Thursday, February 14, 2013

Kinerja Tiga Tahun Kepemimpinan Undunsyah



Kepemimpinan itu terkait dengan kecerdasan, sifat dapat dipercaya, rasa kemanusiaan, keberanian dan disiplin.
Sun Tzu, Ahli Strategi Perang dari Cina

TIDENG PALE (baca: Tidung Pala). Kota kecil mungil yang kini menjadi ibukota Kabupaten Tana Tidung atau lebih akrab disebut KTT. Kabupaten ini dibentuk tanggal 17 Juli 2007 dengan pelantikan pejabat bupati pertamanya pada tanggal 18 Januari 2010.
Tideng Pale adalah ‘kota’ kecil yang cukup dengan berjalan kaki saja Anda dapat mengitari hampir setiap sudut dan relung-relung di dalamnya. Menyusuri setiap sudutnya, Anda akan disuguhi potret daerah yang tengah menggeliat berbenah. Terlihat beberapa konstruksi bangunan yang sedang dikerjakan, terlihat alat berat yang sedang meratakan jalan dan terpampang pula beberapa papan plakat yang menerangkan bakal dibangunnya bangunan mewah di areal yang masih kosong.
Kabupaten Tana Tidung memiliki luas 4.828,58 Km2, terdiri dari tiga kecamatan: Sesayap, Sesayap Hilir dan Tana Lia. Sebagian besar wilayah kabupaten yang merupakan hasil proses pemekaran dari induk Kabupaten Bulungan ini masih berupa hutan belantara dan kawasan budidaya kehutanan yang kewenangan pengelolaan di tangan pemerintah pusat (Kementerian Kehutanan).
Akses transportasi buat menuju ke wilayah kabupaten berpenduduk asli Suku Tidung dan Suku Dayak Berusu ini masih relatif terbatas. Dari kota Tarakan, terutama melalui jalur perairan, dapat dijangkau menggunakan armada kapal cepat (speed boat) dengan waktu tempuh dua jam perjalanan dan ongkos sekitar Rp150.000 per penumpang. Sementara jalur darat dapat ditempuh melalui ibukota kabupaten Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan) ataupun dari kota kabupaten Malinau. Untuk transportasi dalam kota, saat ini masih mengandalkan alat transportasi roda dua atau ojek.
Tideng Pale menjadi terasa ramai karena proses perekrutan tenaga pegawai negeri sipil (PNS) untuk menduduki pos-pos pemerintahan yang memang baru berbenah. Tidak mengherankan, bila kota kecil ini ramai wara-wiri pegawai pemerintahan. Ramai pula dengan transportasi mobil berplat merah nan mewah yang kontras di antara debu jalanan dan rumah penduduk yang masih amat sederhana. Jelas, masih banyak yang harus didandani dan dibenahi di kabupaten yang baru terbentuk tahun 2007 ini. Suara sumbang acap terdengar dari pendatang yang menilai betapa belum layaknya Tideng Pale disebut sebagai ibukota kabupaten. Namun Bupati Undunsyah telah berpikir jauh ke depan, bahwa pemekaran wilayah merupakan salah satu cara daerah untuk lebih cepat berbenah mengejar ketertinggalan, menggiatkan semua sektor pembangunan dan berusaha menterjemahkan arti pemerataan dengan lebih menyentuh ke lapisan terbawah masyarakat.
Nama Tideng Pale diambil dari bahasa Tidung. Tideng berarti gunung, sementara Pale berarti tawar atau hambar. Tideng Pale berarti “Gunung Hambar”. Gunung hambar (bukit hambar) adalah sebuah bukit yang di kaki bukitnya mengalir Sungai Sesayap yang bilamana musim kemarau, air sungai ini akan tercampur dengan air laut. Sebab itu, daerah ini disebut sebagai daerah pembatas antara air asin dan air tawar.
Di tengah kesederhanaan kondisi Kabupaten Tana Tidung, saat ini banyak peluang usaha yang semakin terbuka. Kini sedikitnya tengah beroperasi 15 perusahaan pertambangan, terdapat dua perusahaan pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dan HTI (Hutan Tanaman Industri) dengan luas lebih dari 283.000 hektar. Di sektor perkebunanan tercatat lima perusahaan perkebunan kelapa sawit berskala nasional yang telah mengajukan IUP (Izin Usaha Perkebunan) dengan total areal yang bakal dikembangkan seluas 61.200 hektar. Kemudian di sektor kelautan, kabupaten ini memiliki potensi pengembangan hasil laut berupa tani tambak udang, kepiting dan ikan. Data tahun 2008 menyebutkan nilai produksi perikanan di kabupaten ini mencapai angka Rp7,24 triliun.

A. Kondisi Alam dan Perekonomian
Hampir sebagian besar wilayah Kabupaten Tana Tidung berupa hutan belantara dan Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK). Karena itu, penggunaan lahan di Kabupaten Tana Tidung masih didominasi oleh sektor kehutanan. Sekitar 59,54% wilayah kabupaten ini adalah hutan (baik hutan lindung maupun hutan negara), dan sebagian lagi digunakan untuk pertanian melalui pola pengelolaan konsesi. Selain peruntukan hutan dan pertanian tersebut, lahan juga digunakan sebagai kawasan konservasi, bufer zone, dan pusat pemerintahan. Kemudian sebagian lagi digunakan buat area pembangunan infrastruktur dan pemukiman warga (desa). Tata guna tanah di kabupaten Tana Tidung secara agak terperinci dapat dilihat pada berikut:
Tabel 7.1
Rencana Tata Guna Tanah di Kabupaten Tana Tidung
(padu serasi 1999)

No
Fungsi
Ha
%
1
Kawasan Lindung
11.030
0,23
2
Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK)
190.300
39,4
3
Kawasan Budidaya Non-Kehutanan (KBNK)
154.900
32,1
4
Tubuh Air
4.158,1
0,08
5
Konservasi Hutan Gunung Rian
9.763
10,47
6
Luas Laut
505.71
10,47
7
Lain-lain (perairan/DAS)
112.201
23,23

Luas Total Kabupaten Tana Tidung
482.858
100
Sumber: Kabupaten Tana Tidung 2009
Hutan di wilayah Kabupaten Tana Tidung  mencapai luas 246.505 Ha yang terbagi dalam empat kelompok jenis hutan, yaitu hutan lindung, hutan produksi tetap, hutan produksi tidak tetap, dan hutan lainnya/budidaya. Berikut rincian tata guna hutan di Kabupaten Tana Tidung:
Tabel 7.2
Jenis Kawasan Hutan Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010

Jenis Hutan
Luas (Ha)
1)    Hutan Lindung
10 000
2)    Hutan Suaka Alam Margasatwa
0
3)    Hutan Produksi Tetap
147 885
4)    Hutan Produksi Terbatas
10 000
5)    Hutan Lainya/Kawasan Budidaya Non Kehutanan
78 620
Jumlah
246.505
Sumber: Kabupaten Tana Tidung 2009

Kabupaten Tana Tidung merupakan wilayah yang relatif kaya Sumber Daya Alam (SDA). Wilayah kaya akan minyak bumi dan gas, batubara, emas, sumberdaya hutan, ketersediaan lahan perkebunan, dan wilayah perairan yang luas.
Secara geo-ekonomis, Kabupaten Tana Tidung berada di tengah-tengah antara Kota Tarakan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan yang merupakan jalur strategis perekonomian. Berada pada jalur poros tengah wilayah utara yang menghubungkan Tarakan, Bulungan, Malinau, dan Nunukan (Serawak-Sabah). Potensi perairan di Kabupaten Tana Tidung dengan zona Laut Sulawesi seluas 297.813 km2 terbagi menjadi beberapa wilayah, dengan wilayah penangkapan di pantai seluas 45.000 km2, Hutan Mangrove yang dikonversi untuk budidaya air payau seluas 10 Ha, dan Perairan Umum seluas 180.000 Ha.

B. Parameter Keberhasilan
Berdasarkan potensi, visi, misi, strategi dan kebijakan, pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Tana Tidung sangat tergantungan pada enam faktor parameter keberhasilan, yaitu:
1. Tingginya kualitas pelayanan publik, terutama pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Tingkat kualitas pelayanan publik merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Sebab itu, pelayanan publik yang menjadi salah satu fungsi dan tugas utama pemerintah daerah harus ditingkatkan kualitasnya seiring dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Kualitas pelayanan publik memiliki implikasi yang sangat luas dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat.
Pemberian pelayanan publik yang berorientasi pada kekuasaan pada beberapa tahun yang lalu telah membentuk sikap dan perilaku birokrasi yang cenderung mengabaikan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Kondisi tersebut mengakibatkan rapuhnya kepercayaan dan legitimasi pemerintah dan birokrasinya di mata publik.
Berkenaan dengan hal tersebut, penyelengaraan pelayanan publik harus dibenahi dan ditingkatkan kualitasnya ke arah pelayanan masyarakat yang responsif dan sensitif terhadap kepentingan masyarakat, sehingga “image” pemerintah di mata masyarakat dapat terangkat.
Kualitas pelayanan publik tidak hanya memiliki keterkaitan dengan efesiensi, efektivitas, dan responsibilitas pelayanan namun juga sangat terkait dengan akuntabilitas, transparansi, dan keadilan. Karena itu, pemberian pelayanan publik harus mendasarkan diri pada prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance) dan standar minimum dalam pemberian pelayanan publik. Artinya, pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan yang menjadi hak masyarakat tanpa harus diminta.
2. Pemberdayaan masyarakat miskin.
Ukuran dan kriteria keberhasilan pembangunan pemerintah daerah adalah ditandai dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang berarti adanya penurunan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Tana Tidung. Penurunan keluarga miskin ini merupakan faktor terpenting, sebab itu harus selalu diupayakan dengan berbagai strategi kebijakan khusus melalui lintas instansi dan lintas program. Upaya penurunan jumlah keluarga miskin dicapai melalui pendekatan pemberdayaan dan perbaikan semua potensi ekonomi dengan pemberian pelatihan keterampilan, peningkatan akses ke sumber daya, dan bantuan modal usaha produktif, serta bantuan pemasaran sehingga terjadi  peningkatan aktivitas kehidupan ekonomi bagi penduduk miskin. Melalui pemberdayaan potensi yang ada diharapkan jumlah penduduk miskin  secara bertahap akan berkurang.
3. Tingginya kontribusi pendapatan daerah dalam pembangunan daerah.
Keberhasilan dan kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Tana Tidung tidak dapat lepas dari sumber-sumber keuangan atau pendapatan yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Tana Tidung.
Salah satu sumber pendapatan daerah yang penting adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terlihat dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya walaupun jika dibandingkan dengan jumlah APBD masih terlalu kecil prosentasenya.
Potensi peningkatan PAD sebenarnya masih mempunyai banyak peluang untuk digali baik dengan cara intensifikasi ataupun ekstensifikasi, sehingga dapat dikembangkan sumber-sumber baru PAD  bagi Kabupaten Tana Tidung. Upaya nyata untuk menciptakan sumber-sumber PAD baru, pemerintah daerah harus meningkatkan kualitas kebijakannya khususnya dalam menciptakan aktivitas pertumbuhan ekonomi di semua wilayah di Kabupaten Tana Tidung. Melalui cara demikian akan tercipta lapangan usaha baru, pekerjaan baru, dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan PAD.
4. Tersedianya data yang akurat dan mutakhir.
Ketersediaan data yang akurat merupakan faktor penting dan memiliki nilai yang strategis dalam pencapaian visi dan misi Pemerintah Kabupaten Tana Tidung. Data yang akurat dan mutakhir merupakan informasi dasar yang sangat menentukan penyusunan kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan pembangunan di Kabupaten Tana Tidung.
Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, informasi memiliki posisi strategis untuk merealisasikan terwujudnya kebijakan pemerintah yang responsif, cermat, dan tepat sasaran. Semangat desentralisasi dalam otonomi daerah menuntut Pemerintah Daerah lebih mendaya-gunakan dan mengembangkan potensi daerah. Dengan adanya tuntutan tersebut, mau tidak mau daerah memerlukan data potensi dan kondisi daerah yang obyektif, akurat dan aktual, sebagai bahan informasi memperkuat kebijakan daerah. Hal tersebut dikarenakan suatu informasi tidak akan bernilai tanpa didukung data. Informasi yang baik dan berbobot hanyalah informasi yang didukung oleh data.
Penggunaan data yang salah akan menghasilkan informasi yang salah dan sudah barang tentu akan mewujudkan kebijakan/keputusan yang salah pula. Selain hal tersebut, keputusan yang baik hanya berasal dari pembuat keputusan yang baik (jujur, berani, obyektif, dan tahu persoalan) dan didukung dengan data yang obyektif, mewakili (representatif), memiliki akurasi tinggi, tepat waktu, dan relevan terhadap permasalahan yang dipecahkan. Apabila data yang digunakan sebagai input merupakan data yang salah maka apabila diproses akan menghasilkan output berupa informasi yang salah. Informasi yang salah akan menghasilkan keputusan yang salah pula sehingga tujuan yang diharapkan tidak dapat dicapai.
5. Tingginya peran serta masyarakat dan swasta dalam dunia usaha dan investasi.
Tingginya peran serta masyarakat dan swasta merupakan faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan pencapaian visi dan misi Pemerintah Kabupaten Tana Tidung, sebab peran serta masyarakat dan swasta merupakan subyek sekaligus obyek (terkena dampak) pembangunan dengan multi-peran yang diembannya sebagai perencana, pelaksana, evaluator, serta pengguna. Tingginya peran serta masyarakat dan swasta dalam dunia usaha dan investasi perlu diarahkan pada peningkatan kemampuan agar dapat tumbuh, berdaya saing, berdaya guna, dan berhasil guna. Kebijakan yang mendorong dan mempromosikan peran serta masyarakat dalam pembangunan di Kabupaten Tana Tidung harus diberi perhatian lebih supaya pihak masyarakat dan swasta terdorong dan tertarik berpartisipasi dalam investasi dan pembangunan daerah.
6. Jaminan keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif.
Jaminan keamanan merupakan faktor penting dan sangat mempengaruhi keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan apabila suasana keamanan dan ketertiban masyarakat tidak terwujud. Kondisi keamanan dan ketertiban yang kondusif mengandung pengertian suatu kondisi yang diciptakan agar masyarakat di berbagai lapisan merasa terlindungi, nyaman dan tidak ada gangguan apapun dalam kehidupan sehari-hari. Sebab itu, pemerintah Kabupaten Tana Tidung berupaya keras mewujudkan keamanan dan ketertiban dengan melibatkan masyarakat sehingga tercipta tingkat kesadaran hukum yang baik di Kabupaten Tana Tidung.
Upaya dan langkah-langkah taktis untuk mewujudkan  keamanan dan ketertiban masyarakat, adalah:
a) Menurunkan gangguan keamanan  terhadap masyarakat baik fisik maupun psikis;
b) Mendorong masyarakat agar sadar dan patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c) Melakukan penegakan hukum yang proporsional dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azazi manusia;
d) Menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap memperhatikan norma dan nilai-nilai budaya bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
e) Menyiagakan langkah-langkah preventif, preemtif, dan kuratif untuk mencegah, menghindarkan, atau mengatasi munculnya gerakan-gerakan atau isu-isu yang sensitif dan potensial menimbulkan keresahan atau gesekan di antara unsur-unsur masyarakat, khususnya yang bersinggungan dengan SARA, ketidakadilan, dan pelanggaran HAM.

C. Pencapaian-pencapaian Tiga Tahun Pembangunan
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung berusaha bekerja pada koridor visi, misi, strategi dan kebijakan yang bersandar pada prioritas faktor-faktor yang cukup berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan. Dengan taat pada koridor tersebut, dalam tiga tahun (2010-2012) kepemimpinan Bupati Undunsyah, telah tampak sejumlah kemajuan di beberapa bidang kehidupan masyarakat Tana Tidung. Mari kita simak kemajuan-kemajuan yang dicapai Kabupaten Tanah di bawah kepemimpinan Bupati Undunsyah dalam tiga tahun terakhir (2010-2012) berikut:
1. Perbaikan Kinerja Sektor Pendidikan.
Ketika Bupati Undunsyah mulai memimpin Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2010, anak-anak usia sekolah di wilayah ini baru mampu menikmat lama sekolah rata-rata 7,08 tahun. Angka ini kemudian naik menjadi 7,10 tahun pada tahun 2011dan pada 2012 mencapai angka 7,24 dari rencana target di angka 9 tahun . Target di angka 9 bukanlah hal yang muluk-muluk, karena angka 9 tahun merupakan angka rata-rata lama sekolah secara nasional. Angka rata-rata lama sekolah yang dicapai oleh anak-anak usia sekolah di Kabupaten Tanah Tidung di tahun 2012 masih jauh di bawah pencapaian Provinsi Kalimantan Timur yang berada pada angka 8,87 tahun. Sebab itu, Bupati Undunsyah mematok target angka 9 agar mampu ‘berlari’ mengejar ketertinggalan dari kabupaten-kabupaten lain. Bahkan, di akhir kepemimpinannya, dia menargetkan pencapaian angka lama sekolah 15 tahun.
Perkembangan yang cukup menggembirakan tampak pada Angka Partisipasi Murid (APM) SD dalam dua tahun belakangan (97,28% dan 92,14%) yang melebihi APM provinsi (96,77%) dan APM nasional (85,41%). Tahun 2012 Pemkab Tana Tidung menargetkan APM sebesar 98,5%. Untuk tingkat SLTP, tahun 2010 dan 2011, APM yang dicapai 83,76% dan 67,99%. Lalu tahun 2012 ditargetkan pencapaian APM 90,12%. Angka pencapaian tersebut tidak terlalu jauh dari angka APM SLTP nasional 2010 (75,64%) dan provinsi 2011 (85,25%). Dan APM SMU Kabupaten Tana Tidung berada pada angka 20,62% (2010), 47,14% (2011), dan tahun 2012 ditargetkan 78,1%. Bupati Undunsyah berobsesi angka APM itu terus meningkat sampai pada apa yang dicapai Provinsi Kalimantan Timur pada 2010, yakni 80,23%. Minimal target itu dapat digapai pada akhir masa kepemimpinannya pada tahun 2015.
Dari sisi Angka Melek Huruf (AMH) penduduk berumur lebih dari 15 tahun, tahun 2010 berada pada angka 89,05%, meningkat ke 89,93% pada 2011 dan ditargetkan 92,19% pada 2012. Bupati Undunsyah bersama segenap aparaturnya terus memacu agar mencapai AMH standar nasional 99,45% atau minimal standar provinsi 97,71% (2011). Salah satu langkah untuk mencapai hal itu adalah peningkatkan jumlah guru secara signifikan. Dalam tiga tahun berlakangan, jumlah guru SD tampak terdapat perkembangan: 288 orang, 312 orang dan 306 orang. Kemudian guru SLTP: 86 orang, 97 orang dan 96 orang. Dan guru SMU: 66 orang, 90 orang dan 89 orang. Selain menambah jumlah guru, guna meningkatkan kualitas guru atau pendidik, Dinas Pendidikan KTT melaksanaka kegiatan bimbingan teknis (bimtek) pembuatan karya tulis guru tingka SD. Tujuannya agar para pendidik dapat mengembangkan karya nyata atau prestasi tinggi dalam menunaikan tugas dan profesinya sebagai guru profesional. Pada tingkat lanjut, mereka diharapkan dapat menghasilkan anak didik ke arah yang lebih baik dan mampu mencapai masa depan yang gemilang.
“Pembuatan karya tulis ilmiah bagi guru mutlak harus dilakukan agar wawasan dan pengalaman lebih luas,” terang Wakil Bupati Markus. Untuk meningkatka mutu guru, kata Markus, juga diupayakan langkah-langkah meningkatkan kemampuan dan pengembangan keterampilan guru agar mampu sejajar dengan kualitas guru di kabupaten lain di wilayah Provinsi Kalimantan Timur.  
Masih dalam upaya meningkatkan kualitas guru, tahun 2012 Pemerintah KTT melakukan kerjasama dengan Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Kerjasama ini meliputi pelatihan, pengembangan dan penelitian. Harus diakui bahwa saat ini KTT merupakan wilayah kabupaten yang kaya akan sumberdaya alam namun tidak cukup mempunyai sumberdaya manusia yang mumpuni di bidang pendidikan. Setelah dicanangkan wajib belajar 18 tahun di KTT, Undunsyah menginginkan adanya kerjasama seperti program magang untuk tenaga pendidik di Tanah Tidung, selain itu juga menginginkan adanya kunjungan kerja untuk mendapatkan info-info serta pengalaman bagaimana membangun pendidikan di Jakarta --terutama UNJ.
Langkah lain buat memajukan sektor pendidikan adalah penambahan jumlah bangunan sekolah, namun sejauh ini belum bisa dilakukan secara optimal. Perkembangan jumlah bangunan sekolah dalam tiga tahun belakangan relatif stagnan.
Untuk mengejar ketertinggalan sektor pendidikan, pasangan Bupati Undunsyah dan Wakil Bupati Markus pun menempuh langkah cepat dengan membangun sekolah terpadu. Kendati alokasi anggaran di sektor pendidikan relatif terbatas, Pemkab Tana Tidung saat ini tengah menyelesaikan pembangunan TK dan SD Terpadu Unggulan di Kecamatan Tana Lia, SD dan SMP Unggulan Terpadu di Kecamatan Sesayap Hilir, serta SMP dan SMA Terpadu Unggulan di Kecamatan Sesayap. Dengan pembangunan sekolah semacam ini diharapkan bisa mempercepat peningkatan kualitas sumber daya manusia Tana Tidung. “Bila kita ingin SDM Kabupaten Tana Tidung punya nilai tambah dan berdaya saing tinggi, maka langkah kongkret yang harus ditempuh hanya dengan meningkatkan kualitas pendidikan,” ujar Wakil Bupati Markus.

2. Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat.
Tingat kualitas kesehatan masyarakat dapat dilihat dari indikator-indikator antara lain angka kematian bayi, umur harapan hidup, angka kematian ibu, dan prevalensi balita dengan gizi kurang/buruk. Indikator angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup relatif bagus, yakni angka 5 (2010) dan 20,7 (2011). Angka tersebut relatif lebih baik dibandingkan angka serupa secara nasional yang mencapai 34 (2011) dan provinsi yang berada pada angka 17,9 (2010). Bupati Undunsyah bertekad menggapai angka yang ditargetkan MDG’s pada 2015, yakni 19.
Selanjutnya umur harapan hidup, rata-rata mencapai umur 72,61 tahan (2010), 72,64 tahun (2011) dan target 72,9 tahun (2012). Angka ini hanya sedikit di bawah angka provinsi 73,4 tahun (2011) dan nasional (MDG’s) pada angka 73,7 tahun. Lalu angka kematian ibu, tahun 2010 belum ada data dan pada tahun 2011 mencapai 11 kematian per 100.000 ibu melahirkan. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan angka provinsi yang mencapai 171, nasional pada angka 228 dan target MDG’s 110.
Angka prevalensi gizi balita buruk di Kabupaten Tana Tidung relatif kurang bagus. Tahun 2010 berada pada angka 17 dan menurun pada angka 3,14 pada tahun 2011. Sementara target MDG’s adalah 18 dan angka provinsi (Kalimantan Timur) pada 17,1.
Untuk mengendalikan populasi penduduk, angka partisipasi ber-KB di kalangan pasangan usia produktif  lumayan tinggi, berturut-turut 79,05% (2010), 62,34% (2011) dan 82% (2012). Sedangkan angka tingkat provinsi Kalimantan Timur hanya bertengger di kisaran 57,90%.
Masih dari sisi perbaikan kualitas kesehatan, Pemerintah Kabupaten Tana Tidung bertekad meningkatkan rasio dokter per 100.000 penduduk sampai pada angka target Indonesia Sehat, yakni 40. Dalam tiga tahun terakhir, rasio dokter berada pada angka 19,3 (2010) dan 47,8 (2011-2012). Selain mengejar target Indonesia Sehat, sarana rumah sakit dan Puskesmas yang ada sekarang. Saat ini Pemkab Tana Tidung memiliki 1 RSUD, 3 Puskesmas 24 jam, 11 Puskesmas Pembantu, 9 Puskesmas Desa dan 31 Posyandu. Pada saat ini Pemkab tengah menyelesaikan pembangunan RSUD Tipe D.
Kemudian, pada tahun 2012, Dinas Kesehatan KTT, membentuk Desa Siaga di tiga kecamatan (Sesayap, Sesayap Hilir dan Tana Tidung). Dengan adanya Desa Siaga yang tersebar di tiga kecamatan tersebut, Pemerintah KTT berharap akan mampu mendorong masyarakat desa memahami arti penting kesehatan. Melalui program ini diharapkan masyarakat dapat berobat secara mudah. Tidak ada lagi alasan kekurangan dana, karena saat ini KTT telah menerapkan sistem kesehatan gratis.
Di desa yang menjadi percontohan program ini dibentuk kelompok-kelompok masyarakat yang memahami masalah kesehatan. Mereka inilah yang kemudian menjadi ujung tombak mewujudkan Desa Siaga. Selain memberikan pemahaman kepada warga yang belum mengetahui cara berperilaku hidup sehat, kelompok ini juga akan memberikan pertolongan awal kepada warga yang mengalami gangguan kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Desa Siaga merupakan desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah atau ancaman kesehatan di lingkungan masing-masing, termasuk bencana dan gawat darurat secara mandiri. Agar sebuah desa menjadi Desa Siaga, maka desa tersebut harus memiliki forum desa atau lembaga kemasyarakatan yang aktif dan didukung dengan sarana serta akses pelayanan kesehatan dasar. Sementara dalam perkembangannya, Desa Siaga akan meningkat dalam empat tahap pertumbuhan, yakni tahap pembinaan, tahap pertumbuhan, tahap perkembangan dan tahap paripurna.
Berkat sejumlah kebijakan pembangunan sosial-kesehatan yang dilaksanakan tiga tahun belakangan, tingkat kemiskinan di Kabupaten Tana Tidung relatif menurun dan di bawah angka nasional. Tingkat kemiskinan yang ada tergambar: 15,42% (2009), 13,89% (2010), 11,41% (2011) dan 7,00% (2012). Angka pada 2012 relatif lebih baik daripada angka nasional yang berada pada 13,33% dan hanya sedikit di bawah angka provinsi 7,66%.
Pemkab Tana Tidung terus berusaha memperbaiki derajat dan kesejahteraan masyarakat miskin dengan menggelontorkan berbagai program pembangunan, antara lain pemberian pelatihan keterampilan, peningkatan akses ke sumber daya, bantuan modal usaha produktif, dan bantuan pemasaran. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan jumlah warga masyarakat miskin terus berkurang.

3. Pembangunan Sektor Pertanian dan Ketahanan Pangan.
Dapat dikatakan, saat ini sektor pertanian masih menjadi andalan mata pencaharian rakyat Kabupaten Tana Tidung dan menempati peringkat pertama dalam struktur ekonomi masyarakat setempat. Tahun 2011 lalu, sektor pertanian mengambil porsi 35,58% dalam strukur ekonomi, disusul pertambangan & galian 34,32%; perdagangan, hotel & resto 12,37% dan jasa-jasa 13,55%.  
Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian mencapai Rp125.455,67 (2010); Rp135.032,92 (2011) dan Rp155.287,86 (2012). Secara total PDRB Kabupaten Tana Tidung tercatat Rp242,75 miliar (2007) dan Rp379,56 miliar (2011). Agar PDRB ini stabil atau bahkan meningkat, Dinas Pertanian Kabupaten Tana Tidung berusaha menjaga agar tidak terjadi penyusutan lahan sawah –minimal luasannya relatif tetap. Dalam tempo tiga tahun belakangan, lahan sawah yang ada tercatat 627 hektar dengan produksi padi 2.533 ton (2010), 825 hektar dengan produksi 1.363,5 ton (2011) dan 1.039 hektar dengan produksi 2.661 ton (2012). Untuk terus meningkatkan produksi pertanian (padi), Dinas Pertanian menurunkan tenaga penyuluh lapangan pertanian sebanyak 23 orang (2010), 34 orang (2011) dan 35 orang penyuluh pada tahun 2012.
Pemkab Tana Tidung bertekad membangun sektor pertanian agar tercapai ketahanan pangan masyarakat yang kuat. Selain terus menguatkan pembangunan pertanian, Pemerintah KTT juga mendorong para camat dan warga masyarakat untuk mengembangkan potensi lokal, terutama pada perkebunan, peternakan dan perikanan. Misalkan pada Desa Trans Kujau UPT III Kecamatan Sesayap sangat potensial untuk pengembangan pertanian sayuran dan palawija, dan peternakan domba. “Tinggal bagaimana camat, kepala desa dan warga masyarakat mengelola dan menciptakan perekonomian yang lebih baik dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan yang dapat dikembangkan serta dijual di wilayah ini,” tandas Bupati Undunsyah.
Masih bersinggungan dengan sektor pertanian, Pemkab Tana Tidung juga aktif mengintensifkan program biogas peternakan dan budidaya udang sungai. Ada beberapa sungai yang cukup potensial untuk usaha budidaya udang, salah satu di antaranya Sungai Sesayap.

4. Daya Saing Ekonomi dan Iklim Investasi.
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung berupaya kuat untuk menarik investasi –terutama dari kalangan swasta—untuk menggerakkan perekonomian di wilayah Bumi Upun Taka ini. Pertumbuhan ekonomi wilayah ini dalam tiga tahun terakhir tercatat 5,77% (2010), 5,91% (2011) dan 6,40% (2012). Pertumbuhan ini masih berada di bawah pertumbuhan tingkat provinsi (7,89%) dan nasional (6,9%). Untuk menjaga stabilitas ekonomi, Pemkab Tana Tidung juga berusaha menjaga tingkat inflasi; tercatat angka inflasi di sini 7,73% (2010), 5,20% (2011) dan 5,12% (2012). Angka inflasi ini masih di bawah inflasi tingkat provinsi (6,09%) dan di atas inflasi nasional (2,97%). Masih dalam upaya menggerakkan perekonomian, Pemkab Tana Tidung pun membuka lebar-lebar pintu investasi bagi Penanaman Modal Asing (PMA): US$106,00 juta (2011) dan target US$253 juta (2012).
Pemkab Tana Tidung sangat berharap investor yang masuk ke wilayah ini semakin banyak mengingat Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten ini relatif kecil. Dalam rentang lima tahun (2008-2012) PAD Kabupaten Tana Tidung tergambar Rp15,8 miliar, Rp10,215 miliar, Rp10,061 miliar, Rp18,063 miliar dan Rp21,005 miliar. Selain berharap investasi PMA, Pemkab Tana Tidung juga mendorong pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM): 274 unit (2010), 443 unit (2011) dan 468 unit (2012).

5. Telekomunikasi dan Energi.
Ketika Undunsyah mulai memimpin Kabupaten Tana Tidung, baru sekitar 30% wilayah ini yang menikmati listrik. Itu pun tak lebih dari 12 jam dalam sehari-semalam. Setahun berselang, tahun 2011, sekitar 70 wilayah Tanah Tidung telah diterangi listrik dan tahun 2012 diperkirakan sudah mencapai 90% yang mampu diterangi listrik 24 penuh. Tercatat bahwa pada tahun 2010, daya terpasang listrik baru 400 KW dan kini telah mencapai 1240 KW. Sementara beban puncak saat ini sekitar 1500 KW. Pelanggan listrik PLN sekarang ada 850 di Tidung Pale dan 341 di Tana Merah. Pemkab Tana Tidung kini terusaha menambah kapasitas terpasang listrik agar benar-benar mampu memenuhi kebutuhan saat beban puncak.
Selain itu, Pemkab juga terus mendorong operator telekomunikasi untuk menambah jumlah menara BTS. Saat di wilayah Kabupaten Tanah Tidung baru terdapat 10 BTS dengan rincian: 6 BTS Telkomsel dan 4 BTS Indosat.

6. Percepatan Pembangunan Infrastruktur.
Pemkab Tana Tidung terus menggenjot percepatan pembangunan jalan di wilayah ini. Tergambar bahwa untuk jalan kondisi baik terbangun 15,207 Km (2010), 42,535 Km (2011) dan 66,552 Km (2012). Lalu jalan kategori sedang: 42,115 Km, 56, 016 Km dan 150,916 Km. Dan perbaikan jalan kondisi buruk: 100,086 Km, 88,325 Km dan 21,773 Km.
Di samping itu, Pemkab juga berusaha berpartisipasi dalam pembangunan jalan yang bersifat multiyears sepanjang 88,7 Km. Jalan-jalan yang termasuk proyek multiyears adalah Trans Kaltim Simpang Seputuk – Kapuak/Rian 14,8 Km, Kapuak/Rian – Tidung Pale 9,4 Km, Ibukota Kabupaten Sebawang – Tideng Pale 8,9 Km, Sesayap – Sengkong 18,0 Km, Sesayap – Bebatu 5,9 Km, Tanah Merah – Tanjung Keramat – Tengku Dacing 21,8 Km, dan Trans Kaltim – Pelabuhan Nusantara 9,8 Km. Masih pula berpartisipasi aktif membangun jaringan jalan di perbatasan Poros Utara Kalimantan Timur.
Kemudian, Pemkab Tana Tidung berencana membangunan jalan baru poros utara sepanjang 120 Km. Juga masih dalam perencanaab, adalah membangunan jembatan Sungai Sesayap 3.111 meter, jembatan Sungai Bengkawat 129 meter, jembatan Sungai Linuang Kayam 909 meter dan jembatan Sungai Sembakung 443 meter.
Pembangunan jalan masih menjadi prioritas dan kebutuhan masyarakat desa di wilayah Kabupaten Tana Tidung. Jalan-jalan yang menghubungkan desa dengan desa, desa dengan kota dan kota dengan kota pada tahun 2011 sudah mulai dibangun secara intensif. Misalkan pada Desa Sesayap Hilir dengan Desa Sengkong, Desa Sengkong dengan Desa Bebatu, Desa Bebatu dan Desa Buong Baru dan jalan-jalan penghubung lain yang sebagian masih  dalam rencana dan segera dilelang.
Untuk jalan di Desa Limbu Sedulun, Kecamatan Sesayap, tahun 2012 Pemkab Tana Tidung telah melanjutkan pembangunan jalan sepanjang 5 Km dengan lebar 12 meter dari Lasau menuju Sungai Sedulun. Kegiatan pembangunan jalan ini bersifat mendesak, lantaran topografi badan jalan yang berada di antara sungai dan gunung rentan tergerus air sungai. Pada ahun 2003 sempat terjadi bencana longsor yang mengakibatkan 6 rumah ambruk.
Jalan di Desa Limbu Sedulun ini sebetulnya telah eksis sejak 2010. Namun ketika itu masih berupa jalan jalan tanah (belum diaspal). Saat itu, oleh pemerintah desa setempat, badan jalan ditimbun dengan tanah sepanjang 500 meter dan lebar 10 meter, dengan harapan mampu dimanfaatkan warga untuk menjangkau dan menuju ke wilayah desa-desa terjauh.
Selain itu Pemerintah KTT juga memprioritaskan pembangunan instalasi pengolahan air dan pembangunan pelabuhan-pelabuhan besar. Untuk distribusi air, sampai saat ini masih dalam proses pengerjaan. Dari target 100 Km yang direncanakan, sudah 20 kilometer yang dikerjakan.  Masih seputar instalasi air, Pemerintah KTT juga merencakan berbagai proyek pembangunan, antara lain DED Embung Gunung Rian dan DED Air Bersih. Pembangunan instalasi air bersih ini bertujuan agar warga masyarakat semakin berkualitas dan memperluas pelayanan air bersih. Tergambar peningkatan pelayanan air bersih dalam tiga tahun terakhir: 437 SR, 452 SR dan 460 SR. Saat ini Pemkab juga mengupayakan pembangunan sarana Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang lebih memadai dan memberikan pelayanan kepada konsumen yang lebih luas lagi.  
Pada insfrastruktur dalam arti luas, Pemerintah KTT juga tengah membangun stadion mini di Kecamatan Sesayap, Kecamatan Sesayap Hilir, dan Kecamatan Tana Lia. Lalu adanya perencanaan penataan relokasi permukiman warga di sekitar kawasan jalur hijau Desa Badan Bikis, penataan relokasi permukiman warga di sekitar kawasan jalur hijau Desa Bebatu, perencanaan penataan relokasi permukiman warga di sekitar kawasan jalur hijau Desa Menjelutung,  perencanaan penataan relokasi permukiman warga di sekitar kawasan jalur hijau Desa Sengkong, perencanaan terusan Tanjung Sebidai, serta pembangunan kanal Desa Sebawang.
Upaya relokasi tersebut diimplementasikan dengan upaya membangun rumah layak huni bagi warganya. Tahun 2010 terbangun sebanyak 175 unit rumah layak huni dan tahun 2011 sebanyak 275 unit. Kemudian pembangunan fisik, Pemkab Tana Tidung tengah membangun turap di Kecamatan Sesayap dan Kecamatan Tana Lia.  

7. Pelatihan Profil Desa.
Sejalan dengan penataan perkampungan atau pedesaan, tahun 2012, Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (KPMPD) KTT menggelar pelatihan aplikasi program profil desa yang diikuti kepala desa, staf desa dan aparatur kecamatan. Dalam pembuatan profil, Pemerintah KTT melakukan pengumpulan, pemilahan data dan cara menganalisa data.
Dalam pelatihan ini, diharapkan staf desa dan aparatur kecamatan mampu membuat profil desa yang lebih baik yang nantinya berguna untuk menentukan arah pembangunan, peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri.
Bupati Undunsyah menandaskan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu upaya pemerintah daerah untuk menjalin kerjasama serta relasi sosial yang lebih interaktif antara pemerintah daerah, pemerintah desa dan warga masyarakat. Dengan begitu, segala sesuatu yang berkaitan dengan aplikasi program profil desa dapat diketahui oleh publik dan menjadi modal berharga guna mewujudkan suatu desa yang lebih baik, makmur, dan sejahtera. 

8. Pembangunan Sektor Keagamaan.
Kemudian, untuk memenuhi sarana peribadahan, Pemkab membangun Masjid Agung di Tideng Pale. Masjid berkapasitas sekitar 6.000 jamaah itu yang saat ini tengah dalam pembangunan dan direncanakan selesai pada tahun 2013. “Nanti setelah masjid ini selesai, rencana kami adalah merenovasi masjid-masjid lainnya, seperti Masjid Fastabiqul Khairat dan Masjid Al-Jihad,” jelas Bupati Undunsyah.
Tidak cukup sampai di situ, Pemerintah KTT juga akan mendirikan Islamic Center. “Kami juga ada rencana untuk mendirikan Islamic Center, minimal satu unit, untuk dibangun di tengah-tengah masyarakat KTT, namun kami menunggu penuntasan pembangunan lainnya terlebih dulu,” terang Undunsyah dalam suatu kesempatan. 
9. Mengembangkan Obyek Pariwisata.
Kabupaten Tana Tidung merupakan daerah yang memiliki potensi wisata alam yang indah dan unik, di mana wilayah ini dikelilingi oleh gunung-gunung dan sungai yang sangat luas. Kabupaten yang lahir tahun 2007 ini mempunyai panorama yang indah dan dapat dijadikan sebagai salah satu daerah tujuan wisata alam. Ada beberapa obyek wisata yang menjadi unggulan kabupaten ini, antara lain wisata alam Gunung Rian, objek wisata Batu Mapan, persemaian Inhutani, dan hutan lindung Sungai Sesayap.
Memang mesti disadari, potensi wisata yang ada belum digarap secara maksimal. Karena itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata KTT berusaha fokus melakukan pengembangan beberapa destinasi wisata alam seperti air terjun Rian dan Bikis, pemandian air panas Mantalapan, serta mensosialisaikan adat- istiadat kebudayaan Suku Tidung.
Untuk pengembangan obyek wisata Gunung Rian, Pemerintah KTT menganggarkan dana pembangunan sarana dan prasarana sebesar Rp1.498.440.000. Dana ini sudah termasuk pembangunan area parkir (baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat), pembangunan akses jalan menuju air terjun, dan infrastruktur penunjang lainya.
Proses pengembangan obyek wisata Gunung Rian saat ini tinggal menunggu lelang dengan pihak ketiga. Meski untuk tahun 2012 baru Gunung Rian yang mendapatkan sokongan dana, sumber air panas di Mantalapan dan air terjun Bikis masih akan menyusul di tahun 2013.

10.         Pemerintahan yang Baik
Kementerian Dalam Negeri mencatat, sepanjang Oktober 2004 hingga Juli 2012 ada ribuan pejabat daerah yang terlibat kasus korupsi. Setiap lapisan pejabat daerah, mulai dari gubernur, wali kota, bupati, hingga anggota dewan perwakilan daerah terlibat korupsi. Tercatat, ada 277 kasus.
Tingginya jumlah pejabat daerah yang terlibat kasus korupsi merupakan salah satu imbas dari politik berbiaya tinggi. Sejak Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah diberlakukan, biaya politik mendadak melonjak tinggi dibanding masa-masa sebelumnya. Melalui UU tersebut, rakyat langsung memilih kepala daerah. Berbeda dengan sebelumnya ketika kepala daerah cukup dipilih oleh anggota DPRD. Karena kebutuhan dana besar, calon-calon kepala daerah mencari uang ke mana-mana, sehingga ketika naik jabatan, si kepala daerah akhirnya berutang. Karena utang yang besar itu akhirnya marak terjadi kasus korupsi di daerah.
Penyebab lain, karena sistem keuangan yang dikelola oleh orang yang tidak tepat. Sebab itu, pengelola keuangan tidak tahu track atau jalur keuangan, yang mengakibatkan dirinya terpeleset dalam tindak perkara korupsi. Misalnya dalam kasus pengadaan barang yang menuai banyak dugaan korupsi.
Karena itulah Undunsyah menyepakati penandatanganan pakta integritas dengan Provinsi Kalimantan Timur untuk bersama-sama memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN ). Dia berharap aparatur pemerintahan di bawah kepemimpinan bersih dan berkualitas, sehingga apa yang menjadi cita-cita pembangunan KTT dapat terlaksana.
Kinerja aparatur pemerintahan yang baik dan profesional menjadi kunci sukses pelaksanaan pembangunan di setiap daerah. Begitu juga dengan KTT, yang mengharapkan dapat memiliki aparatur pemerintahan yang baik. Untuk itu, Pemerintah KTT mengadakan Kegiatan Pendidikan dan Latihan (Diklat) atau pelatihan prajabatan bagi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Golongan II dan III angkatan 2012.
Pelaksanaan diklat ini merupakan salah satu upaya dan komitmen Bupati Undunsyah untuk menciptakan CPNS menjadi PNS yang dapat berperan aktif dalam mengisi, mendukung, dan mensukseskan kegiatan pembangunan di Bumi Upun Taka. Apalagi mengingat aparatur merupakan ujung tombak dalam pelayanan kepada masyarakat dan negara.
Penyelenggaraan Diklat prajabatan bagi CPNS ini telah diatur secara menyeluruh dengan menerapkan norma dan standar dengan kegiatan tentang hal-hal yang berhubungan dengan manajemen PNS. Dengan demikian diharapkan akan dapat terwujud PNS-PNS yang berkualitas.
Tak hanya itu, Undunsyah juga berharap para calon PNS ini kelak menjadi pegawai yang dapat diandalkan dan memiliki etos kerja serta disiplin yang tinggi dalam melaksanakan segala tugas pelayanan serta mampu bertanggung-jawab.
Dengan kualitas aparatur yang baik, diharapkan pelayanan publik juga semakin membaik dan profesional.Pelayanan publik yang profesional dapat dicirikan oleh beberapa hal, yakni efektif, sederhana, jelas, pasti dan terbuka.
Pelayanan profesional dengan aparatur yang baik dan bermoral inilah yang kini menjadi titik perhatian Pemerintah KTT. Hasilnya, KTT mendapatkan penghargaan dalam hal Penyediaan Layanan Publik Untuk Indikator Sarana Dan Prasarana Umum.
Berkat pelayanan aparatur yang semakin profesional, ada peningkatan penanganan kasus indikasi korupsi secara signifikan. Tahun 2011, dari sejumlah kasus yang dilaporkan, hanya 11,5% yang tertangani, dan pada tahun 2012 naik menjadi sekitar 70% kasus korupsi yang tertangani. Begitu pula dari sisi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melaksanakan SPM, dari 3 naik menjadi 5. Kemudian dari opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap keuangan daerah, bila di tahun 2011 Pemerintah KTT memperoleh disclaimer maka di tahun 2012 mendapatkan predikat Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Bupati Undunsyah berharap di tahun mendapat dapat menggapai predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).  

D. Prestasi dan Apresiasi

1.  Kabupaten Pemekaran Terbaik
Jelas, pencapaian ini merupakan prestasi yang membanggakan bagi kabupaten baru seperti KTT. Pada 2012, dari 57 kabupaten/kota yang baru terbentuk, Kabupaten Tana Tidung menempati peringkat pertama sebagai kabupaten pemekaran terbaik, terlengkap sesuai data dan fakta di lapangan. Ini berarti terjadi peningkatan, karena tahun 2011, KTT mendapat penilaian kurang baik pada evaluasi pembangunan daerah pemekaran. Penilaian kurang baik tersebut berdasarkan evaluasi pemahaman pengisian pokja yang tidak sesuai dengan Peraturan Mendagri. Lalu juga persoalan kurang baiknya komunikasi jaringan telkom, jaringan listrik, sarana pendidikan, tenaga PNS, masalah kesehatan, dan sarana prasarana pembangunan daerah.
Menurut Direktorat Penataan Otsus dan DPOD Kementerian Dalam Negeri, tahun 2012 pembangunan KTT sangat maju. Semua fasilitas lengkap, jaringan listrik 24 jam, pembangunan jalan sudah tersedia, perbankan dan jaringan Telkom sudah tersedia, hingga kesehatan dan pendidikan sudah cukup maju.
“Kami sangat kaget melihat proses pembangunan Kabupaten Tana Tidung yang dipimpin Bupati Undunsyah, memang sangat cepat. Belum cukup lima tahun pembangunan sudah banyak berjalan dengan baik. Banyak kabupaten yang berumur empat sampai lima tahun masih belum maksimal pembangunannya,” puji Kasubdit Wilayah I Direktorat Penataan Otsus dan DPOD Kementerian Dalam Negeri, Hendaryanto, sebagaimana dilansir  www.radartarakan.co.id. Dengan hasil itu KTT menerima penghargaan peringkat pertama pemekaran tersukses tingkat nasional.
Dari segi peningkatan ekonomi dan kesajahteraan masyarakat, Direktorat Penataan Otsus dan DPOD Kementerian Dalam Negeri juga menilai sudah cukup bagus. Paling tidak, KTT telah menjalankan tiga aspek penting sebagai wilayah pemekaran, yaitu geografis, demografis dan kesisteman.
2. Juara II Otonomi Expo & Forum 2012.
Sebagai kabupaten termuda, KTT mampu membuktikan yang terbaik dari sekitar 500 kabupaten/kota se-Indonesia dengan memperkenalkan potensi unggulan daerah melalui ajang Otonomi Expo & Forum 2012 in Conjunction With ASEAN-China Free Trade International di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta.
Pada ajang itu, KTT meraih juara II dengan indikator mengedepankan keunggulan potensi daerah yang berdaya saing dalam rangka memanfaatkan dan memaksimalkan ACFTA tahun 2012.  Prestasi tersebut diraih setelah melihat potensi yang ada di KTT, seperti kerajinan anyaman bambu dan rotan, tekstil baju, kain batik, kaos motif Tidung, hiasan manik, madu, dan kerupuk yang menjadi potensi daerah dapat dikembangkan. Selain itu, kata Bupati Undunsyah, pemerintah daerah juga mengembangkan sektor perkebunan, perikanan, pertanian, dan pariwisata.
3. Ubah Kotoran Sapi jadi Biogas.
Satu lagi yang menjadi kebanggaan KTT adalah dari warga Desa Kujau, Kecamatan Sesayap. Warga Desa Kujau ternyata mampu memanfaatkan kotoran ternak sapi menjadi biogas yang bisa difungsikan sebagai bahan bakar memasak di dapur. Padahal, sebelum ada pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi menjadi biogas, kondisi lingkungan kampung tersebut terlihat kotor.
Proses pembuatan sangat sederhana, di mana kotoran sapi yang menumpuk dicampur dengan air lalu dimasukkan ke dalam bak penampungan. Endapannya menghasilkan biogas dan bisa langsung digunakan untuk memasak dengan menggunakan kompor khusus. Adanya biogas ini dapat mengurangi beban warga dalam membeli minyak tanah. Dengan cara seperti ini warga Desa Kujau mendapatkan dua keuntungan, yaitu lingkungan bersih dan sehat sekaligus mendapatkan bahan bakar yang murah. Tentu ini menjadi keuntungan tersendiri bagi kelompok tani yang memiliki sapi.
Ujicoba instalasi biogas di Desa Kujau sebenarnya sudah lama diprogramkan oleh Dinas Peternakan KTT. Biogas ini berasal dari empat ekor sapi yang dikandangkan. Tiap sapi menghasilkan 10 kilogram kotoran, di mana setiap hari tersedia 40 kilogram kotoran sapi yang siap diolah menjadi biogas. Ke depan, Dinas Peternakan KTT berencana terus menambah peternak yang bisa menggunakan kotoran sapi menjadi biogas.
4. Investasi dari Malaysia.
Keberhasilan kepemimpinan Bupati Undunsyah di KTT tidak perlu diragukan lagi. Setelah berhasil meraih penghargaan tingkat nasional, Undunsyah juga berhasil menarik pemodal asing untuk menanamkan sahamnya di KTT.
Tahun 2012, investor dari Malaysia siap menanamkan modalnya untuk pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kecamatan Sesayap yang ditargetkan 2013 mendatang sudah bisa beroperasi dan akan menyerap sekitar 3.000 tenaga kerja. Karena memang Kecamatan Sesayap merupakan salah satu kawasan perkebunan kelapa sawit yang cukup luas, dalam setahun dapat dipanen dua kali. KTT memliki 60 ribu hingga 70 ribu hektar perkebunan kelapa sawit. Oleh karena itu jika tidak ada pabrik pengolahan, hasil panen kelapa sawit ini akan menjadi tidak produktif dan sia-sia.
Dua investor yang telah siap membangun pabrik pengolahan kelapa sawit di Kecamatan Sesayap  adalah PT Tabung Haji dan Pelda. Dengan adanya pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO) di KTT, diharapkan kesejahteraan warga yang berada di lingkungan perkebunan bisa meningkat. Selain dapat menyerap banyak tenaga kerja, masyarakat juga bisa mengelola kebun kelapa sawit dengan sistem plasma. Bahkan, bila memungkinkan masyarakat dapat menanam dan mengelola sendiri kebun kelapa sawit lalu hasilnya disetor ke pabrik pengolahan.
5. Tuan Rumah HUT Ke-51 Pramuka Kaltim
Suatu kebanggaan dan penghargaan yang besar bagi Kabupaten Tana Tidung yang telah ditunjuk sebagai tuan rumah pelaksanaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-51 Pramuka Kalimantan Timur pada 9 Oktober 2012 lalu.
Acara yang digelar di lapangan Inhutani, Desa Tideng Pale, Kecamatan Sesayap, ini bukan saja meriah tetapi juga berlangsung dengan lancar, karena dihadiri tak kurang dari 1.000 anggota Pramuka dan seluruh Ketua Kwartir Cabang dari 14 Kabupetan/Kota di Provinsi Kalimantan Timur.
Dipilihnya KTT sebagai tuan rumah pelaksanaan HUT ke-51 Pramuka Se-Kaltim, merupakan hasil musyawarah bersama pada rapat kerja di Penajam Paser Utara tahun 2011. Sebab itu, sebagai tuan rumah tentunya KTT ingin memberikan kesan yang baik bagi para tamu atau para anggota Pramuka, agar KTT dikenal oleh masyarakat luas sebagai daerah yang penduduknya cukup ramah.
6. Penghargan Penyediaan Layanan Publik Untuk Indikator Sarana Dan Prasarana Umum.
Tahun 2011 juga KTT juga memperoleh kejutan. Meski Kabupaten Tana Tidung baru beberapa tahun berdiri, dalam dua tahun terakhir terus menyabet penghargaan. Dan tahun 2011 KTT berhasil memperoleh penghargaan dalam penyediaan layanan publik untuk indikator sarana dan prasarana umum dalam Malam Anugerah Otonomi Award 2011. Malam anugerah ini digagas Jawa Pos Institute Pro-Otonomi (JPIP) Area Kaltim dan dilangsungkan di Hotel Bumi Senyiur, Samarinda.
7. Terbaik Operasikan Mobil Pintar.
Lagi-lagi ini prestasi yang cukup membanggakan bagi masyarakat Kabupaten Tana Tidung. Kali ini, kabupaten yang dipimpin oleh Bupati Undunsyah tersebut dinilai sebagai daerah terbaik dalam mengoperasikan internet bergerak “Mobil Pintar” dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Kaltim.
Penilaian ini berawal dari anggaran APBN 2011, di mana saat itu Kementerian Komunikasi memberikan jatah kepada Kaltim sebanyak 72 unit mobil pintar atau Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) untuk 72 kecamatan se-Kaltim.
Dari 72 mobil pintar itu, KTT mendapat jatah tiga unit untuk tiga kecamatan dan  semua daerah yang ada dinilai mampu mengoperasikan lebih dari 7 jam sehari dari pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Kemenkominfo. Sedangkan daerah lainnya, jam operasi MPLIK masih standar, sehingga Tana Tidung mendapat nilai lebih.

E. Bukan Tanpa Persoalan
Kendati Pemerintahan Kabupaten Tana Tidung di bawah kepemimpinan Bupati Undunsyah telah menggapai berbagai kemajuan, capaian-capaian positif pembangunan, prestasi dan sejumlah apresiasi, harus disadari bahwa saat ini Kabupaten Tana Tidung masih menghadapi sejumlah persoalan pembangunan, yakni, pertama, Batas wilayah Kabupaten Tana Tidung dengan Kabupaten sekitarnya. Kedua, Sebagian besar, yakni sebesar 52,12% dari total luas wilayah Kabupaten Tana Tidung, masih merupakan Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK).
Ihwal KBK ini, sebelum wilayah ini menjadi daerah otonom kabupaten, kata Bupati Undunsyah, “Karena basic saya bukan ahli kehutanan, saya berpikir di atas lahan yang masuk wilayah KBK ini bisa kita lakukan apa saja. Ternyata bukan, KBK ini ada pemiliknya, seperti pemilik izin HPH dan izin Hutan Tanam Industri. Inilah yang tidak terpikirkan dalam benak saya. Masa itu dalam pikiran saya, wah kita bisa membangun apa saja di wilayah yang demikian luas. Saya juga sempat pikir wilayah ini lebih banyak KBNK (Kawasan Budidaya Non Kehutanan), ternyata KBK justru lebih banyak, mencapai sekitar 52%. Begitu saya jadi bupati menghadapi persoalan bagaimana membangun wilayah yang 52% berupa KBK ini. Saat mau membangun berhadapan dengan pemilik hak. Ini tantangan terbesar buat saya. Angan-angan saya untuk cepat membangun ternyata menghadapi hambatan yang tidak ringan. Semula tidak pernah terpikir sampai ke situ. Jadi kalau orang berpikir mengapa pembangunan di KTT berjalan lamban sementara dana yang digelontorkan relatif besar, maka mereka harus melihat persoalan yang sesungguhnya kami hadapi di sini. Ke depan kami berusaha membangun sinergi dengan Kementerian Kehutanan, Pemerintah Pusat, dan kalangan usaha agar tidak terjadi silang persoalan pemanfaatan dan penggunaan lahan.” 
Lalu ketiga, KTT menghadapi persoalan Pendapatan Daerah dari sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang belum optimal dan masih bergantung pada pendapatan dari sektor Dana Bagi Hasil (DBH) Migas. Tiga tahun belakangan PAD Kabupaten Tana Tidung hanya bergerak dari Rp10,061 miliar, Rp18,063 miliar dan Rp21,055 miliar. Sementara dana perimbangan mencapai Rp685,5 miliar, Rp783,55 miliar dan Rp675,090 miliar. Tampak sedikit timpang memang. Hal ini disebabkan belum tergalinya secara maksimal potensi-potensi pendapatan, terutama dari sektor sumber daya alam. Ke depan, Pemkab Tana Tidung akan terus mengoptimalkan penuh dalam penggalian sumber daya alam yang melimpah di Bumi Upun Taka ini.
Bupati Undunsyah bertekad kuat menggunakan kecerdasan, amanah yang melekat pada dirinya, rasa kemanusiaan, keberanian dan disiplin untuk membangun KTT menjadi lebih baik demi kesejahteraan sosial rakyat Tana Tidung. Dan untuk lebih mempercepat jalannya pemerataan pembangunan, Bupati Undunsyah juga segera mewujudkan dua kecamatan baru, yakni Kecamatan Muruk Rian dan Kecamatan Betayau, yang telah disepakati oleh DPRD Kabupaten Tana Tidung pada Sidang Paripurna XII masa sidang kedua tahun 2012 lalu. Perwujudan kedua kecamatan itu diharapkan menjadikan pembangunan yang tepat sasaran dan merata pda segenap rakyat Tana Tidung. ***

No comments:

Post a Comment