Friday, February 14, 2014

Sarah dan Penguasa Mesir


Diceritakan oleh Abu Hurairah r.a., dia berkata, Rasulullah Saw bersabda bahwa Nabi Ibrahim a.s. tidak pernah berdusta kecuali tiga kali: Dua kali yang berkaitan dengan Dzat Allah  SWT, yaitu melalui ucapannya: “Aku sakit” dan “Tetapi yang besar ini yang melakukannya” dan sekali dalam kaitannya dengan Sarah. Suatu hari, bersama Sarah yang cantik jelita, Nabi Ibrahim datang ke sebuah negeri yang dikuasai orang dzalim. Ibrahim berkata pada Sarah, "Penguasa ini kalau tahu kau adalah istriku, dia akan mengambilmu dariku. Maka bila nanti dia bertanya, jawab saja kau ini saudariku. Bukankah kau adalah saudariku dalam Islam, karena aku tidak tahu siapa lagi yang Muslim di muka bumi ini selain engkau dan aku."
Ketika dia memasuki daerah tersebut, orang-orang penguasa daerah itu melihatnya. Lalu mereka menyampaikan kepada rajanya, "Telah datang di wilayahmu seorang wanita yang amat pantas menjadi istrimu."
Lalu raja itu mengirim utusan dan membawa Sarah menghadapnya. Sedangkan Ibrahim a.s. saat itu tengah melakukan ibadah shalat. Saat Sarah menghadap, sang raja tak kuasa untuk tidak mengulurkan tangannya. Kemudian Sarah dengan sangat erat menggenggam tangannya. Sang raja pun berkata pada Sarah, "Berdoa'lah kepada Allah agar dia melepaskan tanganku dan aku tidak menyakitimu."
Lantas Sarah menuruti permintaan raja dan dia kembali menggenggam tangan raja itu. Kali ini lebih keras daripada yang pertama. Raja pun mengulangi ucapannya yang tadi dan Sarah juga melakukannya serta kembali menggenggam tangan raja lebih kuat dibandingkan dengan dua genggaman sebelumnya. Kemudian raja berkata, "Mintalah pada Allah agar Dia melepaskan tanganku. Dia akan menjadi saksi bahwa aku tidak akan menyakitimu."
Sarah melakukannya dan melepas tangan raja. Selanjutnya raja memanggil orang yang telah membawa Sarah dan berkata kepadanya, "Engkau telah membawa syaitan. Dia bukan manusia. Keluarkan dia dari wilayahku dan berikan dia kepada Hajar."
Setelah itu, dia berjalan. Ketika Ibrahim a.s. melihatnya, Ibrahim menoleh dan bertanya, "Bagaimana keadaanmu?"
Sarah menjawab, "Baik, Allah telah menahan tangan orang yang jahat dan memberiku seorang pembantu."
Abu Hurairah berkata, "Itulah ibu kalian, wahai anak air langit (penduduk Arab)."[1]

Wanita Pertama yang Beriman kepada Nabi Saw.
Tersebutlah nama Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin Qushay al-Qurasiyyah al-Asadiyyah. Dia adalah istri Nabi Saw. Dan dia merupakan wanita yang pertama kali membenarkan kenabian Muhamad Saw secara mutlak. Sebelum kenabian, Khadijah bergelar al-Thâhirah (perempuan suci). Dia sangat kaya dan ingin menikahi Muhamad Saw semenjak beliau belum diutus menjadi Nabi. Ketertarikan Khadijah, selain karena Muhamad Saw memiliki rupa yang menawan dan akhlak yang mulia, juga lantaran dia telah memperoleh cerita dari pembantunya, Maisarah, mengenai tanda-tanda kenabian yang dimiliki Muhamad melalui pengakuan seorang pendeta Buhaira. Cerita ini didapat Maisarah tatkala mereka berdua pergi berdagang dengan membawa barang dagangan milik Khadijah ke Syam. Pada akhirnya, Khadijah r.a. kemudian menikahi Nabi Muhamad dan kemudian melahirkan seluruh putra-putri Nabi kecuali Ibrahim.
Di antara peran terbesar Khadijah dalam mendukung Nabi adalah ketika wahyu mulai turun. Dia lah yang menguatkan hati Nabi untuk menerima apa yang diturunkan Allah SWT kepadanya. Nabi mengadu kepada Khadijah, "Aku khawatir terhadap diriku wahai istriku."
Khadijah berkata, "Tenang saja, wahai suamiku. Allah tidak akan menyia-nyiakanmu untuk selamanya. Karena engkau suka menyambung tali silaturrahim, menanggung kesulitan, menghormati tamu dan memperjuangkan kebenaran."
Kemudian Khadijah membawa Nabi ke rumah pamannya, Waraqah bin Naufal, yang beragama Kristen. Beliau sudah sangat tua dan buta. Waraqah bertanya kepada Nabi Saw. "Wahai anak saudaraku, apa yang kamu lihat?" Nabi lalu menceritakan berita tentang wahyu yang beliau terima. Lantas Waraqah berkata, "Itulah namus (wahyu) yang Allah turunkan pada Musa. Andai saja aku masih muda dan masih hidup di saat kau esok diusir oleh kaummu."
Spontan Nabi Saw bertanya, "Apakah mereka akan mengusirku?"
Waraqah menjawab, "Ya. Tidak ada seorangpun membawa wahyu sepertimu kecuali akan dimusuhi. Kalau aku masih hidup saat itu, aku akan menolongmu sekuat tenaga." Kemudian Waraqah wafat sebelum menyaksikan hal itu.[2]
Khadijah r.a. adalah orang yang pertama beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dia juga membenarkan risalah yang dibawa oleh Nabi sehingga ini amat meringankan beban beliau. Setiap kali beliau mendapat jawaban yang tidak mengenakkan dari kaumnya, beliau kembali ke Khadijah dan dia selalu menguatkan hati Nabi serta mengabaikan penolakan orang-orang kafir Quraisy.  
Oleh sebab itu, Rasulullah selalu menyebut kebaikannya bahkan setelah Khadijah telah tiada. Aisyah r.a. bercerita, "Hampir setiap kali keluar rumah, Rasulullah selalu menyebut Khadijah dan memujinya. Suatu hari, beliau menyebutnya dan itu membuatku cemburu. Sampai aku berucap, Dia hanyalah wanita tua dan Allah telah mengganti dengan yang lebih baik daripadanya. Mendengar ucapanku itu, Nabi marah dan berkata, Tidak. Demi Allah, Allah  tidak menggantinya dengan wanita yang lebih baik daripadanya. Dia beriman kepadaku di saat orang lain mengingkariku. Dia membenarkan risalah yang aku bawa di saat orang lain mendustakannya. Dia mendukungku dengan hartanya di saat orang lain tidak mau membantuku. Dan Allah  mengkaruniaiku anak darinya dan bukan dari yang lain."[3]
Anda tidak usah heran jika Anda mendapati seluruh cinta Nabi tercurah untuk istrinya yang setia ini dan Anda juga tidak perlu heran dengan pujian Nabi yang beliau berikan kepadanya.
Aisyah r.a. bertutur, "Nabi tidak menikah lagi di saat khadijah masih hidup hingga dia wafat." Kata Aisyah lebih lanjut, "Aku belum pernah bertemu Khadijah dan aku belum pernah cemburu kepada istri Nabi yang lain sebesar rasa cemburuku kepadanya. Hal itu karena Nabi sering kali menyebutnya."[4]
Salam Allah untuk Khadijah al-Thâhirah yang disampikan Nabi kepadanya melalui Jibril, "Sesungguhnya Allah memberi salam untuk Khadijah." Lantas Khadijah menjawab, "Sesungguhnya Allah  Maha Memberi keselamatan. Bagi-Nya keselamatan, rahmat dan keberkahan-Nya."[5]
Selamat untuknya yang telah mendapat tempat di surga seperti yang telah dikabarkan oleh Jibril berupa rumah dari permata yang tidak ada suara gaduh dan bising. [6]


[1]Hadits shahih, HR Muslim (15/122-125), Bukhari (3358) secara marfu' dari Abu Hurairah. Lihat juga, Imam Ahmad (2/403), Imam Tirmidzi (3166) dan lain-lain.
[2]Al-Bukhari (3), Muslim (160), Ahmad (6/223, 233) Al-Hakim (3/ 183, 184).
[3]Lihat kitab Al-Ishâbah (4/283), al-Isti'âb (4/287) Musnad Ahmad (6/117, 118), Siyar A'lâm al-Nubalâ' (3/421).
[4]Al-Hakim (3/176).
[5]Al-Hakim (3/176).
[6]Al-Bukhari (3820), Muslim (2432), Ahmad (2/231), Al-Hakim (3/185) dari Abu Hurairah.

No comments:

Post a Comment