Thursday, May 29, 2014

MEMBANGUN JAMINAN SOSIAL MENUJU NEGARA KESEJAHTERAAN

MEMBANGUN JAMINAN SOSIAL MENUJU NEGARA KESEJAHTERAAN
Penulis : Hotbonar Sinaga
Editor : Mohammad Dimyati & Paulus S. Fajar
Art Design : Agus Solikin
Diterbitkan oleh :
CV. Java Media Network (Anggota IKAPI)
Jl. Pulo Kamboja Raya No. 41 G
Kemandoran I
Kebayoran Lama, Jakarta 12210

Cetakan Pertama,
Mei 2009

14 x 21 cm, x + 338 halaman



Harapan mewujudkan Indonesia menjadi sebuah Negara Kesejahteraan (Welfare State) sebagaimana dicita-citakan para tokoh pendiri, menjadi pesan utama dalam buku "Membangun Jaminan Sosial Menuju Negara Kesejahteraan" yang ditulis Hotbonar Sinaga, Direktur PT (Persero) Jamsostek.

Negara dikatakan sejahtera jika kalangan petani, nelayan, pedagang kaki lima (PKL), sopir, tukang ojek, kaum pengangguran yang terimbas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bahkan para lanjut usia (lansia) yang jumlahnya diprediksi mencapai 65 juta jiwa bisa menikmati kehidupan yang jauh lebih baik dari kondisi yang ada saat ini, demikian Bonar dalam buku itu.

Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam rangka memberikan jaminan sosial kepada rakyat, pemerintah perlu mengambil kebijakan radikal berupa memobilisasi dana jangka panjang dalam jumlah yang cukup besar secara bertahap kepada empat Badan Penyelenggara Jaminan Nasional (BPJS).

Dalam buku terbitan CV Java Media Network, Mei 2009, disebutkan, empat BPJS itu yakni PT Jamsostek, PT Taspen, PT Askes Indonesia, dan ASABRI.

Melalui empat lembaga BPJS itulah, para tenaga kerja informal seperti petani, nelayan dan lainnya mendapatkan jaminan sosial berupa jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

Pemupukan modal untuk program jaminan sosial, di samping sangat bermanfaat bagi rakyat terutama pekerja di sektor informal, juga terbukti efektif mendukung program pembangunan infrastruktur, memperluas lapangan kerja, menekan angka kemiskinan dan meningkatkan daya tahan negara menghadapi badai krisis ekonomi keuangan global.

Praktek seperti itu telah dilakukan sejumlah negara seperti negara tetangga Malaysia dan Singapura, negara-negara di Amerika Latin seperti Cili dan negara-negara di benua Eropa yang telah menginvestasikan dana dalam jumlah yang sangat besar sejak tahun 1950-an untuk program jaminan sosial bagi warganya.

Sebagai contoh, Singapura pada tahun 2003 memiliki cadangan dana sebesar Rp500 triliun untuk pembayaran program tunjangan hari tua. Dalam tahun yang sama, PT Jamsostek hanya memiliki cadangan dana sekitar Rp30 triliun untuk mengelola empat program pokoknya.

Hingga tahun 2009, empat BPJS yang dibentuk pemerintah berdasarkan UU No 40 tahun 2004 itu baru memiliki cadangan modal sebesar Rp111,04 triliun dengan cakupan kepersertaan jutaan orang. Bandingkan dengan Singapura dan Malaysia yang memiliki cadangan modal untuk program jaminan sosial masing-masing Rp800 triliun - Rp900 triliun dan Rp600 triliun - Rp700 triliun.

Dengan segudang pengalaman sebagai dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia, Hotbonar dalam tulisannya juga ingin mengingatkan semua pihak terutama empat BPJS agar dapat mengelola dana negara melalui program jaminan sosial secara transparan dengan mengedepankan prinsip "good governance" dan juga mempertimbangkan berbagai faktor risiko.

Buku yang merupakan kompilasi tulisan Hotbonar pada sejumlah media massa di tanah air sejak Oktober 2005 hingga April 2009 itu juga mengupas secara rinci pentingnya program asuransi, prospek dan tantangan perusahaan asuransi di Indonesia.

Topik asuransi syari`ah yang kini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dengan berbagai keunggulannya dibanding dengan produk asuransi konvensional disertai tips praktis dalam memilih produk asuransi sudah tentu dapat menjadi inspirasi dan bahan perbandingan bagi siapapun yang ingin berinvestasi dalam bidang ini.

Keunggulan buku kedua karya Hotbonar ini terletak pada bagian akhir yang berkisah seputar kegiatan ibadah puasa di bulan ramadhan dan merayakan hari Idul Fitri sebagai hari kemenangan bagi kaum muslim dan muslimat.

Kedua kisah itu menuntun sekaligus mengajak setiap pembaca agar kembali ke kehidupan spiritualitas yang menyadari kebesaran Sang Ilahi sebagai sumber dan jaminan utama untuk mewujudkan kesejahteraan sosial di negeri ini. (Evarianus. M. Supar)

No comments:

Post a Comment