Tuesday, April 29, 2014

Engkau Simpan Rahasia dan Aibku



Dikisahkan oleh Muhamad bin Zaid bahwa dirinya mendengar Dzunun berkata, "Aku melakukan ibadah haji di Baitullah al-Haram, lalu ketika aku melakukan thawaf, tiba-tiba aku melihat seorang bergelayut di dinding Ka'bah. Dia menangis dan berkata di sela-sela tangisnya, Aku sembunyikan musibahku dari selain-Mu, aku beberkan rahasiaku pada-Mu, aku sibuk dengan-Mu daripada selain-Mu, aku heran pada orang yang mengenalmu bagaimana dia melupakan-Mu? Juga pada orang yang merasakan cinta-Mu, bagaimana dia berani pada-Mu? Kemudian dia menyerahkan dirinya dan berujar, Dia telah menunda menghukummu, lalu kenapa kau tidak takut? Dia menutupi aibmu, lalu kenapa kau tidak malu?  Dia menyuguhkan manisnya munajat, lalu kenapa kau tidak peduli? Kemudian dia berkata, Kekasih, bagaimana aku ketika aku berdiri di hadapan-Mu, kantuk menyerangku dan manisnya beribadah menahanku? Lalu dia berkata:
Hatiku takut berpisah dan aku tidak menemukan
Sesuatu yang lebih pahit dan lebih sakit dari perpisahan
Cukuplah perpisahan, Dia memisahkan antara kita
Dan selama itu aku merasa bersedih hati
Dia berkata, "Aku tidak sanggup mendatangi Ka'bah dengan bersembunyi." Ketika dia merasakan kehadiranku, dia mengangkat selendang yang menutupinya dan berucap, "Dzunun, tundukkan pandanganmu karena aku ini haram kau lihat." Aku baru tahu kalau dia seorang wanita. Lalu aku berkata, "Demi Allah, kata-katanya menyibukkanku dari semua yang telah aku lalui." Dia berkata, "Lalu kenapa kau diberi kesehatan oleh Allah? Tidakkah kau tahu bahwa Allah memiliki hamba-hamba yang tidak sibuk dengan selain-Nya dan tidak condong untuk mengingat selain-Nya?"

Menyembunyikan Cinta
Dzunun al-Mishri meriwayatkan, "Aku sedang melakukan ibadah thawaf, lalu aku mendengar suara yang lirih. Ternyata seorang jariyah yang bergelayut di dinding Ka'bah. Jariyah itu berkata:
Engkau tahu wahai Kekasih
Dari Kekasihku Kau tahu
Tubuh dan air mata berusaha
Membeberkan rahasiaku
Kekasih, aku telah menyembunyikan
Cinta, sehingga dadaku sesak
Dzunun bertutur, "Aku kagum pada apa yang aku dengar, lalu dia berteriak dan menangis, lalu mengucap, Tuhanku, dengan cinta-Mu kepadaku, ampunilah dosaku." Kata Dzunun lanjut, "Ucapannya membuatku heran, lalu aku berkata, Wahai jariyah, tidakkah cukup kau katakan, demi cintaku padamu, bukan demi cinta-Mu padaku? Dia menjawab, Pergilah kau, Dzunun. Tidakkah kau tahu bahwa Allah SWT memiliki satu kaum yang dicintai-Nya sebelum mereka mencintai-Nya? Tidakkah yang mendengar firman Allah SWT:
"Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya." (QS Al-Maidah [5]: 54).
Cinta-Nya mendahului cinta mereka. Dzunun menjawab, "Dari mana kau tahu kalau aku ini Dzunun?" Dia berkata, "Wahai penganggur, hati ini telah bersinar di tempat rahasia, maka aku mengenalimu." Ujarnya lanjut, "Lihatlah ke belakangmu." Lalu Dzunun menoleh, dan aku tidak tahu langit atau bumi yang telah menelannya, wanita itu telah lenyap.

Mencintai Allah SWT
Dzunun al-Mishri berkata bahwa ketika dirinya berjalan ke sebuah kampung badui, dia melihat seorang wanita yang ahli ibadah. Ketika mendekati, wanita itu memberi salam kepadanya, lalu Dzunun menjawab salamnya. Lalu wanita itu bertanya, "Dari mana kau datang?" Dzunun menjawab, "Dari seorang yang bijaksana yang tidak ada bandingannya." Dia berteriak dan berkata, "Celaka kau, bagaimana kau meninggalkan-Nya sedangkan Dia teman bagi orang yang terasing?" Hati Dzunun sakit mendengar ucapannya dan menangis. Wanita itu bertanya, "Kenapa kau menangis?" Jawab Dzunun, "Obat sampai pada penyakit dan cepat sekali sembuh." Wanita itu berujar, "Kalau kau benar, kenapa kau menangis?" Dzunun menjawab, "Orang yang benar tidak boleh menangis?" Dia berkata, "Tidak, karena tangisan adalah kesenangan hati dan ini adalah sebuah kekurangan menurut orang yang berakal."
Dzunun memohon, "Ajari aku sesuatu yang bermanfaat untukku." Dia menjawab, "Celaka kau, apakah manfaat dari Yang Maha bijaksana tidak cukup bagimu sehingga kau meminta tambahan?" Dzunun berkata, "Kalau kau mau mengajariku sesuatu, aku akan melakukannya." Lalu dia berkata, "Berkhidmahlah pada Tuhanmu karena rindu bertemu dengan-Nya. Karena Dia memiliki satu hari di mana Dia akan muncul pada para wali-Nya. Dia memberi mereka minum di dunia dengan cinta-Nya sehingga mereka tidak akan pernah haus untuk selamanya." Kemudian dia menangis dan berkata, "Tuhanku, sampai kapan Kau biarkan aku di negeri yang tidak aku temukan orang yang menolongku dari musibahku?" Kemudian dia pergi dan berkata:
Jika obat hamba adalah cinta tuannya
Apakah selainnya bisa diharapkan menjadi dokter yang menyembuhkan?
Ahmad bin Muhamad bin Masruq menuturkan bahwa dirinya mendengar Dzunun al-Mishri bercerita, "Ketika aku berjalan dalam sebuah perjalanan, aku melihat seorang wanita.” Lalu wanita itu bertanya, "Dari mana kau datang?" Dzunun menjawab, "Aku orang asing." Dia berteriak dan berkata, "Celaka kau, apakah bersama Allah ada tangisan orang yang terasing sedangkan Dia teman bagi orang yang terasing dan Penolong orang-orang miskin?" Lalu Dzunun menangis. Dia bertanya, "Kenapa kau menangis?" Dzunun menjawab, "Obat sampai pada penyakit dan cepat sekali sembuh." Dia berkata, "Kalau kau benar, kenapa kau menangis?" Jawab Dzunun, "Orang yang benar tidak boleh menangis?" Dia berujar, "Tidak, karena tangisan adalah kesenangan hati dan tempat berlindung dari-Nya. Hati tidak menyembunyikan sesuatu yang lebih pantas selain kesedihan dan isak tangis. Jika air mata tumpah, hati akan senang dan ini adalah sebuah kekurangan menurut orang yang berakal." Dzunun merasa kagum dengan ucapannya.
Lalu dia bertanya, "Kenapa kau?" Dzunun menjawab, "Aku kagum pada ucapanmu." Dia berkata, "Kau telah lupa pada luka yang tadi aku tanyakan?" Dzunun berujar, "Tidak, ajarilah aku sesuatu yang bermanfaat untukku. Dia berkata, "Celaka kau, apakah manfaat dari Yang Maha bijaksana tidak cukup bagimu sehingga kau meminta tambahan?" Dzunun berucap, "Tidak, aku tidak merasa cukup untuk meminta tambahan?" Dia bertutur, "Kau benar. Cintai Tuhanmu dan rindukan Dia karena Dia memiliki satu hari di mana Dia akan muncul di atas Kursi kemuliaan-Nya pada para wali-Nya dan kekasih-Nya, lalu Dia memberi mereka minum di dunia dengan cinta-Nya sehingga mereka tidak akan pernah haus untuk selamanya." Kemudian dia menangis dan terisak sambil berkata, "Tuhanku, sampai kapan Kau biarkan aku di negeri yang tidak aku temukan orang yang menolongku dari tangis sepanjang umurku?" Kemudian dia meninggalkan Dzunun dan pergi.

No comments:

Post a Comment