Sunday, July 28, 2013

Mengejar Mimpi Universitas Kelas Dunia

BINUS University


SEBAGAI sebuah perguruan tinggi, Bina Nusantara (BINUS) University cukup cerdas membaca trend global. BINUS bertekad  menjadi universitas kelas dunia (world class university). Untuk menggapai tekad itu, BINUS menerapkan standar mutu internasional.

Mampukah BINUS menggapai mimpi menjadi universitas kelas dunia? Untuk mengejar mimpi itu, jelas Rektor BINUS University Prof. Harjanto Prabowo, BINUS telah menerapkan standar mutu internasional ISO 9001 sejak tahun 1997 dan MalcolmBaldrige pada 2008. BINUS melakukan pemeriksaan melalui audit mutu internal (AMI) secara periodik dua kali setahun. Juga dilakukan audit mutu eksternal oleh auditor eksternal guna menjamin pelaksanaan kegiatan berjalan baik dan ada perbaikan secara terusmenerus (continuous improvement).

Selain ISO 9001, kata Harjanto Prabowo, BINUS telah pula mengantongi sertifikasi mutu internasional dari JASANZ, UKAS, Service Excellence dan Malcolm Baldrige Performace Excellence for Education. Hal ini menunjukkan bahwa BINUS memprioritaskan pengelolaan proses/sistem pendidikan berkelas dunia yang berbasis pengetahuan. Ruang lingkup ISO 9001:2008 tidak terbatas pada proses akademik saja tapi mencakup semua proses yang dilakukan oleh unitunit pendukung akademik.

Mutu dimulai dari kualitas dosen atau staf pengajar. Sedari awal, BINUS berusaha membangun standar mutu sistem pengajaran berkelas dunia. “Kalau di banyak tempat, dosen mengajar, semua materi dibuat sendiri, secara sistem BINUS mendesain materi standar. Matematika, siapa yang menyusun? Ya, kumpulan dosen matematika yang menyusun materi standar lengkap untuk satu semester. Materi ini di-sharing ke semua dosen, sejak hari pertama kuliah. Bila terjadi sesuatu pada dosen, misal tidak masuk, materi ini jadi pegangannya. Sama seperti pengelolaan, ada minimum SOP,” terang Harjanto Prabowo.

Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dosen, papar Harjanto, “Kami memiliki sistem evaluasi kerja namanya peer review. Misalnya dosen matematika, yang bisa mengaudit bukan dosen bahasa, tentu dosen matematika juga. Praktiknya, dosen satu peer, di waktu tertentu melakukan sharing dalam bentuk rapat kecil atau seminar. Materi yang dibahas bisa materi yang tertinggal atau pengkayaan materi. Contoh, dosen yang ke luar negeri tugas belajar, ketika kembali dosen tersebut wajib sharing ke peer-nya. Minimal standarnya aman, dan pengkayaan materi lintas dosen satu peer.”

Dosen berkualitas, lahir pula mahasiswa bermutu. “Ketika menerapkan standarisasi ISO,  kami berkomitmen 80% mahasiswa harus lulus tepat waktu. Maka, kami pun menggulirkan budaya BINUSIAN, yakni sense of closure, ketuntasan, berani memulai berani mengakhiri. Kalau ditanya BINUSIAN berapa, itu merujuk pada tahun lulusnya, bukan masuknya. Ini seperti di TNI. Jadi mahasiswa yang masuk tahun 1999, namanya BINUSIAN 2003. Tahun harus lulus itu digemborkan sense of closure dengan disuruh menyanyi 2003 saya harus lulus. Emosi dibangkitkan. Mulanya mereka bingung juga, baru masuk kok sudah disuruh lulus. Tapi, itulah niat kami, agar mahasiswa lulus tepat waktu, empat tahun,” papar Prof. Harjanto Prabowo.

Berkat BINUSIAN berorientasi tahun lulus itulah, kini BINUS banyak diminati calon-calon mahasiswa kendati tanpa gembar-gembor beriklan di media massa. Jelas, ini sebuah pencapaian yang sangat apresiatif bagi perguruan tinggi swasta yang bermula dari sebuah kursus komputer itu. Nilai-nilai disiplin, kemauan, kerja keras, dan sederet nilai spirit lainnya sangat menentukan dan menguatkan BINUS dalam perjalanannnya selama ini. Nilai-nilai tersebut dikristalisasi dan disosialisasi dalam kultur organisasi secara terus-menerus, dari generasi ke generasi.

Dalam perjalanan waktu pula, tentu ada mahasiswa yang bermasalah, tidak tuntas tepat waktu, kualitas kurang memuaskan, dan sejumlah persoalan lainnya. Di tengah semakin membesarnya organisasi BINUS University, dibutuhkan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) yang baik mengenai hal ini. Agar tidak terjadi bentrok, simpang siur, dan protes berkepanjangan.

“Misalnya kasus mahasiswa drop out. Setiap jurusan pasti mengalami. Kami membuat sistem agar cara menanganinya sama. Sistem ini kami tuliskan. Jadi, ketua jurusan bisa belajar dari kasus di jurusan yang lain. Lalu, banyak mahasiswa bertanya tentang segala hal. Pertanyaannya kami kumpulkan dan kami rumuskan jawabannya. Kini bila ada mahasiswa yang bertanya, mereka bisa melihat di website BINUS,” terang Harjanto Prabowo.

BINUS juga berusaha memperoleh gambaran lengkap mahasiswanya. Untuk  mendata semua mahasiswa, baik yang berprestasi maupun yang bermasalah, BINUS membentuk Student Advisory Center (SAC). Lembaga ini bertanggung-jawab mendata profil mahasiswa secara komplit. Data ini kemudian dapat digunakan untuk upaya dan model peningkatan mutu pembelajaran yang tepat di BINUS. SAC, menurut Harjanto Prabowo, dibentuk untuk: Menyediakan dukungan dan layanan bagi mahasiswa (akademik dan nonakademik); Meningkatkan ”employability skills” mahasiswa; dan Mengkoordinasikan berbagai kegiatan untuk membantu mahasiswa sejak tahun pertama sampai lulus kuliah.

Buat mengembangkan kemampuan diri dalam bidang soft skill, jelas Harjanto lebih lanjut, SAC mengadakan pelatihan yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa. Materi pelatihan yang ditawarkan mulai dari Academic Study Skill, Self Management Skill, People Management Skill, bahkan Career Management Skill. Program ini bertujuan mempersiapkan lulusan BINUS agar mampu bersaing dan berkompetisi di pasar global. “Dengan kemampuan interpersonal dan intrapersonal yang tinggi diharapkan lulusan BINUS unggul bersaing di dunia kerja,” ujarnya.

BINUS University terus bergerak, memperbaiki diri, dan mengelola pengetahuan secara baik buat menggapai mimpi universitas kelas dunia. Tak sebatas hubungan internal dengan mahasiswa dan menjaga mutu dosen. Ke luar, BINUS pun aktif merangkul dan mencerdaskan orang tua mahasiswa atau orang tua calon mahasiswa. Harjanto Prabowo menyadari benar peran dan kontribusi yang berarti orang tua, guru dan alumni bagi perkembangan BINUS. Banyak hal bisa disinergikan dengan mereka.
“Kami punya data, mahasiswa masuk BINUS karena rekomendasi guru, orang tua dan teman kakak kelas. Kalau BINUS tidak berkomunikasi baik dengan orang tua, maka orang tua nggak tahu BINUS. Orang tua kan biasanya punya tetangga, punya teman,  di sini ada makna strategis marketing,” jelas Harjanto Prabowo.


Mengelola Pengetahuan Menuai Kualitas

Visi BINUS 20/20 mengusung mimpi menjadi  A worldclass University …in continuous pursuit of Innovation and Enterprise. Sebuah mimpi yang harus dikejar melalui kerja keras, kerja tuntas, penuh integritas dan disiplin kuat. Untuk mengejar mimpi itu, BINUS telah menerapkan standar mutu internasional ISO 9001 sejak tahun 1997 dan MalcolmBaldrige pada 2008. Sejak itu BINUS melakukan audit mutu internal (AMI) secara periodik dua kali setahun. Juga dilakukan audit mutu eksternal oleh auditor eksternal guna menjamin pelaksanaan kegiatan berjalan baik dan ada perbaikan secara terusmenerus (continuous improvement).

Dalam usahanya melahirkan lulusan terbaik, BINUS juga aktif mengaplikasian knowledge management. Secara institusional, BINUS menyediakan minimal 12 wadah sebagai kawah candradimuka agar muncul lulusan berkualitas terbaik. Sekadar contoh BINUS University Learning Community (BULC). Dengan mengusung prinsip inovasi tiada henti,  BINUS membuka BULC di beberapa kota besar di Indonesia. Dimulai dari grand opening BULC Pontianak di Kompleks Pontianak Mal, 12 Desember 2011. Rangkaian grand opening ini diisi dengan kunjungan ke beberapa SMA yang menjalin kerjasama dengan BINUS University untuk High School Enrichment Program dan BINUS-Fun-Tastic.

Grand opening ini juga dihadiri oleh Rektor BINUS University Prof. Harjanto Prabowo dan anggota Board of Management BINUS, Stephen Wahyudi Santoso. Kegiatan grand opening BULC diisi pula dengan Rector’s Update mengenai “Perkembangan Universitas dan Penjelasan BULC” yang dibawakan langsung oleh Prof. Harjanto Prabowo.

Pembukaan BULC di Pontianak dilandasi oleh karena banyak siswa di Kalimantan Barat yang ingin mengenyam pendidikan di BINUS University. Banyaknya alumni BINUS University yang berasal dari Kalimantan Barat pun menjadi salah satu faktor pendorong pembukaan BULC Pontianak sebagai wadah berbagi pengetahuan bagi lulusannya yang banyak berkarya di sektor industri.

Dalam hubungan internal, selama masa studi di BINUS, mahasiswa digodok betul dalam berbagai wadah berbagi pengetahuan yang cukup variatif, aspiratif dan adaptif. Misalkan untuk mencapai misi “Creating outstanding leader for global community”, BINUS menyiapkan sarana bagi mahasiswa untuk berorganisasi. Dengan sarana ini diharapkan mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman non-akademis.

Saat ini terdapat 32 jenis Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan 19 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Setiap UKM dan HMJ memiliki jalur regenerasi masingmasing. Secara umum, BINUS menyiapkan empat langkah standar yaitu: Freshmen Enrichment Program (FEP), Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) dan Training for Trainer (TfT). Selain langkah standar tersebut disiapkan pula kurikulum standar untuk setiap tahapan. Dari satu tahapan ke tahapan yang lain terdapat suatu aktivitas yang berguna buat memelihara semangat dan seleksi masuk ke tahap berikutnya yang dikenal dengan Immersion Program.

Untuk menjaga kualitas akademik mahasiswa, BINUS menyediakan Student Advisory Center (SAC). SAC merekam dan mendata semua profil mahasiswa, mulai dari yang bermasalah sampai yang berprestasi. Data ini dapat digunakan untuk peningkatan mutu pembelajaran di BINUS. Dengan data itu pula, SAC enyediakan dukungan dan layanan bagi mahasiswa (akademik dan nonakademik); meningkatkan ”employability skills” mahasiswa;  dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan untuk membantu mahasiswa sejak tahun pertama hingga lulus kuliah. Guna mengembangkan kemampuan diri dalam bidang soft skill, SAC menggelar program pelatihan yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa. Materi pelatihan yang ditawarkan mulai dari Academic Study Skill, Self Management Skill, People Management Skill, bahkan Career Management Skill. Berbekal kemampuan interpersonal dan intrapersonal yang kuat, lulusan BINUS diharapkan unggul bersaing di pasar global dan andal menjadi entrepreneur.

Masih ihwal upaya menggapai mimpi menjadi universitas kelas dunia, BINUS merajut kerjasama dengan kalangan industri melalui BINUS Career and Alumni Center (BCAC). BCAC menjadi  penghubung dunia industri dengan mahasiswa dan lulusan BINUS --khususnya dalam pembinaan karir dan penyaluran kerja. Salah satu media yang digunakan adalah jobportal www.binuscareer.com yang diluncurkan pada bulan Agustus 2000 dan telah digunakan oleh 7.937 perusahaan dengan jumlah pencari kerja 57.463 orang yang semuanya berstatus mahasiswa atau lulusan BINUS.

Target utama BCAC adalah mencapai penyerapan industri terhadap lulusan BINUS dengan jumlah minimum 50% lulusan bekerja atau berwirausaha saat wisuda serta 1 dari 3 lulusan bekerja di perusahaan global atau berwirausaha pada masa 6 bulan setelah wisuda.

BCAC juga membuka peluang karir bagi para BINUSIAN dengan memperluas jaringan kerja di seluruh dunia --baik melalui program magang maupun penempatan kerja. Situs www.binuscareer.com diharapkan menjadi suatu platform yang menghubungkan jobseekers dan employers di mana proses rekrutmen dilakukan secara online tanpa batasan waktu dan tempat.

BINUS aktif pula mengundang kalangan industri --khususnya industri teknologi informasi seperti Cisco System, Microsoft, Oracle dan SAP-- untuk melakukan presentasi dan bilamana perlu langsung mengadakan tes rekrutmen. Rektor BINUS University Prof. Harjanto Prabowo mengungkapkan pihaknya sempat diprotes oleh PT Astra Internasional gara-gara multinasional itu tidak memperoleh lulusan BINUS yang baru lulus. “Kemudian kami deal dengan perusahaan agar datang lebih awal. Sekarang semester 4-5, Astra sudah masuk presentasi, mereka yang mau ke Astra langsung dites dan bila lolos, saat lulus dari BINUS, tinggal masuk kerja di Astra. Sudah diijon. Kami lebih tenang,” terang Harjanto.

Diijon. Ya, mahasiswa BINUS diijon. Tidak hanya oleh perusahaan dalam negeri. Prof. Harjanto bercerita, “Mereka dites. Pada semester VII kami siapkan yang terbaik untuk dikirim ke perusahaan-perusahaan di Singapura. Kami persiapkan kemampuan bahasa Inggris. Banyak perusahaan Singapura bingung pakai cara apa kalau ingin ambil lulusan kami. Sekali datang, jalur kebuka. Bukan ranking yang kami kejar, tapi kualitas lulusan. Ranking itu hadiah saja.”

Kemudian untuk mengasah skill entrepreneurship, pada 11 Agustus 2004, BINUS membentuk BINUSIAN Entrepreneurial Community (BECom). Melalui BECom, para anggotanya (dosen, karyawan, mahasiswa dan alumni) dapat berbagi pengetahuan, pengalaman, informasi di bidang entrepreneurship/bisnis serta menjalin network. Komunitas ini dikelola oleh BINUS Entrepreneur Center (BEC). Kegiatan utamanya diskusi melalui mailing list be_com@yahoogroups.com. Selain berdiskusi secara online, pertemuan tatap muka juga dilakukan dan biasanya dihadiri sekitar 100 mahasiswa. Sejak didirikan anggotanya terus bertambah dan saat ini mencapai 1.370 anggota.

Kini 80-85% lulusan BINUS lulus tepat waktu 4 tahun dan telah mampu memasuki pasar kerja gobal. Banyak lulusan BINUS telah diserap oleh multinational company. Begitulah pengakuan Tho Lye Sam, Human Resource Director IBM ASEAN, melihat banyaknya lulusan BINUS University yang berhasil diterima di perusahaan multinasional. Dalam presentasinya bertajuk “Making the World Work Better” di Singapura, Desember 2011, dia menilai lulusan-lulusan Indonesia (termasuk lulusan BINUS University)  untuk bidang TI mampu mengadaptasi kebutuhan sumber daya manusia di perusahaan multinasional, seperti IBM. ***


Boks 1:
Sekelumit Historis BINUS

BINUS University kini memiliki sekitar 30.000 mahasiswa. Semula hanya sebuah lembaga kursus komputer di bilangan Grogol, Jakarta Barat, dengan nama Modern Computer Course (MCC), di tahun 1974.

Berkat landasan yang kuat, visi jelas, dan dedikasi tinggi yang berkesinambungan menjadikan lembaga ini terus berkembang. Perjalanan BINUS selama hampir 40 tahun berkiprah di dunia pendidikan telah menorehkan banyak kenangan dan pengalaman berharga buat sumbangsih kemajuan pendidikan di negeri Indonesia. Secara garis besar, minimal, BINUS telah melalui tiga fase perkembangan yang masing-masing mempunyai kekhasan dan pencapaian yang berbeda.

Fase pertama adalah masa-masa perintisan. Fase ini diawali dengan pembentukan kursus komputer Modern Computer Course (MCC) pada 21 Oktober 1974. Periode ini ditutup dengan metamorfose MCC menjadi STMIK Bina Nusantara pada 1987. Ini merupakan masa pertumbuhan yang amat cepat bagi BINUS. Dari sebuah garasi panti asuhan, kala itu, Bapak BINUSIAN Joseph Wibowo mendirikan kursus komputer yang hanya mampu menjaring tak lebih dari 10 orang siswa. Lambat namun pasti, di akhir fase perintisan ini BINUS mampu berkembang memberi kehidupan bagi 3000 orang –baik sebagai staf pengajar maupun karyawan—dan kini telah meluluskan lebih dari 60.000 mahasiswa.

Lalu fase kedua, era kebangkitan. Pada fase ini terjadi transformasi BINUS dari organisasi tunggal lantas mendiversifikasi dirinya ke beberapa unit kerja. BINUS melakukan embarkasi ke berbagai ceruk kegiatan yang strategis, namun tetap fokus di bidang pendidikan. Antara lain membuka program magister, memasuki dunia sekolah menengah, dan membentuk pusat pelatihan. Beberapa unit kerja mulai dibentuk. Fase ini ditandai dengan dimulainya penggunaan berbagai perangkat manajemen untuk pengelolaan operasional yang prima (operational excellence). Penggunaan berbagai perangkat manajemen ini telah melahirkan business process baru dan mumpuni yang membedakan BINUS dari lembaga pendidikan yang lain. Juga menyetarakan BINUS dengan pengelolaan operasional di organisasi berskala nasional dan multinasional.

Dan fase ketiga dimulai tahun 2003 sampai sekarang. Sebenarnya fase ini sudah direncanakan sejak era kebangkitan. Pada fase ini terjadi dua transformasi organisasi yang cukup besar. Pertama, transformasi struktur organisasi lantaran pada akhir 2004 BINUS kehilangan pendiri sekaligus Rektor pertama BINUS, Widia Soerjaningsih. Kedua, transformasi BINUS menjadi sebuah organisasi yang menaungi sembilan unit kerja, mulai dari kelahiran pre-school hingga membangun asrama modern mahasiswa BINUS Square. Di sini terlihat BINUS tidak hanya berdiam diri menatap keberhasilan yang telah dicapai. Strategi diversifikasi tetap dilakukan untuk dapat menyiapkan diri menghadapi era global.

Kini BINUS University telah tampil sebagai perguruan tinggi swasta (PTS) unggulan. Di ajang PTS Unggulan 2012 Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah III Jakarta, BINUS menjadi salah satu PTS Unggulan. Panitia Kopertis Wilayah III menilai BINUS unggul dalam tiga bidang, yaitu Pengembangan Sistem, Mutu Pembelajaran dan Karya Unggulan. Tahun sebelumnya, 2011, BINUS mampu meraih Indonesian Quality Award (IQA) yang diselenggarakan IQA Foundation. BINUS menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia yang mendapat penilaian IQA. Bentuk penghargaan terhadap penilaian kinerja ekselen berbasis Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence (MBCfPE).  Kriteria yang dinilai antara lain leadership, strategic planning, customer focus, measurement analysis and knowledge management, workforce focus, operations focus, student learning and process outcomes, customer-focused outcomes, workforce-focused outcomes, leadership and governance outcomes, budgetary financial dan market outcomes.

BINUS tidak hanya unggul di tingkat lokal. Di mata global, peringkat BINUS pun tergolong bagus. Pada Januari 2013, Webometrics -- lembaga yang berafiliasi dengan National Research Council, Spanyol—merilis bahwa BINUS University menempati peringkat 11 di antara ribuan PTS yang ada di Indonesia. Tanpa membedakan negeri dan swasta, BINUS menempati urutan 25 perguruan tinggi di Indonesia dan  1848 tingkat dunia. Webometrics melakukan penilaian atas dasar 4 kriteria: Visibility (V), Size (S), Rich Files (R), dan Scholar (Sc) melalui website. ***



Boks 2:

Kiat Mendorong Mahasiswa Lulus Tepat Waktu


Satu hal menarik. BINUS mendorong mahasiswa disiplin dan lulus tepat waktu dengan menggulirkan budaya BINUSIAN. Yakni, sense of closure, ketuntasan, berani memulai berani mengakhiri.

Kiatnya sederhana. Pemberian Nomor Induk Mahasiswa (NIM) merujuk tahun lulus seperti tradisi di TNI. Misalkan mahasiswa BINUS yang masuk kuliah mulai awal September 2009, disebut dengan BINUSIAN 2013, diberi NIM 13000xxxxx. Angka 13 menandakan bahwa tahun 2013 angkatan ini akan diwisuda. Artinya, kata Triwahjono –salah seorang dosen BINUS—melalui blognya http://triwahjono.wordpress.com, “Jika nanti tahun 2014 atau 2015 di kelas saya masih ada mahasiswa dengan NIM 13000xxxxx, maka berarti ia ‘mahasiswa kedaluwarsa’.”

Pemberian NIM merujuk tahun lulus itu dimulai tahun 1999 dengan mengusung nama BINUSIAN 2003. “Memang nggak umum. Waktu itu, kami menggulirkan apa yang namanya budaya BINUSIAN dengan mengusung nilai sense of closure, ketuntasan, berani memulai berani mengakhiri. Itulah salah satu yang kami kedepankan,” jelas Rektor BINUS University Prof. Harjanto Prabowo.

Kata Harjanto lebih lanjut, “Memang terasa sedikit rumit waktu itu. NIM ditulis dengan tahun lulus baru nomor urut si mahasiswa. Saat orientasi kampus, mahasiswa baru waktu itu disuruh nyanyi lagu ‘2003 saya harus lulus .. 2003 saya harus lulus’. Secara emosi diajak, dibangkitkan. Bingung juga mereka, baru masuk kok harus lulus. Niatnya on time, empat tahun.”

Dengan ‘target lulus’ yang langsung disematkan pada NIM, mahasiswa jelas harus bekerja keras, berkemauan kuat dan mengelola waktu sebaik-baiknya. Bilamana mereka tidak berhasil mencapai target lulus, mereka akan menanggung malu. Sebuah kiat sederhana namun bernas untuk melahirkan generasi cerdas, belajar tuntas dan berdisiplin kuat. Kini, 80%-85% mahasiswa BINUS lulus tepat waktu 4 tahun.

Sense of closure hanya salah satu cara menanamkan nilai ketuntasan dan kedisiplinan. BINUS masih memiliki banyak kiat agar mahasiswa benar-benar menjadi manusia yang disiplin. Salah satunya, mahasiswa baru yang diterima BINUS wajib menandatangani selembar perjanjian di atas kertas warna merah jambu –akrab disebut “Perjanjian Merah Jambu” -- yang ditandatangani orang tua di atas meterai Rp6.000. Banyak hal yang diperjanjikan antara Binus dan mahasiswa baru, di antaranya menyatakan “Mahasiswa dilarang memeras milik orang lain”. Sanksinya tegas. Mahasiswa yang melanggar perjanjian ini langsung dikeluarkan. Dan, sampai sekarang tak pernah terdengar kabar mahasiswa BINUS terlibat tindak kriminal dan tawuran massal. ***


Pembelajaran:

·         BINUS University Learning Community (BULC). Menjaring calon-calon mahasiswa potensial di 12 kota. Menjembatani alumni yang ingin sharing pengalaman bekerja di dunia industri.
·         Binus Career and Alumni Center (BCAC). Target utama BCAC adalah mencapai penyerapan industri terhadap lulusan BINUS University dengan jumlah minimum 50% lulusan bekerja atau berwirausaha saat wisuda serta 1 dari 3 lulusan bekerja di perusahaan global atau berwirausaha pada masa 6 bulan setelah wisuda.
·         Ijon. Mahasiswa semester 4-5 yang nilainya bagus menjalani tes personaliti. Hasil terbaik disiapkan, pada semester 7 (rombongan) dikirim ke Singapura, lalu melakukan roundtable dengan perusahaan-perusahaan Singapura. Beberapa di antarena mereka direkrut multinational company berbasis di Singapura.


No comments:

Post a Comment