Sunday, August 18, 2013

Pengertian Komunikasi





Dalam pengertian secara bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi berarti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak; perhubungan.
Istilah komunikasi merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris “communication”, yang artinya pemberitahuan atau pengumuman. Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari kata communicatus (Bahasa Latin). Istilah ini bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ --yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Masih secara etimologis, Wilbur Schram –sebagaimana dikutip oleh M.O.Palapa dan Atang Syamsuddin (1995:2)-- mengatakan bahwa komunikasi berasal dari bahasa Yunani, ‘Comunicare’ yang  berarti bersama-sama.
Secara terminologis, komunikasi merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dalam pengertian ini, yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Merujuk pada pendapat Ruben dan Steward (1998:16), yang dimaksud komunikasi memang adalah  komunikasi manusia. Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies— respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Dari dua pengeritan tadi dapat ditarik benang merah bahwa komunikasi adalah suatu usaha atau ungkapan melalui bahasa dari satu orang untuk orang lain, agar mempunyai kesamaan (bersama-sama) mengerti akan apa yang diungkapkan (diucapkan) atau dituliskan.
Dengan demikian pengertian komunikasi adalah proses di mana orang lain dalam memenuhi kebutuhannya selalu berkomunikasi dengan cara mengungkapkan pikirannya dan apa-apa yang menjadi kebutuhannya lewat bahasa atau gerak, simbol, yang dimengerti bersama-sama oleh kedua belah pihak, dari masyarakat kepada masyarakat lainnya.
Definisi komunikasi itu sendiri, menurut Charles I Hovland sebagaimana dikutip oleh Ton Kertapati (1996: 92), adalah proses dengan mana seseorang menyampaikan stimulan (biasanya terdiri dari lambang kata-kata) untuk membentuk tingkah laku seseorang atau orang  lain.
Untuk dapat lebih memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilakukan secara efektif, para peminat komunikasi seringkali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?  (Effendy, 1994:10)
Paradigma Lasswell tadi menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu, yaitu:
1.       Komunikator (siapa yang mengatakan),
2.       Pesan (mengatakan apa),
3.       Media (melalui saluran/channel/media apa),
4.       Komunikan (kepada siapa).
5.       Efek (dengan dampak/efek apa).
Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana, pengertian komunikasi adalah sebuah proses hubungan yang melibatkan pihak komunikator yang membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.
Banyak rumusan yang telah diberikan oleh para ahli dari sudut pandang yang yang berbeda namun apabila diperhatikan secara saksama, pada dasarnya, apa yang mereka kemukakan mempunyai pemahaman yang sama, yakni komunikasi sebagai suatu pola dan proses hubungan antar-manusia. Misalkan  Riyono Pratikno (1995: 42) berpendapat, “Dalam berkomunikasi, manusia saling pengaruh-mempengaruhi secara timbal-balik, sehingga terbentuklah pengetahuan atau pengalaman masing-masing yang sama. Karena, berkomunikasi menjadi dasar kehidupan sosial dan proses sosial tersebut.”
Kemudian menurut Sir Geral Barny, sebagaimana dikutip oleh Teguh Meinandar dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Jurnalistik (1991: 1), “Dengan berkomunikasi, orang memperoleh pengetahuan, informasi dan pengalaman, karena itu saling mengerti percakapan, keyakinan kepercayaan dan kontrol sangat diperlukan.”
Kesadaran dalam berkomunikasi di antara warga dalam suatu masyarakat menjadi faktor penting suatu masyarakat untuk dapat mempertahakankan kesatuannya. Sebab itu, dalam setiap masyarakat terbentuklah apa yang dinamakan suatu sistem komunikasi. Komunikasi merupakan sarana pengikat antar-manusia sehingga membentuk suatu susunan masyarakat itu sendiri. Hal ini berkat adanya saling memerlukan atau saling membutuhkan di antara manusia tersebut.
Apabila kita telusuri secara lebih mendalam apa pengertian komunikasi, diperoleh pemahaman bahwa komunikasi merupakan praktik untuk mencapai suatu kesamaan, penyesuaian pendapat atau gagasan antar-manusia. Dari sini dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu usaha atau ungkapan melalui bahasa, dari satu orang untuk orang lain, agar mempunyai kesamaan (bersama-sama) mengerti akan apa yang diungkapkan (diucapkan) atau dituliskan.
Dengan demikian pengertian komunikasi adalah proses di mana orang lain dalam memenuhi kebutuhannya selalu berhubungan melalui cara mengungkapkan pikirannya dan apa-apa yang menjadi kebutuhannya lewat bahasa atau gerak, simbol, yang dimengerti bersama-sama oleh kedua belah pihak atau dari masyarakat kepada masyarakat lainnya.
Untuk lebih memahami pengertian sebuah proses komunikasi, pakar ilmu komunikasi Jalaluddin Rakhmat (1995: 9) menjelaskan, “Dengan komunikasi kita bisa membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan dan melestarikan peradaban. Tetapi dengan komunikasi kita juga dapat menyuburkan perpecahan, mengidupkan permusuhan, menanamkan kebencian, merintangi kemajuan dan menghadang pemikiran.”
Dari pengertian ini, memang, nampak bahwa komunikasi juga merintangi hubungan manusia itu sendiri. Namun, yang pasti, itu bukan tujuan komunikasi. Karena, bagaimanapun dengan komunikasi manusia akan berusaha menghilangkan rintangan-rintangan hubungan antar-manusia dan berupaya menciptakan suatu kesamaan pengertian dan penyesuaian diri.
Untuk melengkapi pengertian komunikasi, Carl I. Hovland --yang kemudian disadur kembali oleh Sunaryo dan Djunarsih (1995: 55)-- mengemukakan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang memindahkan perangsang, yang biasanya berupa lambang kata-kata, untuk mengubah tingkah laku orang lain.
Merujuk pendapat Carl I. Hovland, dapat kita tarik pemahaman bahwa komunikasi merupakan hubungan antar-manusia, di mana seseorang ingin menyampaikan pesannya kepada orang lain agar mereka bertingkah laku sebagaimana yang dimaksud dari pesan tersebut.
Banyak sekali yang dapat kita pahami tentang berbagai pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut. Dari banyak pendapat tersebut dapat ditarik benang merah bahwa komunikasi merupakan sebuah proses pengoperan dan penerimaan lambang-lambang dari komunikator kepada komunikan.
Menurut Astrid Susanto, dalam bukunya yang berjudul Komunikasi dalam Teori dan Praktik (1997:3), dari pengertian-pengertian tersebut dapat dipahami bahwa unsur-unsur komunikasi meliputi:
* Komunikator, adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengambil inisiatif untuk menyampaikan pesan.
* Pesan, adalah pernyataan yang didukung oleh lambang atau tanda, kata-kata tertulis atau secara lisan.
* Komunikan, yakni orang yang menerima pesan
* Media, yaitu sarana atau saluran yang mendukung pesan, yang dipakai sebagai alat penyampaian/pengiriman pesan, misalkan telepon, radio, surat, surat kabar, majalah, televisi, faksimili, teleks dan internet.
* Efek, adalah dampak yang ditimbulkan dari pesan yang disampaikan.
Selanjutnya Astrid S. Susanto mengemukakan bahwa komunikasi terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: Sumber (Source), Komunikator (Encoder), Pernyataan pesan (Message), Komunikan (Decoder) dan Tujuan (Destination).
 Jika tidak terjadi kesamaan makna antara kedua aktor komunikasi (communication actors), dengan lain perkataan komunikan tidak mengerti pesan yang diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi. Dalam rumusan lain disebut sebagai situasi tidak komunikatif. Situasi komunikatif bisa berupa pidato, ceramah, khotbah, dan buku, baik situasi komunikasi lisan maupun tulisan.
Terkadang sebuah buku tidak komunikatif. Ada dua kemungkinan mengapa sebuah buku tidak komunikatif bagi Anda. Pertama, penulis tidak mampu mengarang. Kedua, tingkat pendidikan Anda terlalu rendah untuk bisa menyimak dan memahami makna-makna dari kalimat dalam buku itu. Sebaliknya, bila Anda memahami isi buku yang Anda sedang baca berarti buku ini komunikatif bagi Anda.
Wilbur Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi dipastikan akan berlangsung lancar. Sebaliknya, jikalau pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, maka akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Dengan lain perkataan situasi menjadi tidak komunikatif atau terjadi miscommunication (miskomunikasi). ***

No comments:

Post a Comment