Asuransi
adalah produk keuangan yang ditujukan sebagai perlindungan. Produknya terus
berkembang sehingga perlindungan bisa ditujukan untuk banyak hal, di antaranya
jiwa, kesehatan, pendidikan, bahkan perjalanan.Namun, kesan asuransi sebagai
produk keuangan bagi kelompok ekonomi kelas menengah-atas masih melekat.
Padahal, jika ditilik dari sisi kebutuhan, justru masyarakat kelompok
menengah-bawah yang sebenarnya sangat membutuhkan perlindungan semacam ini.
Saat ini
ada sekitar 28 juta orang pada kelompok menengah-bawah atau sekitar 11,3 persen
jumlah penduduk Indonesia. Mereka berhadapan dengan risiko kesehatan, kematian,
dan harta benda, yang membawa konsekuensi kehilangan pendapatan, kebutuhan
dana, dan kehilangan aset.
Mengakomodasi
kebutuhan kelompok ini, beberapa perusahaan asuransi di Indonesia membuat
produk yang memberikan perlindungan tetapi tidak memberatkan. Sasaran utamanya
untuk sementara ini adalah wirausaha mikro. Sejauh ini, penawaran atau
distribusi produknya melalui lembaga mikro yang bekerja sama dengan perusahaan
asuransi.
The Microfinance
Innovation Center for Resources and Alternatives (MICRA) Indonesia mencatat,
lembaga keuangan mikro cocok untuk menyebarkan produk asuransi mikro.
Alasannya, memiliki layanan langsung kepada masyarakat berupa produk atau jasa
keuangan memiliki infrastruktur di masyarakat, memiliki pangsa pasar nasabah
yang besar, dan dipercaya masyarakat.
Namun,
menurut program manager MICRA Indonesia, Erlyn Shukmadewi, rendahnya
pengetahuan tentang asuransi masih menjadi tantangan bagi penyebaran asuransi
mikro. Selain itu, produk asuransi mikro masih didominasi credit life atau
asuransi bagi nasabah kredit di lembaga keuangan.
Saat ini,
baru sekitar 684.000 orang Indonesia yang menjadi nasabah asuransi mikro.
Jumlah ini sangat timpang dibandingkan dengan jumlah masyarakat kelompok
menengah-bawah yang mencapai 28 juta orang.
Lembaga
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, melalui program
Tabungan Kesehatan Masyarakat (Bungkesmas), turut menumbuhkan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya menabung dan memiliki asuransi. Caranya,
menyediakan produk simpanan kesehatan sekaligus jaminan atau asuransi kesehatan
dan kecelakaan.
Menurut
Amelia Fauzia yang menangani Bungkesmas, masyarakat harus memiliki simpanan
lebih dulu, minimal Rp 2.000 per hari. Selanjutnya, pemilik simpanan bisa
menjadi peserta asuransi Bungkesman dengan membayar premi Rp 100.000 setahun
per orang atau Rp 165.000 setahun per pasangan suami-istri.
Sesuai
sasarannya, wirausaha mikro, tertanggung akan mendapatkan santunan harian saat
dirawat di rumah sakit. Dengan demikian, mereka tetap memiliki pendapatan
kendati usaha terhenti selama beberapa waktu saat sakit.
Secara
umum, asuransi mikro mencakup perlindungan atas kesehatan dan kecelakaan. Ada
sejumlah santunan yang akan didapat tertanggung, antara lain santunan kematian
atau cacat tetap, santunan pemakaman, dan penggantian biaya operasi.
Diperluas
Menilik
jumlah masyarakat kelompok menengah-bawah yang belum terjangkau asuransi,
perusahaan yang mempunyai produk asuransi mikro akan memperluas sebaran produk.
Ada beragam cara, selain menambah jumlah lembaga keuangan mikro yang diajak
bekerja sama.
PT AIG
Insurance Indonesia berencana menjual produk asuransi mikro melalui jaringan
ritel di Indonesia yang memiliki 7.000 toko dengan 4 juta transaksi per hari.
Saat ini, kerja sama sedang disusun, yang diharapkan dapat disepakati dan
dijalankan dalam waktu 6-12 bulan mendatang.
Menurut
Vice President Head of Sharia and Micro Insurance AIG Indonesia, Agus Amir,
penjualan melalui jaringan toko ritel bisa memperluas pemasaran asuransi mikro.
Selain itu, sasaran asuransi mikro bisa diperluas kepada semua kelompok, bukan
hanya peminjam atau penyimpan pada lembaga keuangan.
”Kami
berharap ada 1 juta nasabah asuransi mikro setiap tahunnya. Pasarnya masih
luas. Pada tahun 2012, nasabah asuransi mikro pada AIG sekitar 600.000-700.000
orang,” ujar Agus.
Saat ini
sudah ada perusahaan yang memasarkan asuransi mikro melalui jaringan ritel.
Modelnya seperti menjual voucer pulsa telepon atau listrik prabayar yang sudah
lebih dulu kita kenal.
Penjualan
produk melalui jaringan ritel memang bisa menyentuh lebih banyak orang.
Positifnya, akan semakin banyak masyarakat Indonesia yang terjangkau produk
asuransi mikro yang murah. Namun, tetap saja, harus diiringi dengan penyebaran
pengetahuan tentang asuransi yang memadai. Pada akhirnya, masyarakat Indonesia
semakin paham mengenai produk keuangan dan perlindungan diri melalui produk
keuangan itu.(Dewi Indriastuti/bisniskeuangan.kompas.com)
No comments:
Post a Comment