Saturday, December 21, 2013

Kaki Patah Sembuh Setelah Diusap Tangan Nabi Muhamad Saw

Al-Bara’ r.a. menceritakan bahwa setelah Abdullah bin ‘Atik selesai membunuh Abu Rafi’, dia kemudian pergi dan melewati anak tangga rumahnya (Abu Rafi). Tak disangka, tiba-tiba dia terjatuh hingga ke tanah dan kakinya patah. Abdullah bin ‘Atik berkata kepadaku, “Setelah itu, aku menghadap Nabi dan memberitahukan kejadian itu kepada beliau. Lantas beliau berkata, ‘Bentangkanlah kakimu, wahai Abdullah?’ Aku pun membentangkan kakiku. Lalu beliau mengusap kakiku. Setelah itu, aku merasa seakan kakiku sembuh dan tidak merasakan sakit sedikit pun’."[1]

Terjadinya Peristiwa Nyata Berkat Do’a Nabi Muhamad Saw
Suatu ketika, Rasulullah mendo’akan Sa’ad bin Abi Waqash r.a., "Tidaklah sekali-kali kamu diberi umur panjang lalu kamu beramal saleh melainkan akan bertambah derajat dan kemuliaanmu. Semoga kamu diberi umur panjang sehingga orang-orang dapat mengambil manfaat dari dirimu dan juga mungkin dapat mendatangkan madharat bagi kaum yang lain.”
Sekali waktu, Sa’ad kondisi sakit parah di Makkah. Dan dia tidak senang jika meninggal dunia di daerah yang menyebabkan dia harus berhijrah. Lalu Rasul menjenguknya. Sa’ad tidak memiliki ahli waris selain anak perempuannya. Sa’ad berkata, “Wahai Rasulullah, apakah aku mewasiatkan seluruh hartaku?”
Beliau berkata, “Jangan.”
Sa’ad bertanya lagi, “Bagaimana jika setengahnya?”
Beliau menjawab, “Jangan.”
Sa’ad kembali bertanya, “Bagaimanakah jika sepertiganya?”
Beliau menjawab, ”Ya, sepertiganya saja, karena sepertiganya pun sudah banyak.”
Kemudian Nabi mendo’akan Sa’ad, “Semoga kamu diberi umur panjang sehingga orang-orang dapat mengambil manfaat dari dirimu dan juga mungkin dapat mendatangkan madharat bagi kaum yang lain.”
Kemudian Sa’ad sembuh dari penyakitnya atas izin Allah dan dia mampu menaklukkan negeri Irak dengan kekuatannya. Dan, umat manusia banyak mendapatkan hidayah dari dia;[2] banyak yang masuk Islam karenanya; banyak mendapatkan rampasan perang karenanya; dan Allah memberikan sebuah ancaman besar bagi orang kafir yang ingin memerangi Sa’ad.
Dalam riwayat lain disebutkan, masa hidup Sa’ad ketika sudah sembuh dari sakitnya kira-kira lima puluh tahun.
Imam Nawawi menyatakan, “Hadits ini termasuk salah satu mukjizat Nabi yang berkaitan dengan do’a Nabi kepada Sa’ad yang kemudian menjadi nyata.”

Kabar dari Nabi tentang Tiga Komandan Perang Mati Syahid
Anas bin Malik r.a. menceritakan bahwa Nabi pernah mengumumkan kematian Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah kepada para sahabat sebelum terdengar berita kematian mereka. Nabi mengungkapkan, "Bendera perang diambil oleh Zaid, lantas dia gugur. Kemudian Ja'far mengambil alih benderanya, dia pun gugur. Selanjutnya bendera diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah dan dia juga gugur. Lalu bendera diambil oleh ‘si pedang Allah’, Khalid bin Walid, hingga Allah membuka kemenangan bagi mereka.”[3]
Abdullah bin Umar r.a. mengisahkan, Rasulullah dalam perang Mu'tah mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai komandan, dan Rasulullah berpesan, "Jika Zaid bin Haritsah gugur, maka Ja'far yang menggantikannya. Bila Ja'far gugur, maka Abdullah bin Rawahah sebagai penggantinya."[4]

Berita Kematian Raja Najasyi
Abu Hurairah r.a berkisah, “Rasulullah pernah mengumumkan meninggalnya raja Najasyi, raja Habsyah. Lalu Nabi keluar dan mengatur mereka (para sahabat) untuk berbaris dalam shaf di tempat shalat. Kemudian, beliau bertakbir empat kali.”[5]
[94] Berita Sepucuk Surat Pengkhianatan Hathib bin Abi Balta’ah
Ali bin Abi Thalib r.a. mengisahkan, “Rasulullah pernah mengutusku bersama Zubair dan Miqdad bin al-Aswad untuk mengambil surat pengkhianatan dari Hatib bin Abi Baltha’ah. Rasulullah berpesan, ‘Berangkatlah kalian hingga sampai di taman Khakh karena di sana ada seorang wanita berkendara yang membawa surat. Ambillah surat itu darinya.’ Lalu kami berangkat hingga ketika tiba di taman, kami mendapati wanita itu. Kami memintanya, ‘Keluarkanlah surat yang kamu bawa?’ Wanita itu menolak, ‘Tidak ada surat padaku.’ Kami mendesak, ‘Kamu keluarkan surat itu atau kami menggeledahmu.’ Akhirnya dia mengeluarkan surat dari dalam sanggul rambutnya. Setelah itu, kami menemui Rasulullah dengan membawa surat yang ditulis oleh Hathib bin Abi Balta'ah yang ditujukan kepada orang-orang musyrik Makkah. Dia mengabarkan tentang rencana Rasulullah terhadap mereka.
Lalu Rasulullah bertanya, ‘Wahai Hathib, apa yang kamu lakukan ini?’ Hathib menjawab, ’Wahai Rasulullah, jangan terburu-buru bersikap kepadaku. Sesungguhnya aku adalah seorang yang terikat perjanjian dengan Quraisy. Sedang aku bukan bagian keluarga dari mereka. Sementara orang-orang yang bersamamu dari kalangan Muhajirin memiliki kerabat dari Makkah dan mereka akan melindungi keluarga dan harta-hartanya. Sementara aku sudah tidak memiliki nasab keturunan di tengah-tengah mereka (kaum Quraisy) sehingga di antara mereka ada yang bisa aku jadikan pelindung bagi kerabat-kerabatku di sana (Makkah). Tidaklah aku melakukan ini karena kufur dan tidak juga berbalik meninggalkan Islam dan juga bukan karena ridha dengan kekafiran setelah aku menerima Islam.’
Rasulullah berkata, ‘Dia sudah berkata benar kepada kalian.’ Lalu Umar berucap, ‘Wahai Rasulullah, biarkan aku memenggal batang leher munafiq ini.’ Beliau menukas, ‘Sungguh dia adalah termasuk orang yang ikut perang Badar. Tahukah kalian bahwa Allah sudah membebaskan para pejuang perang Badar. Dia berfirman, Berbuatlah sesuka kalian, sungguh Aku telah mengampuni kalian’.”
Lalu turunlah wahyu kepada Rasulullah Saw, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia dan kamu sampaikan kepada mereka– mengenai berita-berita Muhamad– karena rasa kasih sayang. Padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku, janganlah kamu berbuat demikian. Kamu memberitahukan secara rahasia mengenai berita-berita Muhamad kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS Al-Mumtahanah [60]: 1).[6]

Berita Tentang Ahlu Bait yang Pertama Kali Akan Menyusul Nabi Muhamad Saw
Aisyah r.a. menceritakan bahwa suatu hari Fatimah r.a. datang dengan berjalan seperti jalannya Rasulullah. Rasulullah pun lantas menyambutnya, "Selamat datang putriku." Lalu beliau mendudukkannnya di samping kanan atau kiri beliau. Kemudian beliau membisikkan sesuatu kepadanya. Dia langsung menangis. Beliau lalu membisikkan kembali sesuatu kepadanya dan dia tertawa lepas. Aisyah bertanya, "Aku tidak melihat sesuatu seperti hari ini yang lebih membahagiakan daripada kesedihan. Apa yang beliau katakan, wahai Fatimah?" Fatimah menjawab, "Aku tidak akan membeberkan rahasia Rasulullah hingga beliau meninggal."
Selepas Rasulullah meninggal, Aisyah bertanya lagi kepada Fatimah, "Apa yang beliau katakan ketika itu, wahai Fatimah?"
Fatimah menjawab, "Beliau mengatakan kepadaku, 'Sesungguhnya Jibril datang kepadaku. Dulu dia membacakan al-Qur'an kepadaku sekali selama setahun. Tetapi pada tahun ini, dia membacakan kepadaku dua kali. Aku tidak melihatnya kecuali ajalku segera datang. Kamu (Fatimah) adalah Ahlu Baitku yang pertama kali akan menyusulku. Dan sebaik-baik orang yang terdahulu untukmu adalah aku (Rasulullah).' Dan aku menangis karena itu. Kemudian beliau berkata, 'Tidakkah kamu suka jika kamu menjadi pemimpin para wanita umat ini (ummul mukminin)?' Sebab itu aku tertawa."[7]
Tidak ada pertentangan mengenai hal ini bahwa Fathimah adalah keluarga dari Ahlu Bait yang pertama kali akan menyusul Nabi. Hanya saja, muncul perbedaan pendapat berapakah jarak antara meninggalnya Rasulullah dan putrinya, Fatimah, ini. Sebagian riwayat mengatakan jaraknya dua bulan. Sementara riwayat lain mengatakan tiga bulan. Sedang pendapat lain mengatakan, enam bulan; delapan bulan. Tetapi pendapat yang benar adalah selama enam bulan.

Jarir al-Bajali Menunggang Kuda dengan Tenang Berkat Do’a Nabi Muhamad Saw
Jarir al-Bajali bercerita, “Aku telah mengadukan kepada Rasulullah bahwa aku tidak bisa duduk tenang di atas kudaku. Lalu beliau memukul dadaku dengan tangannya seraya berkata, ‘Ya Allah, kokohkanlah dia dan jadikanlah dia orang yang dapat memberi petunjuk dan mau menerima petunjuk.’ Setelah itu, aku tidak pernah jatuh dari kudaku.”[8]
Mengenai hadits ini, Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Jarir berkata, “Rasulullah berkata kepadaku, ‘Wahai Jarir, bisakah kamu menyenangkanku dengan menghancurkan Dzil Khalashah?’[9] Aku berkata,  ‘Ya Rasulullah, tetapi aku tidak bisa duduk tenang di atas kudaku.’ Lalu beliau memukul dadaku seraya bersabda, ‘Ya Allah, kokohkanlah dia dan jadikanlah dia orang yang dapat memberi petunjuk dan mau menerima petunjuk’. Setelah itu, aku segera berangkat bersama seratus lima puluh pasukan penunggang kuda yang tangguh. Sesampainya di sana, aku membakarnya dengan api serta menghancurkannya.”[10]

Hilangnya Sifat Pencemburu pada Ummu Salamah
Ummu Salamah r.a berkisah, “Saat itu, Rasulullah ingin melamarku, lalu aku berkata kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, aku ini seorang perempuan yang tidak layak untuk engkau nikahi. Karena, aku sudah tidak mampu melahirkan lagi sebab usiaku sudah tua; aku juga seorang  wanita yang pencemburu; dan mempunyai banyak anak.’ Lalu Nabi berkata, ‘Aku lebih tua daripada kamu wahai Ummu Salamah. Adapun rasa cemburu yang kamu miliki, semoga Allah menghilangkannya darimu. Adapun anak-anakmu, Allah dan Rasul-Nya yang akan menjaganya.’ Setelah itu, aku menerima lamaran beliau dan beliau pun menikahiku.”
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Ummu Salamah tergolong tipe wanita yang sangat pencemburu.[11]

Hilangnya Rasa Takut dan Dingin pada Diri Hudzaifah
Hudzaifah menceritakan, “Saat perang Khandaq, kami menghadap Rasulullah secara bergiliran satu per satu. Ketika itu, aku tidak membawa perisai pelindung untuk menangkis serangan musuh. Aku juga tidak memakai apapun kecuali jubah milik istriku yang hanya sampai lutut. Padahal, saat itu adalah puncak musim dingin. Lalu, Nabi datang ke arahku ketika aku masih dalam posisi berlutut. Nabi berkata, ‘Siapakah ini?’Jawabku, ‘Hudzaifah, wahai Rasulullah.’ Tegas Nabi, ‘Hudzaifah!’ Aku berkata,‘Ya,Rasulullah.’ Nabi berujar, ‘Apakah kamu tidak senang jika aku berdiri? Berdirilah, wahai Hudzaifah.’ Kemudian aku berdiri. Setelah itu, Nabi berkata, ‘Adakah seseorang yang sanggup mencari berita tentang musuh (Kafir Quraiys)?’
‘Aku, wahai Rasulullah. Aku akan membawakan berita tentang mereka kepadamu, sahutku. Sesungguhnya, untuk menyelinap ke tempat musuh, aku memiliki rasa takut yang membuncah. Tetapi ketika aku hendak berangkat, Nabi berkata, ‘Ya Allah, semoga Engkau menjaganya, dari arah depan, belakang, samping kanan, samping kiri, arah atas dan arah bawah.’
Demi Allah, setelah itu, Allah menghilangkan rasa takutku  dan rasa dingin dalam diriku. Tatkala aku hendak berpaling dari sisi beliau, beliau berkata, ‘Wahai Hudzaifah, jangan berbuat sesuatu terhadap musuh, hingga aku datang.’ Aku menyahut, ‘Ya, Rasulullah.’ Lalu aku keluar hingga aku sudah mendekati tentara musuh. Aku melihat kobaran api di kamp mereka. Tenyata, kobaran itu berasal dari seorang laki-laki bertubuh besar yang sebagian anggota badannya terlahap api. Sambil memadamkan api dalam dirinya, dia berkata, ‘Pergi, pergi!’ Saat itu, aku belum tahu kalau dia adalah Abu Sufyan. Lalu aku mencabut anak panah berbulu putih dari tempatnya dan meletakkan anak panah itu pada busurnya dan hendak memanahnya. Sekiranya aku tidak ingat dengan pesan Rasulullah Saw, ‘Jangan berbuat sesuatu kepada musuh, hingga aku datang’, aku pasti sudah memanahnya.
Setelah itu,  aku kembali menemui Rasulullah. Beliau memakai mantel dan sedang shalat. Demi Allah ketika kembali, aku kembali merasakan kedinginan, dan aku kembali merasa takut.” [12]

Kabar Tentang Istri Beliau yang Lebih Dulu Menyusul Nabi
Aisyah r.a. menceritakan bahwa Rasulullah pernah berkata, "Di antara kalian yang lebih dulu menuyusulku adalah yang paling panjang tangannya. Lalu kami, para istri Rasulullah, mengukur tangan siapakah yang paling panjang. Ternyata, setelah diukur-ukur, Zainab lah yang paling panjang di antara kami, karena dia sering beramal dan bersedekah dengan tangannya."[13]
Dalam riwayat lain dikatakan, para istri Rasulullah bertanya  kepada beliau, “Siapakah di antara kami yang lebih dulu menyusul engkau?” Nabi menjawab, “Yang paling panjang tangannya.” Lalu, para istri Rasulullah memegang dan mengukur tangan mereka, siapakah di antara mereka tangannya yang paling panjang. Ketika Zainab meninggal, mereka mengetahui bahwa dia tangannya lebih panjang di antara mereka. Karena dia sering berbuat baik dan bersedekah.”[14]

Jika al-Bara’ bin Malik Bersumpah Atas Nama Allah, Niscaya akan Terjadi
Anas r.a menceritakan bahwa Rasulullah Saw pernah berkata, “Berapa banyak orang yang lemah dan bahkan sangat lemah. Mereka hanya memakai dua helai kain yang dianggap hina. Tetapi andai mereka bersumpah atas nama Allah tentu akan terjadi.” Salah satu dari golongan mereka adalah al-Bara’ bin Malik.[15]
Suatu hari, al-Bara bin Malik bertemu sekelompok kaum Musyrik. Mereka berkata kepadanya, “Wahai Bara’, sesungguhnya  Nabimu pernah berkata, ‘Jika kamu bersumpah atas nama Tuhanmu pasti sesuatu itu akan terjadi’. Karena itu, bersumpahlah atas nama Tuhanmu.”  
Lalu al-Bara’ berkata, “Aku bersumpah pada-Mu, wahai Tuhan-ku semoga Engkau berkenan memberikan leher-leher mereka kepada kami. Dan sandingknlah aku di sisi Nabi-Mu.”
Setelah itu, dalam suatu peperangan, Allah pun mengabulkan do’a al-Bara’. Sekelompok kaum musyrik tersebut akhirnya terbunuh di tangan tentara Muslim. Dan pada masa khalifah Umar bin Khattab, al-Bara’ terbunuh sebagai syahid tatkala turut melakukan penaklukan kota Tustar (Persia). 
 [101] Berita Bahwa Kaum Musyrik tidak akan Memerangi Kaum Muslimin Setelah Perang Khandaq

Ketika perang Khandaq akan dimulai, Rasulullah berkata, “Sekarang kita akan menyerang mereka, dan setelah peperangan ini, mereka tidak akan menyerang kita lagi.”[16] Dan benar! Setelah perang ini berakhir, kafir Quraisy tidak mampu memerangi kaum Muslimin lagi. Justru Rasulullah balik memerangi mereka hingga berhasil melakukan pembebasan kota Makkah dari tangan mereka.





[1]Hadits Shahih, HR Bukhari.
[2] HR Bukhari dan Muslim.
[3]Hadits Shahih, HR Bukhari.
[4]Hadits Shahih, HR Bukhari.
[5]Hadits Shahih, HR Bukhari dan Muslim.
[6]Hadits Shahih, HR Bukhari dan HR. Muslim.
[7] HR Ahmad (25209).
[8] HR Abu Nua’im.
[9]Sebuah tempat peribadatan kaum Musyrik yang dipenuhi dengan patung-patung (berhala).
[10] HR Bukhari dan Muslim.
[11]HR Abu Ya’la dan Abdullah bin Ahmad.
[12]HR Hakim, HR Baihaqi.
[13]Hadits Shahih, HR Muslim.
[14]Hadits Mursal, HR Hakim dan HR Baihaqi.
[15]Hadits Hasan, HR Tirmidzi, HR Hakim dan HR Baihaqi.
[16]Hadits Shahih, HR Bukhari, HR Ahmad dan HR Ibnu Ishak.

(TAMAT)

No comments:

Post a Comment