Friday, February 28, 2014

Bekerja dan Melayani Setulus Hati


Keinginan yang mendalam untuk memahami kehidupan adalah rahasia sukses orang-orang kreatif.
Leo Burnett, Miliarder Periklanan

KOTA JAYAPURA, medio April 2013. Beragenda pertemuan Monitoring Meja Bappeda dengan seluruh SKPD Pemerintah Kota Jayapura yang langsung dipimpin oleh Walikota Jayapura, Benhur Tomy Mano. Pada perhelatan itu Benhur Tomy Mano yang akrab disapa Tomy mengaku kecewa terhadap bawahannya yang masih rendah dan minim realisasi pelaksanaan kinerja Satuan Kerja Perangkat Derah (SKPD).
“Saya masih melihat sangat rendah kinerja dan program nyata dari pelaksanaan visi dan misi saya, yang seharusnya monitoring triwulan pertama sudah mencapai 60 persen,” aku Tomy. Seharusnya, kata dia, Pemerintah Kota Jayapura lebih awal menyusun APBD 2013 dan lebih awal menyerahkan DPA ke SKPD, Kelurahan, Puskesmas dan Kepala Sekolah.
Untuk itu, lanjut Tomy, harus secepatnya direalisasikan karena jika terlambat akan berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Mengingat, program-program  tersebut bersentuhan secara langsung ke rakyat. “Bila kita menunggu sampai akhir tahun maka kita akan kejar target sehingga akan membuat fisik dan relaisasi tidak  sesuai dengan kualitas yang kita ingingkan,” ujar Mano.
Bertolak dari itu, Tomy mendorong SKPD dan seluruh penerima DPA agar segera meralisasikan program-program yang telah dicanangkan sesuai dengan visi dan misi serta renstra (rencana strategis) di masing-masing SKPD. “Semua Kepala Sekolah, Kepala Kelurahan dan Kepala SKPD harus ‘menggenjot’ dan meningkatkan realiasasinya secara cepat. Setiap bulan harus dilaporkan ke Bappeda dan Keuangan,” tuturnya.
“Seringakali saya telah menginstruksikan agar adanya budaya inovasi, kreasi dan pemahaman Walikota Jayapura di mana saya berlari mereka juga harus ikut berlari untuk mencapai tujuan idaman demi kesejahteraan warga masyarakat Kota Jayapura,” tegas Tomy mengenai sikap SKPD yang dinilai masih lamban.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( Bappeda) Kota Jayapura, Frans Pekey, mengungkapkan, hingga triwulan pertama, realisasi fisik rata-rata baru mencapai 1,62 persen dari total kegiatan sebanyak 535 kegiatan di tahun 2013. Terkait realiasi keuangan, lanjutnya, rata-rata baru mencapai 1,94 persen dari dana sebesar Rp333.714.307.361. Memang relatif kecil.
Menapaki tahun kedua kepemimpinannya, Tomy tidak mau tinggal diam menghadapi kenyataan kinerja bawahannya yang kurang menggembirakan. Bersama Wakil Walikota DR. H. Nur Alam, SE,M.Si, Mano berkomitmen membangun budaya kerja yang baik dengan melanjutkan penataan kepemerintahan yang lebih baik dengan dukungan kapasitas birokrasi yang profesional demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Karena itu, dalam upaya untuk meningkatkan budaya kerja yang lebih baik, menurut Tomy, perlu dilakukan pembenahan kapasitas birokrasi yang adalah pemimpin di semua tingkatan sehingga mampu melakukan pelayanan yang secara optimal dan maksimal kepada warga masyarakat.
Berkaitan dengan hal itu, Walikota Tomy Mano mengungkapkan bahwa dirinya telah siap mengganti sejumlah Kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang tidak edukatif dan kreatif. “Itu hak proregatif saya sebagai Walikota, dan saya telah melakukan penilaian terhadap sejumlah Kepala SKPD yang tidak bisa bekerja secara baik, terpadu, dan tidak bisa memanage stafnya secara baik, karena itu dalam waktu dekat saya akan mengganti mereka, tinggal tunggu waktu saja,”tandas Tomy.
Walikota Tomy Mano menegaskan, tujuan kepemimpinannya adalah untuk mensejahterakan rakyat di Kota Jayapura, hadir sebagai pelayan masyarakat. “Jika pemimpin SKPD tidak melakukan hal-hal baru, untuk apa dipertahankan,” tegasnya.
Menurut lelaki kelahiran Tobati tanggal 30 April 1965 ini, ketidak-selarasan antara ucapan dan tindakan akan mengakibatkan warga masyarakat tidak percaya terhadap pemimpinnya. Dia berharap pemimpin yang bekerja di Kota Jayapura harus menunjukkan integritasnya melalui pencapaian kinerja secara maksimal dengan mengerahkan segala kemampuan dan sumber daya yang dimiliki serta berupaya untuk tertib dalam segala hal.

Kristalisasi Filosofi Melayani
Walikota Benhur Tomy Mano merasa tidak perlu mengajarkan hal-hal yang bersifat teknis atau doktriner dalam hal pelayanan kepada warga masyarakat. Yang diajarkannya adalah filosofi pelayanan. “Mereka sudah bekerja puluhan tahun di sini, masa belum bisa melayani,” ujarnya suatu kali. Prinsipnya, benak para aparatur sudah cukup dibebani dengan berbagai tugas di lingkup kerjanya, jadi tidak perlu lagi menghafal bagaimana cara menyapa warga masyarakat yang datang. Dengan memahami filosofi pelayanan, orang akan mampu mengembangkan sendiri sikap melayani sebagai personal trait.  
Bahwa sikap (attitude) mempengaruhi semua hal. Sikap yang baik akan membuka pintu, membuat orang tersenyum, membuat orang gembira, dan membuat orang ingin melakukan hal-hal yang baik pula kepada kita.
Tidak segan-segan Walikota Tomy Mano mengundang aparatur yang kurang memberikan pelayanan yang baik untuk berbicara empat mata. Dia mengajarkan personal grooming, bagaimana berpakaian yang rapi, merawat kebersihan, sehingga warga masyarakat merasa senang berhadapan dengan aparatur yang rapi, bersih dan ramah.
Benhur Tomy Mano tidak sebatas mengajari dan memberi teladan kepada aparatur tentang service behavior yang spesifik. Lebih daripada itu, dia mengajak segenap aparatur Pemerintah Kota Jayapura untuk mencintai pekerjaan masing-masing. Dalam satu cerita sufistik, dikisahkan tentang seseorang yang membuat minuman anggur sembari menggerutu, sehingga minuman itu rasanya lebih mirip cuka yang asam. Orang yang mencintai pekerjaannya akan melakukan pekerjaannya dengan baik sepenuh hati.
Semua agama besar di dunia mengajarkan konsep bahwa melayani bukanlah pekerjaan yang hina atau rendah. Sebaliknya, melayani adalah pekerjaan yang luhur. Dalam kapasitas kita masing-masing, kita akan selalu melakukan pelayanan. Melayani adalah sifat Tuhan, kata Tomy Mano. Tuhan melayani manusia 24 jam sehari serta tujuh hari dalam sepekan. Tuhan tidak pernah berhenti melayani umatnya, memberi maaf, memberi cinta kasih, memberi berkat dan rahmat. Cinta kasih kita kepada sesama manusia merupakan bukti cinta kasih kita kepada Tuhan Yang Maha Kasih. “Bagaimana kita bisa mencintai Tuhan yang tidak tampak, bila kita tidak bisa mencintai orang yang tampak di sekeliling kita,” ujar Tomy Mano.
Sebagai umat Kristiani, Tomy Mano meyakini benar prinsip kepemimpinan ajaran Alkitab yang bertumpu pada sikap melayani. Alkitab mengajarkan bahwa kepemimpinan (rohani) adalah kepemimpinan yang menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Identitas pemimpin Kristen adalah sebagai “hamba.” Kepemimpinan Kristen bukan untuk mencari keuntungan, baik materi maupun non-materi, melainkan untuk pelayanan (Lukas 22:26). Dalam Perjanjian Lama, para raja bukan untuk meninggikan diri atas rakyat (Ulangan 17:20). Korah ditegur dan dihukum lantaran sikap kepemimpinan yang mengutamakan kedudukan (Bilangan [Kitab Bilangan] 16:933). Paulus memandang jabatan rasul bukan untuk kemuliaan dirinya, melainkan untuk bekerja keras dalam pelayanan (2Korintus 11-12; 1Korintus 15:910). Para penatua gereja dipanggil untuk menggembalakan dan memelihara umat Allah (Ibrani 13:17; 1Petrus 5:23). Yesus mengajarkan kepemimpinan sebagai “menjadi hamba” dan Dia menegaskannya melalui keteladanan-Nya (Markus 10:3545).
Masih menurut ajaran Alkitab, Walikota Tomy Mano meyakini bahwa kepemimpinan harus  menempatkan posisinya di bawah kontrol Kristus. Seorang pemimpin Kristen bukan menjadi orang nomor satu dalam gereja, sebab Kristus adalah Kepala Gereja. Ia memimpin namun juga dipimpin oleh Pemimpin Agung, Tuhan Yesus (Yohanes 13:13). Dengan demikian kerendahan hati dalam kepemimpinannya akan riil dalam praktiknya. Kerendahan hati yang melihat baik kebenaran tentang dirinya maupun keterbukaan untuk terus belajar akan kepemimpinan yang lebih baik, termasuk keunggulan dalam orang lain.
Kemudian, sebagai pemimpin pembaharu (agen perubahan), Walikota Tomy Mano menyandarkan model kepemimpinan yang berdasarkan pada karakter yang baik. Kepemimpinan Kristen sangat menekankan pada karakter yang teruji. Otentisitas kepemimpinan Kristen bergantung pada ketaatannya kepada Kristus dan meneladani Kristus. Dengan otentisitas tersebut maka kepemimpinan Kristen memiliki legitimasi dan otoritas untuk memimpin.
Sekali lagi, sebagai umat Kristiani, Benhur Tomy Mano juga menerapkan prinsip kepemimpinan yang bergantung pada Roh Kudus. Pemimpin Kristen bukan dilahirkan atau dibentuk melalui usaha manusia, melainkan kemampuannya terutama karena karunia Roh Kudus (Roma 12:6; 1Korintus 12:7). Karunia kepemimpinan adalah satu dari banyak karunia rohani dalam gereja. Sebab itu, kemampuan kepemimpinan rohani harus bersandar pada Roh Kudus.
Dalam memimpin masyarakat Kota Jayapura untuk mencapai kemajuan, Walikota Tomy Mano mengaplikasikan kepemimpinan yang berdasarkan pada motivasi Kristen. Kepemimpinan sekuler pada umumnya berdasarkan kekuatan manusiawi dan bertujuan untuk meraih keuntungan pribadi (Markus 10:42). Sedangkan kepemimpinan rohani harus menanggalkan pementingan diri dan motivasinya demi kepentingan orang lain dan kemuliaan Tuhan. Karena itu, dia dimotivasi oleh kasih Kristus.
Dan, dalam upaya terus memajukan masyarakat Kota Jayapura, kepemimpinan Benhur Tomy Mano mendasarkan otoritasnya pada pengorbanan. Sebab itu, pemimpin (Kristen) yang sejati disebut “pemimpin pelayan” (a servant leader). Cacat terdalam dalam kepemimpinan sekuler berakar pada arogansi yang membuatnya bertindak dominan berdasarkan rasa superioritas. Yesus mengajarkan bahwa ciri khas dan kebesaran pemimpin spiritual terletak bukan pada posisi dan kuasanya, melainkan pada pengorbanannya. Hanya melalui sikap-tindak melayani, seseorang menjadi besar (Markus 10:43-44). Pemimpin yang memberi keteladanan dan pengorbanan akan memiliki wibawa spiritual untuk memimpin orang lain.
Dalam iman Kristen, Benhur Tomy Mano meyakini benar ketegasan Yesus soal kepemimpinan yang bertumpu pada religiusitas dan kepemimpinan sekuler. Yesus menegaskan adanya perbedaan esensial antara pemimpin Kristen dan pemimpin sekuler dengan menyatakan, "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:42-45).
Benhur Tomy Mano berusaha menanamkan (kristalisasi) benar nilai, sikap dan tindak melayani kepada segenap jajaran aparatur Pemerintah Kota Jayapura. Dia berupaya menanamkan melalui berbagai media, forum dan kesempatan berkomunikasi dengan seluruh jajaran aparatur Pemerintah Kota. Dari sana lah dia ingin segenap aparatur, perlahan namun pasti, semakin memahami arti penting sikap dan tindak melayani warga masyarakat. Dengan begitu, tidak hanya warga masyarakat yang merasa nyaman berurusan dengan aparatur birokrasi namun juga pada investor dan kalangan usahawan yang hendak berpartisipasi menggerakkan roda pembangunan di wilayah ibukota Provinsi Papua tersebut.

Membangun Kerjasama dan Soliditas Tim
Dengan kristalisasi kultur melayani, Walikota Benhur Tomy Mano menegaskan, Pemerintah Kota Jayapura mengusung sekaligus membumikan visi membangun Jayapura sebagai kota yang bersih, indah dan nyaman, modern, mandiri, bersatu dan sejahtera berbasis kearifan lokal.
Visi itu kemudian diejawantahkan ke dalam misi: 1) mewujudkan Kota Jayapura yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) mewujudkan Kota Jayapura yang Beriman: bersih, indah, aman dan nyaman; 3) mewujudkan Kota Jayapura yang modern, mandiri, bersatu dan sejahtera; 4) mewujudkan Kota Jayapura sebagai pusat jasa, perdagangan, pendidikan dan pariwisata; 5) mewujudkan Kota Jayapura yang berbudaya dalam arti, menghargai nilai-nilai kearifan lokal yang berperikemanusiaan dan berkeadilan; dan 6) mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
Langkah membenahi aparatur Pemerintah Kota Jayapura tidak lain merupakan bagian dari upaya Walikota Benhur Tomy Mano untuk mengukur bagaimana segenap aparatur Pemkot memahami visi dan misi yang telah digariskan dan disepakati bersama. Kita ingat pemikiran pakar kepemimpinan Jack Welch tentang bagaimana mengelompokkan kemampuan dan sikap karyawan (termasuk pula aparatur sebagai karyawan pemerintahan) dan kemudian dari pengelompokan tersebut dibuat rencana pemberdayaan.
Menurut Jack Welch, terdapat empat tipe orang dalam kaitannya sebagai sumber daya manusia (SDM) di sebuah lembaga atau instansi, yaitu:
Kompetensi
Visi
Rencana Pemberdayaan
Tidak kompeten
Tak sevisi
>dipersilakan keluar
Tidak kompeten
Sevisi
>diberi bekal pelatihan atau pembelajaran
Kompeten
Tak sevisi
>dipersilakan keluar
Kompeten
Sevisi
>dipersiapkan menjadi future leaders

Kendati diakui, bahwa prinsip rumusan Jack Welch tersebut terasa terlalu keras bila diterapkan secara konsisten di Indonesia –tak terkecuali di Kota Jayapura. Namun setidaknya dapat dijadikan sebagai reference point buat menunjukkan betapa pentingnya bagi semua karyawan (tak terkecuali aparatur pemerintahan) untuk terlebih dulu menyamakan visi. Karena itu, Walikota Benhur Tomy Mano berusaha meluangkan waktu untuk berdialog (salah satu di antaranya melalui sidak) dengan staf dan aparatur pemerintahan kota dalam rangka sharing vision and values.
Visi merupakan alat yang paling ampuh untuk melakukan alignment (penyelarasan) terhadap semua sumber daya yang dimiliki oleh lembaga (termasuk pemerintahan). Bilamana sumber daya tidak dapat disatu-arahkan buat mencapai visi, maka sumber daya itu harus disingkirkan atau disesuaikan. Kita tidak perlu lagi membuang-buang waktu. Secara simplistis, pertanyaan yang kita ajukan adalah: are you with me, or are you not with me.
Sampai batas-batas tertentu, Benhur Tomy Mano sependapat dengan pemikiran Jack Welch yang tidak terlalu peduli dengan action plan dan strategic plan. Tapi, prinsip yang ingin dikembangkan oleh Benhur Tomy Mano adalah bahwa visi lebih penting daripada rencana. Vision-driven instead of plan-driven. Visi yang besar membuat semua orang tertantang untuk bergerak maju.
Dalam kompetisi yang sangat ketat dewasa ini, bila kita terlalu terpaku pada rencana-rencana –baik rencana tahunan maupun lima tahunan—kita akan terlalu gampang terjebak pada rutinitas untuk sekadar melakukan pekerjaan berdasarkan rencana-rencana di atas kertas. Kita lupa menyimak perkembangan di luar yang demikian cepat berubah. Boleh jadi peta konsumsi telah berubah, barangkali peta kompetisi pun sudah bergeser, sementara kita berpikir bahwa pekerjaan kita beres dikerjakan sesuai dengan rencana kerja awal.
Walikota Benhur Tomy Mano percaya pula bahwa visi dan misi merupakan alat pemersatu yang kuat dalam setiap lembaga. Passion comes from a direct connection to purpose. Karyawan (aparatur) yang memahami dan menghayati visi dan misi lembaga adalah karyawan yang gampang dimobilisasi untuk melakukan perubahan guna mencapai sasaran-sasaran lembaga. Dan karyawan yang mudah diajak bekerja-sama dan bersama bekerja dalam soliditas tim yang kuat.
Bukan saja lantaran Benhur Tomy Mano sadar bahwa waktunya di institusi Pemerintah Kota Jayapura relatif tidak akan terlalu lama, namun upaya untuk menyamakan visi memerlukan prioritas tinggi dan harus dilakukan dalam waktu singkat guna memperoleh hasil yang optimal. Visi adalah satu hal yang tampaknya sepele, tetapi berdampak sangat besar. Visi itu bagai virus. Virus yang bahkan tak tampak oleh mata dapat membuat tubuh orang yang paling kuat sekalipun menggigil dan tak mampu berdiri. Kecepatan virus mewabah juga luar biasa. Dalam sebuah epidemi penyakit yang disebabkan oleh virus, kita melihat bahwa perubahan terjadi secara drastis, bukan secara gradual.
Tomy Mano ingin proses menyamakan visi menjadi seperti penyebaran virus. Social epidemics bisa bertingkah laku sama dengan epidemi penyakit. Tetapi, sebagaimana virus, harus ada media untuk menularkannya. Kita memerlukan messengers dan connectors untuk membuat virus visi ini secara cepat dan serentak mendemamkan semua orang (aparatur) di pemerintahan Kota Jayapura.
Pemerintahan Kota Jayapura sudah terlalu lama tidur. Sebagai orang yang telah lama berkarir di lingkungan Pemerintah Kota Jayapura, Benhur Tomy Mano menyadari bahwa lembaga ini harus segera dihentakkan bangun, dan digoyang dengan irama yang membuat orang tidak berhenti bekerja. Mereka tidak lagi mimpi sendiri-sendiri dalam tidur nyenyak mereka, tetapi mengejar impian bersama secara bersama pula.

Fokus Menggali Potensi
Upaya pengelolaan pemerintahan yang baik tidak semata-mata bertujuan demi perbaikan kualitas aparatur dan kerja sama antar-unit pemerintahan. Hal ini diharapkan mampu memantik perwujudan masyarakat yang sejahtera dan mandiri melalui pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal. Untuk itu Walikota Benhur Tomy Mano memfokuskan pembangunan wilayah Kota Jayapura di sektor perdagangan, industri, jasa dan pariwisata.
Fokus menjadi faktor penting dalam menggapai keberhasilan suatu proses pembangunan. Dalam arti umum, fokus adalah sesuatu yang secara terus-menerus dikonsentrasikan kepada satu kegiatan. Dan, peranannya sangat penting bagi kehidupan manusia karena fokus memberikan energi dan kekuatan pada hampir semua hal. Pemerintahan yang fokus akan sangat kokoh dan dipercaya oleh warga masyarakat. Secara luas, masa depan bisnis, pekerjaan atau karir seseorang tergantung pada fokus yang ia berikan pada hal tersebut. Kalau tidak fokus maka ia tidak akan memperoleh apa-apa.
Penulis kenamaan John C. Maxwell, dalam bukunya yang berjudul The 21 Indispensable Qualities of a Leader, menjelaskan bahwa kunci untuk memiliki fokus adalah tahu prioritas dan memiliki konsentrasi. Seseorang, terlebih bila ia seorang pemimpin, yang mengetahui prioritas namun kurang konsentrasi melaksanakan apa yang harus dilaksanakannya, maka ia tidak akan mencapai keberhasilan. Sebaliknya, seseorang yang memiliki konsentrasi tapi tidak mempunyai prioritas maka ia tidak akan mengalami kemajuan yang berarti. Bila ia mengetahui prioritas dan memiliki konsentrasi maka ia berpotensi menggapai hal-hal besar. Untuk fokus, misalkan, kita sebaiknya membagi sebagai berikut: 70 persen untuk hal-hal yang kita kuasai, 25 persen untuk hal-hal baru, dan 5 persen untuk kelemahan kita. Jadi, sebagian besar kita fokus pada apa yang dapat kita kerjakan secara baik yang akan membuat kita sukses. Curahkan waktu, energi, serta sumber daya untuk bidang yang sesuai dengan talenta (potensi) yang ada dalam diri kita. 
Sekali lagi, kunci fokus adalah prioritas dan konsentrasi. Lantas, apa fokus Walikota Benhur Tomy Mano dalam langkah membangun Kota Jayapura kini dan ke depan. Setelah mendengarkan, berpikir dan menilai, Walikota Benhur Tomy Mano memprioritaskan sektor perdagangan dengan konsentrasi mensinergikan kelompok usaha kecil, kelompok menengah dan kelompok usaha besar, serta menarik investasi.
Mulai tahun 2012, Pemerintah Kota Jayapura berusaha memfokuskan diri pada implementasi Program Kota Layak Investasi. Program Kota Layak Investasi ini merupakan sistem pembangunan kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak ekonomi dan kesejahteraan warga masyarakat. Pengembangan Kota Layak Investasi ini diprioritaskan pada:
·         Identifikasi proyek-proyek investasi yang mempunyai prospek bisnis yang menguntungkan dan menarik.
·         Membuat studi kelayakan terhadap setiap proyek.
·         Menawarkan proyek-proyek investasi tersebut secara aktif kepada para investor potensial, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
·         Menghilangkan hambatan-hambatan (barriers) serta menyederhanakan prosedur investasi di Kota Jayapura.
Selain itu, untuk tahun 2012-2016, arah kebijakan Pemerintah Kota Jayapura tetap fokus mendukung program-program menuju kota metropolitan dengan kebijakan sebagai berikut: pertama, Merencanakan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa melalui program-program yang akan dilaksanakan oleh SKPD yang terkait. Kedua, Mengefektifkan Industri Batik Papua sebagai media pengembangan industri dan pariwisata yang cukup menarik di Kota Jayapura.
Beberapa fokus lainnya yang juga penting adalah: Mendukung pencapaian Millenium Development Goal’s 2015, Pemberian beasiswa bagi siswa tidak mampu, Bantuan peningkatan dan kualitas dan kesejahteraan guru, Pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana transportasi, dan Penataan ruang dan pengembangan wilayah.
Secara agak makro, Walikota Benhur Tomy Mano memfokuskan pembangunan Kota Jayapura pada pembangunan infrastruktur, pembinaan mental-spiritual, peningkatan skill aparatur dalam memberikan pelayanan masyarakat dan menempatkan aparatur sesuai dengan kemampuan serta kapasitas yang mereka miliki.
Pembinaan mental, demikian penjelasan Benhur Tomy Mano, dilakukan melalui tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat sehingga diharapkan mampu menyentuh akar permasalahan. “Tokoh agama ini bisa lewat gereja, masjid, atau perkumpulan keagamaan, di mana kita perlu melakukan pembinaan masyarakat agar kembali kepada UUD 1945 dan Pancasila. Karena di dalam Pancasila terdapat bhinneka tunggal ika. Saya melihat belakangan ini Pancasila dan UUD 1945 mulai ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak nilai utama yang terkandung dalam Pancasila yang harus kembali kita eja-wantahkan sehingga masyarakat menjadi tertib, adil dan makmur,” tegas Benhur Tomy Mano.
Sekali lagi, Benhur Tomy Mano berusaha memimpin masyarakat Kota Jayapura dengan segala daya upaya membentuk tim yang tangguh, pemimpin yang yang aktif sebagai agen perubahan, pemimpin yang kreatif di tengah keterbatasan, dan pemimpin yang mampu mentransformasikan nilai-nilai adaptif di tengah arus kuat perubahan zaman. ***

No comments:

Post a Comment