Friday, February 28, 2014

Dia Mendapat Dua Pahala


Dari Zainab, istri Abdullah bin Mas'ud r.a., dia berkisah bahwa suatu ketika Rasulullah Saw berkhutbah di depan mereka. "Wahai para wanita, bersedekahlah walau dengan perhiasan kalian yang paling murah, karena kelak kalian adalah yang paling banyak menghuni Jahanam," tandas Rasulullah dalam khutbahnya.
Zainab berkata, "Aku minta suamiku Abdullah bin Mas'ud yang miskin untuk bertanya kepada Rasulullah, apakah aku akan mendapat pahala dengan menafkahi suamiku dan anak-anak yatim yang menjadi tanggunganku? Namun suamiku meminta aku sendiri yang bertanya pada Rasulullah Saw."
Zainab lalu pergi ke rumah Rasulullah Saw. Sesampainya di depan pintu rumah beliau, ada seorang wanita Anshar yang memiliki keperluan yang sama dengan Zainab, kebetulan namanya juga Zainab. Kemudian Bilal menemui mereka berdua. Lalu mereka minta ke Bilal, "Tolong tanyakan pada Rasulullah, apakah aku akan mendapat pahala dengan menafkahi suamiku dan anak-anak yatim yang menjadi tanggunganku?"
Lalu Bilal masuk menemui Rasulullah Saw, "Wahai Rasulullah, di depan ada Zainab."
Rasulullah Saw bertanya balik, "Zainab yang mana?"
Bilal menjawab, "Zainab, istri Abdullah dan Zainab, wanita Anshar. Mereka bertanya, Apakah menafkahi suami dan anak-anak yatim yang menjadi tanggungannya akan mendapatkan pahala?’”
Kemudian Bilal keluar menemui mereka berdua dan berkata, "Rasulullah Saw bersabda, Ya. Kalian mendapat dua pahala, pahala kerabat dan pahala sedekah."[1]

Hak Allah … Lalu Hak Suami
Abu Said al-Khudri r.a. meriwayatkan, dia berkisah, "Seorang wanita datang menemui Rasulullah Saw, dan kami sedang bersama beliau. Wanita itu berkata, Suamiku, Shafwan bin al-Mu'thal memukulku ketika aku shalat, menyuruhku berbuka ketika aku berpuasa dan dia tidak melaksanakan shalat fajar kecuali setelah matahari terbit."
Abu Said menjelaskan bahwa saat itu Shafwan ada di tempat itu. Kemudian Rasulullah Saw bertanya tentang semua yang dikatakan istrinya. Lalu Shafwan menjawab, Wahai Rasulullah, tentang ucapannya Dia memukulku ketika aku shalat, karena dia membaca dua surat dalam shalatnya dan aku menghentikannya."
Rasulullah Saw berkata kepada istri Shafwan, "Satu surat saja sudah cukup."
Shafwan melanjutkan, “Tentang ucapannya, Dia menyuruhku berbuka ketika aku berpuasa, itu karena dia selalu berpuasa sunah, sedangkan aku laki-laki yang masih muda sehingga aku tidak bisa bersabar."
Lalu Rasulullah Saw menegaskan, "Seorang wanita tidak boleh berpuasa sunah kecuali dengan izin suaminya."  
Shafwan kembali melanjutkan, “Adapun ucapannya, ‘Aku tidak shalat fajar sampai matahari terbit,’ lantaran keluarga kami terbiasa bangun tidur setelah matahari terbit."
Rasulullah Saw pun bersabda, "Jika kau bangun, maka shalatlah."[2]

Ini dan Ini
Zainab binti Abu Salamah termasuk wanita yang paling faqih pada zamannya. Pada perang al-Hurrah, penduduk Madinah banyak yang dibunuh. Di antaranya kedua anak Zainab, yang juga anak tiri Rasulullah Saw. Keduanya dibawa dan diletakkan di depannya dalam keadaan terbunuh. Lalu dia mengucapkan:
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali." (QS Al-Baqarah [2]: 156).
Demi Allah, musibah yang menimpa keduanya sangat berat bagiku. Yang ini lebih besar dari yang ini. Anak yang ini, dia duduk di rumahnya dan tidak ikut berperang, lalu ada orang yang masuk dan membunuhnya dengan kejam. Aku mengharapkan surga untuknya. Adapun anak yang ini, dia ikut berperang sampai terbunuh, aku tidak tahu dia akan mendapat apa!" Musibah padanya lebih besar bagi Zainab dalam masalah ini.[3]

Al-Syaima’
Al-Syaima' binti al-Harits bin Abdul Uzza adalah saudara sesusuan Rasulullah Saw. Dia juga yang mengasuh beliau bersama ibunya dan pernah memangkunya. Dari ayahnya, Wajzah al-Sa'di, Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa ketika al-Syaima' sampai di tempat Rasulullah Saw, dia berkata, "Wahai Rasulullah, aku saudaramu sesusuan!"
Rasulullah Saw bertanya, "Apa tandanya?"
Al-Syaima' berkata, "Bekas gigitanmu di punggungku saat aku memangkumu."
Rasulullah Saw mengenali tanda itu, lalu beliau mengeluarkan selendangnya dan berkata, "Ke mari lah." Lalu Nabi Saw menyuruhnya duduk di depannya dan memberi pilihan, "Kalau kau mau, kau bisa tinggal bersamaku sebagai wanita yang dicintai dan dihormati. Atau jika kau mau, aku akan memberi perhiasan dan kembalilah kau ke kaummu."
Al-Syaima' memilih, "Berilah aku perhiasan dan kembalikan aku ke kaumku." Maka Rasulullah Saw. memberinya perhiasan dan mengembalikannya ke kaumnya.
Dalam kitab "al-Isti'ab", Abu Umar bin Abdul Bar mengatakan bahwa pasukan berkuda Rasulullah Saw berperang ke Hawazin dan mengambil al-Syaima' bersama beberapa orang untuk dijadikan tawanan. Al-syaima' berkata kepada mereka, "Aku saudara perempuan sahabat kalian."
Ketika mereka membawanya  ke hadapan Nabi Saw, al-Syaima' berkata, "Wahai Muhamad, aku ini saudarimu." Lalu dia menunjukkan tanda yang dikenal oleh Rasulullah Saw. Maka Nabi Saw menyambutnya dan mengulurkan selendangnya lantas menyuruhnya duduk di hadapan beliau. Rasulullah Saw pun menangis dan mengucap, "Kalau kau mau, tinggallah bersamaku sebagai wanita yang dihormati dan dicintai. Atau jika kau mau, kembalilah  ke kaummu, aku akan mengirimmu ke sana."
Al-Syaima' lalu menyatakan, "Aku mau kembali ke kaumku." Lalu dia masuk Islam dan Rasulullah Saw memberinya tiga orang budak, unta dan kambing.
Muhamad bin al-Malik al-Azadi bercerita, "Al-Syaima menari ketika Rasulullah Saw masih kecil sambil berdendang:
Ya Tuhan kami, biarkan Muhamad bersama kami
Sampai aku melihatnya tumbuh remaja
Lalu aku melihatnya menjadi pemimpin yang diikuti
Tahanlah musuh dan orang yang iri padanya
Berikanlah kepadanya kemuliaan untuk selamanya
Al-Azadi menuturkan bahwa Abu Urwah al-Azadi ketika bersenandung dengan syair ini, berkata, "Alangkah bagusnya doa yang diijabahi oleh Allah!"


[1]HR Ibn Hibban (4234), Hakim (4/603).
[2]HR Ahmad (3/80, 85), Abu Dawud (2459).
[3]Al-Isti’âb (4/320).

No comments:

Post a Comment