Dalam
pengertian secara bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi
berarti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak; perhubungan.
Istilah
komunikasi merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris “communication”, yang artinya
pemberitahuan atau pengumuman. Secara etimologis, istilah komunikasi berasal
dari kata communicatus (Bahasa Latin).
Istilah ini bersumber pada kata communis.
Kata communis memiliki makna
‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ --yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan
untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Masih
secara etimologis, Wilbur Schram –sebagaimana dikutip oleh M.O.Palapa dan Atang
Syamsuddin (1995:2)-- mengatakan bahwa komunikasi berasal dari bahasa Yunani, ‘Comunicare’ yang berarti bersama-sama.
Secara
terminologis, komunikasi merujuk pada adanya proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dalam pengertian ini, yang
terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Merujuk pada pendapat Ruben dan Steward
(1998:16), yang dimaksud komunikasi memang adalah komunikasi manusia. Human communication is the process through which individuals –in
relationships, group, organizations and societies— respond to and create
messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi
manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan,
kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk
beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Dari
dua pengeritan tadi dapat ditarik benang merah bahwa komunikasi adalah suatu
usaha atau ungkapan melalui bahasa dari satu orang untuk orang lain, agar
mempunyai kesamaan (bersama-sama) mengerti akan apa yang diungkapkan
(diucapkan) atau dituliskan.
Dengan
demikian pengertian komunikasi adalah proses di mana orang lain dalam memenuhi
kebutuhannya selalu berkomunikasi dengan cara mengungkapkan pikirannya dan
apa-apa yang menjadi kebutuhannya lewat bahasa atau gerak, simbol, yang
dimengerti bersama-sama oleh kedua belah pihak, dari masyarakat kepada
masyarakat lainnya.
Definisi
komunikasi itu sendiri, menurut Charles I Hovland sebagaimana dikutip oleh Ton
Kertapati (1996: 92), adalah proses dengan mana seseorang menyampaikan stimulan
(biasanya terdiri dari lambang kata-kata) untuk membentuk tingkah laku
seseorang atau orang lain.
Untuk
dapat lebih memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilakukan secara
efektif, para peminat komunikasi seringkali mengutip paradigma yang dikemukakan
oleh Harold Lasswell dalam karyanya The Structure
and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara
yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai
berikut: Who Says What In Which Channel
To Whom With What Effect? (Effendy, 1994:10)
Paradigma
Lasswell tadi menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu, yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan),
2. Pesan (mengatakan apa),
3. Media (melalui saluran/channel/media apa),
4. Komunikan (kepada siapa).
5. Efek (dengan dampak/efek apa).
Berdasarkan
paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana, pengertian komunikasi adalah sebuah
proses hubungan yang melibatkan pihak komunikator yang membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya
melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek
tertentu.
Banyak
rumusan yang telah diberikan oleh para ahli dari sudut pandang yang yang
berbeda namun apabila diperhatikan secara saksama, pada dasarnya, apa yang mereka
kemukakan mempunyai pemahaman yang sama, yakni komunikasi sebagai suatu pola
dan proses hubungan antar-manusia. Misalkan Riyono Pratikno (1995: 42) berpendapat, “Dalam
berkomunikasi, manusia saling pengaruh-mempengaruhi secara timbal-balik,
sehingga terbentuklah pengetahuan atau pengalaman masing-masing yang sama.
Karena, berkomunikasi menjadi dasar kehidupan sosial dan proses sosial tersebut.”
Kemudian
menurut Sir Geral Barny, sebagaimana dikutip oleh Teguh Meinandar dalam bukunya
yang berjudul Dasar-Dasar Jurnalistik
(1991: 1), “Dengan berkomunikasi, orang memperoleh pengetahuan, informasi dan
pengalaman, karena itu saling mengerti percakapan, keyakinan kepercayaan dan
kontrol sangat diperlukan.”
Kesadaran
dalam berkomunikasi di antara warga dalam suatu masyarakat menjadi faktor
penting suatu masyarakat untuk dapat mempertahakankan kesatuannya. Sebab itu,
dalam setiap masyarakat terbentuklah apa yang dinamakan suatu sistem
komunikasi. Komunikasi merupakan sarana pengikat antar-manusia sehingga
membentuk suatu susunan masyarakat itu sendiri. Hal ini berkat adanya saling
memerlukan atau saling membutuhkan di antara manusia tersebut.
Apabila
kita telusuri secara lebih mendalam apa pengertian komunikasi, diperoleh pemahaman
bahwa komunikasi merupakan praktik untuk mencapai suatu kesamaan, penyesuaian
pendapat atau gagasan antar-manusia. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah suatu usaha atau ungkapan melalui bahasa, dari satu orang
untuk orang lain, agar mempunyai kesamaan (bersama-sama) mengerti akan apa yang
diungkapkan (diucapkan) atau dituliskan.
Dengan
demikian pengertian komunikasi adalah proses di mana orang lain dalam memenuhi
kebutuhannya selalu berhubungan melalui cara mengungkapkan pikirannya dan
apa-apa yang menjadi kebutuhannya lewat bahasa atau gerak, simbol, yang
dimengerti bersama-sama oleh kedua belah pihak atau dari masyarakat kepada
masyarakat lainnya.
Untuk
lebih memahami pengertian sebuah proses komunikasi, pakar ilmu komunikasi Jalaluddin
Rakhmat (1995: 9) menjelaskan, “Dengan komunikasi kita bisa membentuk saling
pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan
pengetahuan dan melestarikan peradaban. Tetapi dengan komunikasi kita juga
dapat menyuburkan perpecahan, mengidupkan permusuhan, menanamkan kebencian,
merintangi kemajuan dan menghadang pemikiran.”
Dari
pengertian ini, memang, nampak bahwa komunikasi juga merintangi hubungan
manusia itu sendiri. Namun, yang pasti, itu bukan tujuan komunikasi. Karena,
bagaimanapun dengan komunikasi manusia akan berusaha menghilangkan
rintangan-rintangan hubungan antar-manusia dan berupaya menciptakan suatu
kesamaan pengertian dan penyesuaian diri.
Untuk
melengkapi pengertian komunikasi, Carl I. Hovland --yang kemudian disadur
kembali oleh Sunaryo dan Djunarsih (1995: 55)-- mengemukakan bahwa komunikasi
adalah suatu proses di mana seseorang memindahkan perangsang, yang biasanya
berupa lambang kata-kata, untuk mengubah tingkah laku orang lain.
Merujuk
pendapat Carl I. Hovland, dapat kita tarik pemahaman bahwa komunikasi merupakan
hubungan antar-manusia, di mana seseorang ingin menyampaikan pesannya kepada
orang lain agar mereka bertingkah laku sebagaimana yang dimaksud dari pesan
tersebut.
Banyak
sekali yang dapat kita pahami tentang berbagai pengertian komunikasi yang
dikemukakan oleh para ahli tersebut. Dari banyak pendapat tersebut dapat
ditarik benang merah bahwa komunikasi merupakan sebuah proses pengoperan dan
penerimaan lambang-lambang dari komunikator kepada komunikan.
Menurut
Astrid Susanto, dalam bukunya yang berjudul Komunikasi
dalam Teori dan Praktik (1997:3), dari pengertian-pengertian tersebut dapat
dipahami bahwa unsur-unsur komunikasi meliputi:
*
Komunikator, adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengambil inisiatif
untuk menyampaikan pesan.
*
Pesan, adalah pernyataan yang didukung oleh lambang atau tanda, kata-kata
tertulis atau secara lisan.
*
Komunikan, yakni orang yang menerima pesan
*
Media, yaitu sarana atau saluran yang mendukung pesan, yang dipakai sebagai
alat penyampaian/pengiriman pesan, misalkan telepon, radio, surat, surat kabar,
majalah, televisi, faksimili, teleks dan internet.
*
Efek, adalah dampak yang ditimbulkan dari pesan yang disampaikan.
Selanjutnya
Astrid S. Susanto mengemukakan bahwa komunikasi terdiri dari komponen-komponen
sebagai berikut: Sumber (Source), Komunikator
(Encoder), Pernyataan pesan (Message), Komunikan (Decoder) dan Tujuan (Destination).
Jika tidak terjadi kesamaan makna antara kedua
aktor komunikasi (communication actors),
dengan lain perkataan komunikan tidak mengerti pesan yang diterimanya, maka
komunikasi tidak terjadi. Dalam rumusan lain disebut sebagai situasi tidak
komunikatif. Situasi komunikatif bisa berupa pidato, ceramah, khotbah, dan buku,
baik situasi komunikasi lisan maupun tulisan.
Terkadang
sebuah buku tidak komunikatif. Ada dua kemungkinan mengapa sebuah buku tidak
komunikatif bagi Anda. Pertama,
penulis tidak mampu mengarang. Kedua,
tingkat pendidikan Anda terlalu rendah untuk bisa menyimak dan memahami makna-makna
dari kalimat dalam buku itu. Sebaliknya, bila Anda memahami isi buku yang Anda
sedang baca berarti buku ini komunikatif bagi Anda.
Wilbur
Schramm menyatakan bahwa field of
experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk
terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang
pengalaman komunikan, komunikasi dipastikan akan berlangsung lancar. Sebaliknya,
jikalau pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, maka akan
timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Dengan lain perkataan situasi
menjadi tidak komunikatif atau terjadi miscommunication
(miskomunikasi). ***
No comments:
Post a Comment