakit pun, mereka terpaksa pasrah lantaran mereka tidak
memiliki bekal pengetahuan yang cukup. Tak pelak, mereka hanya bisa merasa
pusing kepala ketika tanaman kakao diserbu penyakit busuk buah.
Sejak
awal dipercaya mengemban amanah sebagai Bupati Dairi pada tahun 2009, saya memahami
benar bahwa dusun dan desa merupakan kunci utama masa depan pengembangan Kabupaten
Dairi. Sebab itu, saya benar-benar menaruh perhatian dan kepedulian pada
pembangunan dan pengembangan masyarakat desa seperti Dusun Jawa Atas tadi. Saya
tidak sekadar turun tapi juga berusaha memotivasi warga agar mampu menatap masa
depan yang lebih berpengharapan.
Setiap
melakukan kunjungan kerja ke desa, bertatap langsung dengan warga masyarakat,
saya melihat dinamika membangun yang begitu tinggi. Hasil pembangunan yang
dikerjakan secara swadaya misalnya, ternyata tidak cuma harus dilihat fisiknya,
namun juga mesti dikaji bagaimana masyarakat menggarap dan menyelesaikan pekerjaan
itu.
Orang-orang dusun dan desa itu sangat membanggakan apa
yang mereka kerjakan. Karena itulah, mereka pasti akan menyampaikan hasil
swadaya itu kepada saya dengan suka cita, disertai rasa haru, dan sepenuh jiwa.
Saat
ini di Kabupaten Dairi terdapat 166 desa yang tercakup ke dalam 15 kecamatan.
Tidak semua desa di sini tergolong maju semacam Dusun Jawa Atas Desa Lau Sireme
Kecamatan Tigalingga yang dapat dikategorikan sebagai desa swasembada (desa yang relatif maju dan mandiri). Masih banyak
pula desa swadaya, yakni desa yang masih terikat oleh tradisi karena taraf pendidikan penduduknya relatif rendah,
produksi diarahkan untuk kebutuhan primer keluarga, dan komunikasi ke luar
sangat terbatas. Juga tak sedikit desa swakarya, desa yang sudah agak longgar
adat-istiadatnya karena pengaruh luar, sudah mengenal teknologi
pertanian, dan taraf pendidikan warganya relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan desa swadaya.
Agar
saya dan segenap aparatur Pemerintah Kabupaten Dairi mampu melakukan kunjungan
kerja sebagai perwujudan dari motto “Bekerja untuk Rakyat” ke 166 desa selama
masa pengabdian lima tahun (2009-2014), kami membentuk tim, yakni Tim A yang
diketuai Bupati Dairi KRA Johnny Sitohang, Tim B yang dipimpin oleh Wakil
Bupati Dairi Irwansyah Pasi, dan Tim C yang diketuai Sekretaris Daerah Pemkab
Dairi Arsenius Marbun. Dalam setiap tim dilengkapi unsur Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD), kepala dinas, dan kepala bidang beserta sejumlah staf.
Di
dalam tim yang turun ke Desa Uruk Belin Kecamatan Silima Punggapungga pada 11
Juni 2011 misalkan, kami menurunkan aparatur dari Dinas Kesehatan, Kantor KB,
Dinas Pertanian, Kantor Ketahanan Pangan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas
Perindagkop, Dinas Pendidikan, Kantor Kepustakaan, Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil, Dinas Tenaga Kerja, dan Dishubkominfo. Di sini tim antara lain memberikan
pelayanan kesehatan kepada 132 orang, menanam 150 buah pohon trembesi di
pelataran gereja, membuatkan kartu kuning pencari kerja buat 22 orang, dan demo
pemanfaatan tanaman pekarangan guna mendukung ketahanan pangan.
Pada
pelaksanaannya, Tim Kunker “Bekerja untuk Rakyat” memang melibatkan hampir
keseluruhan pejabat dan segenap aparatur Pemkab Dairi, termasuk pejabat dari kecamatan
dan desa yang dikunjungi. Selama berada di desa, Tim Kunker “Bekerja untuk
Rakyat” ini melakukan sejumlah kegiatan bersama warga masyarakat desa antara
lain memberikan pengobatan gratis, pembuatan KTP dan Kartu Keluarga (KK)
gratis, memberikan penyuluhan pertanian ataupun peternakan, melakukan panen
tanaman warga masyarakat, pengecatan rumah–rumah ibadah yang ada di desa,
pembukaan jalan ke sentra–sentra pertanian dengan menggunakan alat berat yang
sengaja diturunkan, dan sejumlah penyuluhan serta sejumlah kegiatan lain yang
dibutuhkan warga masyarakat desa.
Pada
malam harinya, setelah satu hari penuh melaksanakan sejumlah kegiatan tadi,
sebelum istirahat malam, Tim Kunker melakukan temu ramah dengan warga masyarakat
desa, membicarakan atau mendiskusikan hal–hal apa saja yang menjadi kendala membangun
desa ataupun keperluan yang dibutuhkan warga masyarakat desa untuk menggapai kesejahteraan
dan kemakmuran. Kegiatan biasanya kemudian dirangkai dengan sejumlah acara
hiburan.
Adakalanya
hanya satu tim yang turun langsung ke desa. Pada kala yang lain kami langsung
menurunkan tiga tim untuk kunjungan kerja di satu desa. Tergantung tingkat
kemajuan desa dan kebutuhan yang diperlukan warga desa yang bersangkutan.
Sekadar contoh ketika kunjungan kerja ke Desa Sinar Pagi Kecamatan Tanah Pinem
pada tanggal 4-5 September 2009, kami menurunkan tiga tim sekaligus. Karena,
persoalan yang dihadapi oleh warga Desa Sinar Pagi cukup kompleks dan harus
segera dituntaskan.
Pada
prinsipnya cakupan pelayanan kunjungan kerja Tim “Bekerja untuk Rakyat” ke
desa-desa dapat saya paparkan sebagai berikut:
A. Pendidikan
Pelaksanaan
kunjungan kerja di bidang pendidikan berupaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dengan memberikan berbagai pelayanan. Di antaranya melakukan
pembinaan guru-guru; monitoring proses belajar-mengajar dan memotivasi pada
siswa-siswi; pembagian buku gratis (1.052 buku); sosialisasi tentang minat dan
budaya baca para siswa (3.229 orang); menata perpustakaan sekolah serta
memberikan bahan-bahan bacaan seperti majalah dan buku-buku panduan
keterampilan; melayani pembaca melalui perpustakaan keliling (untuk 12.227
orang dan 123 kali kunjungan); mengenalkan komputer dan internet kepada para
siswa-siswi; sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); sosialisasi
lingkungan hidup yang sehat dan ramah; sosialisasi rambu-rambu lalu-lintas; dan
sosialisasi tentang siaga gempa.
B. Pertanian
Berdasarkan
keadaan alam dan topografi wilayah Kabupaten Dairi, sektor pertanian merupakan
potensi terbesar untuk mendukung roda-roda perekonomian masyarakat. Namun,
kondisi saat ini berbagai potensi yang ada tersebut belum dapat dikelola secara
optimal. Arti kata, masih perlu upaya kerja keras Pemerintah Kabupaten Dairi
melalui berbagai program atau kegiatan yang lebih terarah dan berkesinambungan
sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan dan diberdayakan.
Di
sektor pertanian, Tim “Bekerja untuk Rakyat” berusaha memberikan pelayanan yang
meliputi penyuluhan pertanian kepada anggota dan kelompok tani; pemberian bibit
unggul jagung dan kakao; pelatihan merawat tanaman pisang; pembersihan lahan
pertanian; dan pengujian keasaman (pH) tanah.
Kemudian
juga memberikan pelatihan mengenai cara meningkatkan kesuburan tanah melalui
demo pembuatan pupuk kompos. Pun demo penanaman benih sayur sawi manis,
kangkung darat, kacang panjang dan tanaman obat-obatan guna meningkatkan
diversifikasi pangan dan gizi. Dan, mensosialisasikan pemanfaatan pekarangan
dan pengolahan pangan 3B (Beragam, Bergizi dan Berimbang) serta pengolahan
pangan non-beras.
Berikutnya,
Tim “Bekerja untuk Rakyat” mensosialisasikan langkah-langkah melestarikan
lingkungan hidup dengan menanam pohon-pohon penghijauan.
C. Kesehatan
Masyarakat
yang sehat merupakan modal utama pembangunan. Untuk itu pembangunan kesehatan
bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara
mudah, merata dan murah. Dengan begitu diharapkan akan tercapai derajat
kesehatan yang baik dan sumber daya manusia yang produktif.
Kunjungan
ke desa-desa di wilayah Kabupaten Dairi selama ini telah memberikan berbagai
bentuk pelayanan kesehatan secara gratis kepada 31.379 orang. Pemerintah
Kabupaten Dairi memberikan pelayanan kesehatan ke dalam tiga kategori,
masing-masing pelayanan promotif, preventif dan kuratif.
Pelayanan promotif
merupakan upaya-upaya meningkatkan kesehatan masyarakat melalui perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik. Pelayanan promotif yang diberikan Tim
“Bekerja untuk Rakyat” meliputi penyuluhan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan
pelatihan dokter kecil sebanyak 14.269 orang. Kemudian pemberian kontak PHBS
kepada 21.687 orang. Pelayanan ibu hamil dan ibu menyusui (sebanyak 1.235
orang), penimbangan bayi dan balita (9.909 orang), pemberian garam beryodium
(1.906 KK), pelayanan Posyandu (8.909 orang), dan penyuluhan Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) di 135 desa.
Pelayanan preventif
adalah upaya-upaya pelayanan kesehatan melalui pencegahan agar masyarakat tidak
jatuh sakit atau terhindar dari penyakit. Saat kunker ke desa-desa, Tim
“Bekerja untuk Rakyat” memberikan pelayanan preventif berupa pemeriksaan
katarak, pemberian imunisasi bagi balita (2.402 orang), pelayanan lansia (6.398
orang), pemeriksaan dahak terhadap suspect TB paru-paru (721 orang), dan pemeriksaan
makanan dan minuman yang berbentuk kemasan/berbungkus.
Pelayanan kuratif
merupakan upaya-upaya pelayanan kesehatan melalui tindakan medis. Untuk
kategori pelayanan ini, Tim “Bekerja untuk Rakyat” memberikan layanan meliputi
pemasangan implant (1.010 orang), pencabutan implant (1.699 orang), pemasangan
IUD (442 orang), pembukaan IUD (23 orang), pembagian kondom (441 orang), pembagian
pil KB (479 orang), suntik KB (590 orang), pemberian makanan tambahan (4.529
orang), pemeriksaan TBC positif (131 orang), pelayanan sakit gigi (115 orang),
operasi kecil (minor surgery) kepada
47 orang, dan pelayanan penyakit lainnya bagi 395 orang.
Selain
memberikan pelayanan kesehatan, Tim “Bekerja untuk Rakyat” juga menemukan
sepuluh jenis penyakit yang diderita oleh warga desa-desa yang telah dikunjungi.
Kesepuluh penyakit itu meliputi Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
yang menyerang 1.383 orang, penyakit tekanan darah tinggi (1.160 orang), penyakit
tekanan darah rendah (323 orang), penyakit kurang darah (183 orang), penyakit
maag (1.108 orang), penyakit rematik (987 orang), sakit kepala (chepalgia) sebanyak 600 orang, sakit
perut (gastritis) sebanyak 318 orang,
penyakit kulit gatal-gatal (scabies)
sebanyak 315 orang, dan penyakit nyeri tulang (118 orang).
Dalam
upaya perbaikan gizi, Tim “Bekerja untuk Rakyat” memberikan makanan tambahan
berupa kacang hijau, susu, gula pasir dan kelapa. Selain itu memberikan makanan
kepada balita gizi buruk sebagai stimulan bagi masyarakat agar meningkatkan
intensitas kunjungan ke Posyandu. Ihwal keadaan gizi, Tim menemukan gizi baik
sebanyak 2.039 orang, gizi lebih sebanyak 70 orang dan gizi kurang/buruk
sebanyak 490 orang.
D. Kependudukan
Sebelum
Tim “Bekerja untuk Rakyat” turun ke desa-desa, Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Dairi menginventarisasi kepemilikan dokumen kependudukan warga
Dairi sebagai berikut:
·
Jumlah penduduk yang wajib KTP sebanyak
181.450 orang, tapi hanya 23.903 orang (13%) yang telah memiliki KTP.
·
Dari total jumlah Rumah Tangga sebanyak
64.852, baru 20.546 Rumah Tangga (31%) yang memiliki Kartu Keluarga dan hanya
1.010 Rumah Tangga (1%) yang memiliki akta perkawinan.
·
Dari total jumlah penduduk 270.053
jiwa, baru 20.642 jiwa yang telah memiliki akta kelahiran.
Melihat
data kepemilikan dokumen kependudukan yang relatif minim tersebut, saya
tergerak untuk mempercepat penataan dokumen kependudukan warga masyarakat
Kabupaten Dairi dengan mengikut-sertakan kegiatan administrasi kependudukan
sebagai salah satu agenda yang tidak boleh terlewatkan saat Tim “Bekerja untuk
Rakyat” turun ke desa-desa. Dengan secara langsung melakukan pendataan ke
desa-desa, saya berharap warga masyarakat semakin menyadari arti penting
dokumen kependudukan.
Selama
kami melakukan kunjungan ke desa-desa, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
telah menerbitkan KTP sebanyak 36.161 buah, Kartu Keluarga sebanyak 16.315
buah, dan Akta Catatan Sipil sebanyak 2.680 buah.
E. Gotong Royong
Salah
satu agenda kegiatan Tim “Bekerja untuk Rakyat” saat berada di desa-desa yang
dikunjungi adalah menumbuh-kembangkan partisipasi aktif warga masyarakat dalam
pembangunan melalui aksi kerja bakti atau gotong royong. Gotong royong
merupakan satu konsep yang erat bersangkut paut dengan kehidupan rakyat kita
sebagai petani dalam masyarakat agraris. Meminjam pendapat antropolog
Koentjaraningrat, bahwa gotong royong merupakan sistem pengetahuan tenaga
tambahan dari luar kalangan keluarga untuk mengisi kekurangan tenaga dalam
masa-masa sibuk dalam lingkaran aktivitas produksi bercocok tanam di sawah. Di
sini seorang petani meminta dengan sopan santun yang sudah tetap, beberapa
orang lain sedesanya untuk membantu, semisal mempersiapkan lahan sawah untuk
masa penanaman yang baru antara lain memperbaiki saluran air dan pematang
sawah, mencangkul, membajak dan menggaru.
Pada
mulanya istilah gotong royong dalam tradisi masyarakat Batak bukan hanya
difokuskan pada pengerjaan sawah atau ladang tetapi juga pada berbagai
pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas gotong royong ini dapat
berupa: gotong royong dalam pesta pernikahan, gotong royong dalam pembuatan
jalan, gotong royong dalam acara duka cita (mangaranggap),
dan gotong royong dalam berbagai acara yang lain. Namun, dalam perkembangan
selanjutnya, istilah gotong royong ini cukup difokuskan pada pengerjaan ladang atau
sawah.
Saya
tidak ingin membatasi gotong royong di masyarakat Dairi hanya pada gotong
royong pengerjaan sawah. Saya tetap berupaya melestarikan gotong royong pada
pekerjaan-pekerjaan yang selama ini telah berkembang. Sebab itu, ketika
kunjungan kerja ke desa-desa di Kabupaten Dairi, saya selalu menekankan
pentingnya melestarikan gotong royong dalam berbagai aspek kehidupan
sehari-hari.
Melalui
gotong royong dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari itu, kami (saya dan
Tim Kunker Kabupaten Dairi) telah berhasil melakukan kegiatan-kegiatan:
·
Survai dan pembukaan jalan usaha tani
guna membuka dan menghubungkan kantong-kantong produksi pertanian dan daerah
terisolir sepanjang 101.760 meter.
·
Pelebaran dan pembersihan jalan desa
dan jalan usaha tani sepanjang 97.475 meter.
·
Pembuatan jembatan di Desa Pandiangan
Kecamatan Lae Parira dan Desa Sinar Pagi Kecamatan Tanah Pinem.
·
Pembuatan gorong-gorong di Desa Bonian
Kecamatan Silima Punggapungga.
·
Pembangunan sarana Mandi, Cuci dan
Kakus (MCK) di Desa Lae Haporas sebagai proyek percontohan untuk membudayakan
hidup bersih dan sehat serta diharapkan agar warga masyarakat membangun MCK
sendiri.
·
Survai dan perbaikan saluran irigasi.
·
Survai sumber air minum dan pengujian
kelayakan air minum.
·
Survai daerah-daerah rawan bencana alam
dan pembuangan tanah akibat bencana longsor.
·
Pembersihan dan pengecatan rumah-rumah
warga binaan, rumah ibadah dan gedung-gedung sekolah.
F. Pembangunan Lainnya
Melihat
berbagai tingkat kemajuan dan persoalan yang dihadapi oleh warga masyarakat
desa, Tim “Bekerja untuk Rakyat” Kabupaten Dairi juga berusaha melakukan
kegiatan-kegiatan di luar sektor-sektor yang telah saya sebutkan tadi. Kegiatan-kegiatan
yang telah dilaksanakan, antara lain:
·
Memberikan bekal keterampilan seperti
anyam-anyaman bambu, pembuatan berbagai macam keripik (singkong dan kentang),
dan pembuatan tahu/tempe.
·
Pemeriksaan makanan dan minuman dalam
bentuk kemasan atau berbungkus.
·
Pemeriksaan dan renovasi/tera ulang
timbangan yang biasa digunakan untuk berdagang.
·
Sosialisasi dan penyuluhan koperasi
kepada kelompok tani dan warga masyarakat non-petani.
·
Melakukan pembinaan Karang Taruna.
·
Pembuatan kartu AK-1 (kartu pencari
kerja) bagi pencari kerja sebanyak 507 orang.
·
Pembentukan Kelompok Usaha Bersama
(Kube) fakir miskin.
·
Sosialisasi tentang disiplin, etika dan
peningkatan kualitas kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagaimana diatur
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2010; penerbitan izin belajar;
kenaikan pangkat; pengisian papan data yang akurat; dan tertib administrasi
kepegawaian.
Dari
berbagai aksi kunjungan ke desa-desa yang telah dilaksanakan, kami semakin
meyakini bahwa desa merupakan kunci masa depan pembangunan wilayah Kabupaten
Dairi. Dari desa pula saya dapat memetik pelajaran betapa adat Dalihan Natolu masih lekat erat dengan
kehidupan sehari-hari masyarakat Dairi.
Secara
filosofis, Dalihan Natolu terdiri
dari tiga unsur, yaitu Dongan Tubu,
Hulahula, dan Boru. Ketiga unsur
inilah yang kemudian menjadi dasar budaya kekeluargaan Suku Batak. Dapat
dikatakan apabila adat Dalihan Natolu
ini punah, maka punah pula adat dari Suku Batak. Karena dari Dalihan Natolu inilah muncul tutur-tutur
kekeluargaan seperti tulang, namboru,
semarga, dan pariban.
Adat
Dalihan Natolu memiliki peran yang
sangat penting baik dalam adat maupun dalam aktivitas sehari-hari. Apabila ada
sebuah masalah berat atau tidak dapat diselesaikan oleh sebuah keluarga, maka
kaum semarganya lah yang akan turut membantu dengan ikhlas. Dalam praktiknya akan
terlihat budaya gotong royong yang kuat di dalam masyarakat Batak. Tidak peduli
apakah masalah itu urusan suka maupun duka, kaum semarga akan tetap membantu.
Juga tidak memandang status sosial keluarga tersebut, kaya atau miskin,
terpandang atau tidak, bukan masalah. Bila pihak keluarga tersebut
menyembunyikan masalahnya atau tidak memberitahukan terlebih dulu ke dongan tubu-nya, maka keluarga tersebut
dianggap tidak sopan atau tidak menghormati adat. Jadi tidaklah berlebihan
kalau ada perumpamaan yang mengatakan “manat
mardongan tubu” yang artinya berhati-hatilah menjaga perasaan kaum
semargamu. Karena, kalau sampai mereka tidak menerima atau tidak mengakuimu,
maka repotlah kau.
Ketiga
unsur Dalihan Natolu tersebut
diciptakan dengan status sama tinggi, dengan tujuan menciptakan kedamaian dan
keteraturan di dalam hidup masyarakat Batak. Dalam artian tidak boleh ada unsur
yang merasa lebih penting atau lebih tinggi derajatnya, sebab setiap unsur
telah mempunyai tugas dan fungsi masing-masing. Apabila ada masalah apa saja,
ada kaum semarga yang pasti akan membantu. Apabila butuh nasehat atau restu,
maka datanglah ke Hulahula. Demikian
juga terhadap Boru, mereka akan
memposisikan diri sebagai pemberi nasehat.
Keselarasan
dan kesimbangan dalam kehidupan bermasyarakat, itulah yang dijunjung tinggi
dalam adat Dalihan Natolu ini. Dalihan Natolu dan segala aturannya
diharapkan mampu menciptakan kedamaian dan kebahagiaan bagi masyarakatnya. Azas
kekeluargaan dan tolong-menolong di dalam suka ataupun duka sangat diaplikasikan
dalam sistem ini. Sebuah keluarga tidak akan bertindak semena-mena di dalam
adat, berkat adanya hubungan timbal-balik yang adil dan saling menghormati,
yaitu antara kaum semarga juga antara Boru
dan Hula-hula. Hari ini mungkin ia
akan dibantu kerabat semarganya, esok tugasnya lah untuk membantu yang lain.
Hari ini ia sebagai Boru akan meminta
restu kepada Hulahula-nya, mungkin
esok gantian dia sebagai Hulahula
memberikan restu kepada Boru-nya.
Segalanya diatur serba seimbang dan adil.
Dan
saya ingin menerapkan serta melestarikan nilai-nilai adat Dalihan Natolu tersebut ke dalam gerakan pembangunan terpadu menuju
Dairi yang damai, usaha, makmur dan aman. Cita-cita itu akan relatif mudah
digapai bilamana aparatur Pemerintah Kabupaten Dairi menyadari benar peran serta
masyarakat desa yang harus diberdayakan. ***
No comments:
Post a Comment