Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie (RSUD AWS), Samarinda, berhasil bikin sejarah. Pertama
kalinya di Kalimantan, rumah sakit pelat merah ini melakukan operasi
jantung koroner. Operasi sekira empat jam ini berlangsung lancar. Usai
operasi, kondisi pasien juga membaik, sesuai dengan perkiraan dokter
anestesi.
Operasi dimulai sekira pukul 07.30 dengan tindakan induksi anestesi,
dilanjutkan proses pembedahan dan pukul 11.30 Wita, operasi selesai dan
pasien dibawa ke ruang perawatan. “Dengan lancarnya operasi ini,
Samarinda siap mengadakan operasi jantung lainnya,” kata Kepala Tim
Bedah Jantung RS Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta, dr Tri Wisesa
Soetisna, SpB, SpBTKV, MARS, kepada Kaltim Post, kemarin.
Diketahui, dalam operasi di RSUD AWS dilakukan tim dokter rumah sakit
itu bekerja sama dengan tim dokter RS Jantung Harapan Kita. Operasi
jantung koroner atau operasi by pass merupakan operasi untuk pasien
dengan gangguan penyempitan pembuluh darah pada arteri koronaria
jantung. Operasi ini ditangani oleh tim dokter ahli bedah jantung, ahli
jantung, anestesi khusus bedah jantung, dan ahli rehabilitasi medis
jantung.
Untuk informasi, dari data Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim pada 2013,
jantung koroner menempati urutan ke-6 terbanyak penyakit tidak menular
untuk kasus lama
(lebih dua kali kunjungan). Dengan jumlah pasien mencapai 459 dan angka
kematian sebanyak 20 orang. Tri Wisesa menjelaskan, prosedur operasi
yang dilakukan kemarin sesuai dengan yang biasa digelar di RS Harapan
Kita.
”Tata ruang dan peralatan sama persis dengan standar RS Harapan Kita,”
ucapnya. Peralatan yang dibutuhkan di antaranya, mesin pintas jantung
paru (Cardiopulmonary Bypass)
atau CPB, mesin anestesi untuk yang sesuai standar untuk operasi
jantung. Ada juga instrumen penunjang untuk operasi bedah jantung dasar,
koroner, dan penggantian katup juga sudah tersedia.
“Diharapkan dengan kelengkapan peralatan di RSUD AWS, masyarakat Kaltim
tidak perlu lagi datang ke Jakarta atau keluar negeri untuk menjalani
operasi jantung, “ ujarnya. Namun untuk operasi pertama di RSUD AWS ini
memerlukan tindakan khusus. Karena terjadi pengapuran pada saluran
pembuluh darah pasien, yang menyebabkan buntu atau tertutup.
Sehingga diperlukan teknik khusus untuk mengatasi sumbatan, yaitu
dengan Endarterectomy atau pencabutan sumbatan. “Dibutuhkan pengalaman
dan jam terbang yang tinggi agar dapat melakukan teknik ini,” jelasnya.
Pascaoperasi, kata dia, pasien harus melalui perawatan tujuh hari dengan
bantuan rehabilitasi medis oleh ahli fisioterapi.
Setelah itu, untuk beberapa waktu, pasien belum boleh melakukan aktivitas yang berat, misalnya menyetir mobil,
dikhawatirkan kondisi bekas operasi bisa terjadi pendarahan. “Perlu
waktu sekira empat sampai lima bulan, agar pasien benar-benar bisa
beraktivitas,” jelasnya. Waktu pemulihan tersebut berlaku untuk kondisi
jantung yang baik praoperasi.
Kondisi jantung yang kurang baik, waktu pemulihan bisa lebih lama lagi.
Pengukuran dilakukan menggunakan alat pompa jantung praoperasi.
Ditambahkan dr Iwan Dakota
SpJP, operasi jantung ini berbeda dengan operasi umumnya. Operasi harus
menghentikan sementara kerja jantung untuk memompa darah. Kerja jantung
sementara digantikan ke mesin CPB atau mesin pintas jantung paru.
“Saat operasi tadi (kemarin) lama waktu pemindahan fungsi jantung ke
mesin CPB sekira satu setengah jam,” tambah dr Iwan yang merupakan salah
satu tim dokter. Operasi perdana kemarin dilakukan pada pria berusia 51
tahun yang didiagnosis mengalami jantung koroner dengan fungsi jantung
70 persen. Pasien ini dipilih karena kondisi otot jantung belum rusak
sehingga kemungkinan berhasilnya besar.
Saat operasi usai dan keluar ruang bedah, pasien mulai sadar. Kata dr
Sjamsul Hadi, SpAn, ini merupakan kondisi yang normal sesuai dengan
prediksi dari dokter anestesi. “Kami menggunakan obat dengan kualitas
yang baik dan proses operasi yang lancar membuat semua proses berjalan
sesuai dengan yang diharapkan,” katanya.
TANPA BIAYA
Terpisah, Direktur RSUD AWS, Samarinda, dr Rachim Dinata Marsidi, SpB, M
Kes, mengatakan operasi ini gratis. Biaya dibebankan dari Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) dan rumah sakit. Ke depannya
diharapkan BPJS bisa menyesuaikan tarif dengan RS AW Sjahranie.
“Sehingga pasien yang benar-benar tidak mampu bisa melakukan operasi
secara gratis juga,” tambahnya.
Kata dia, informasi yang diperoleh dari pihak RS Jantung Harapan Kita,
biaya yang diperlukan untuk operasi jantung koroner sekira Rp 130 juta.
“Biaya tersebut termasuk unit cost, obat-obatan dan biaya perawatan,”
ujar pria ini. Sebagai informasi, sebagai rumah sakit pusat jantung
nasional, RS Harapan Kita berkewajiban membantu rumah sakit di Indonesia
agar dapat melakukan operasi pembedahan jantung di daerah.
Pada 2007 rumah sakit ini ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan untuk
menjadi pusat jantung nasional. Hingga saat ini, RS Harapan Kita telah
membina 16 rumah sakit agar dapat menangani penyakit jantung, dan 10 di
antaranya sudah bisa melakukan pembedahan secara terpadu. “Nantinya
dokter dari RS Harapan Kita akan terus memandu operasi pembedahan (di RS
AWS), kurang lebih satu tahun. Baru perlahan-lahan akan dilepas
sehingga bisa menjadi rumah sakit yang mandiri,” kata dr Tri.(www.kaltimpost.co.id)
No comments:
Post a Comment