Bank Syariah Mandiri
Organisasi pembelajar
(learning
organization) menjadi strategi kunci Bank
Syariah Mandiri (BSM) untuk terus memperbaiki kinerja, sembari sekaligus menjawab
kebutuhan costumer.
YUSLAM FAUZI begitu aktif menyambangi staf dan
pegawai BSM pada semua level –baik kantor pusat, kantor cabang maupun kantor
cabang pembantu—dalam semua kesempatan. Bak seorang penulis buku, Direktur
Utama BSM ini tampil sebagai pembicara utama dalam aktivitas bedah buku
berjudul “Memaknai Kerja” yang ditulisnya. Dan, yang membedah bukunya adalah
para pegawai BSM.
Misalkan ketika Yuslam Fauzi bertandang
ke Kantor BSM Pangkalpinang awal 2012. Dalam acara yang amat sederhana, Kepala
Cabang BSM Pangkalpinang Izrin Agus tampil membedah buku “Memaknai Kerja”.
Izrin Agus menuturkan, buku karangan Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri
setebal 259 halaman itu merupakan buku yang dibuat terbatas untuk kalangan
internal BSM ini. “Buku bercorak dominan warna hitam putih dengan cover foto
Yuslam Fauzi ini memang sengaja dibuat simpel dan mudah dimengerti seluruh
kalangan BSM. Buku ini berisi tentang pentingnya makna hidup, makna dan tujuan
syariah serta tentang keuangan syariah yang ke-Indonesia-an,” papar Izrin.
Izrin menambahkan, "Kami
berharap dengan adanya buku ini kami bisa semakin membangkitkan semangat
kecintaan kami kepada Nabi Muhammad SAW, guna mengembangkan potensi hidup untuk
bisa lebih bermanfaat di dunia kerja dan bermanfaat di kalangan masyarakat
sekitar."
Membedah buku “Memaknai Kerja” oleh
kepala unit kerja hanya salah satu upaya menginternalisasi perilaku utama ke
benak segenap pegawai BSM. Perilaku utama yang ingin dibentuk dalam program ini
terutama adalah perilaku-perilaku yang mengacu pada nilai-nilai Excellence, Humanity dan Integrity. Juga mengarah ke Teamwork dan Customer Focus.
Selain membedah buku, untuk
internalisasi, masih ada program tes online
dan lomba resensi buku. Program ini merupakan proses knowledge transfer yang akan menjamin tersampaikannya knowledge Direktur Utama ke seluruh
jajaran BSM. Top manajemen telah menginstrusikan seluruh unit kerja untuk membedah
buku “Memaknai Kerja”. Yang wajib, pembedah buku ini haruslah kepala unit
kerja. Di samping itu, seluruh jajaran BSM juga diwajibkan mengikuti tes online (menggunakan aplikasi e-learning) buku “Memaknai Kerja”. Dengan
tes online ini akan terlihat seberapa
banyak jajaran pegawai yang telah memahami isi buku tersebut.
Top manajemen, melalui Divisi Human Capital
(DHC) juga menjalankan lomba resensi buku Memaknai Kerja. Dengan lomba resensi buku
ini, dapat diharapkan terjadinya proses kombinasi (combination) pengetahuan
yang dapat mendorong terciptanya pengetahuan baru.
Melalui bedah buku, tes online, dan lomba resensi buku tersebut,
semua kepala unit kerja dari Kepala Divisi hingga Kepala Cabang Pembantu dan
seluruh jajaran pegawai BSM akan menjadi memahami isi buku “Memaknai Kerja”,
memahami pandangan Direktur Utama, dan diharapkan bergerak dengan irama yang sama
dalam mencapai cita-cita perusahaan. Semua bergerak bersama berkat kekuatan
leadership Yuslam, jajaran direksi dan pimpinan level menengah. Dengan demikian
akan menjadi sebuah kekuatan BSM untuk semakin peka dan tanggap terhadap
kebutuhan costumer.
BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) adalah bank syariah pertama
yang mayoritas sahamnya (99,99%) dimiliki bank milik negara, yaitu Bank
Mandiri. Kehadiran BSM sejak tahun 1999 merupakan hikmah dari krisis yang
menerpa negeri ini. Krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997 berdampak
terhadap perekonomian Indonesia --tak terkecuali industri perbankan yang
didominasi oleh bank konvensional. Kondisi krisis telah memaksa pemerintah
mengambil tindakan yang di antaranya adalah merekonstruksi dan merekapitulasi
sebagian bank-bank di Indonesia.
PT Bank Susila Bakti (BSB), yang
dimiliki Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) Bank Dagang Negara, dan PT Mahkota
Prestasi, juga terkena dampak krisis dan berusaha keluar melalui merger dengan
bank lain serta mengundang investor asing. Di saat bersamaan, tanggal 31 Juli
1999, pemerintah melakukan merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi
Daya, Bank Exim danBapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero). Akibat merger
tersebut Bank Mandiri menjadi pemilik mayoritas baru BSB.
Dalam proses merger, sambil
melakukan konsolidasi, Bank Mandiri juga membentuk Tim Pengembangan Perbankan
Syariah. Pembentukan tim ini sebagai respon atas berlakunya UU Nomor 10 tahun
1998, yang memberi peluang bank umum melayani transaksi syariah (dual banking system).
Kondisi ini menjadi momentum yang
tepat bagi Bank Mandiri mengubah kegiatan usaha BSB dari bank konvensional
menjadi bank syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri --sebagaimana
tercantum pada Akta Notaris Sutjipto, SH,
No. 23 tanggal 8 September 1999. Hari Senin, 1 November 1999, menjadi hari
pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri.
Hingga tahun 2011, BSM telah
menunjukan outstanding performance lumayan mengkilap. Aset dan laba tumbuh semakin
signifikan. Dalam beberapa indikator, pencapaian BSM bahkan melebihi kinerja
Industri Perbankan Syariah. Pencapaian laba bersih tahun 2011 sebsar Rp551,07
miliar berhasil meningkat signifikan dari posisi tahun 2010 sebesar Rp 418,52
miliar. Pencapaian laba bersih ini tumbuh sebesar 24,05% dibandingkan kinerja
tahun 2010.
Kemudian, untuk memperkuat struktur
pendanaan, BSM berupaya meningkatkan porsi dana konsumer dan low cost fund. Sasaran tersebut
dituangkan melalui program gerakan “Grab
& Clean”. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil BSM himpun pun terus
meningkat secara signifikan. Posisi akhir Desember 2011, BSM berhasil meng-grab DPK Rp42,62 triliun.
Pembiayaan “Go Retail & Micro” bertambah
kuat. Untuk mencapai strategi utama sebagai bank syariah yang tumbuh sehat
secara berkesinambungan, BSM mengubah segmen utama dari corporate banking menuju “Go Retail & Micro Banking”. Inisiatif
strategis ini dilakukan dengan menurunkan porsi penyaluran pembiayaan korporasi
dan menurunkan dominasi debitur inti. BSM pun berhasil mencapai sasaran
tersebut. Pada akhir 2011 pembiayaan UMKM mencapai Rp26,78 triliun, tumbuh
sebesar Rp10,94 triliun atau 69,07% dibanding pencapaian tahun 2010 sebesar
Rp15,84 triliun. Pembiayaan BSM meningkat signifikan. Pembiayaan tumbuh 7
(tujuh) kali dalam 6 tahun terakhir dibandingkan pertumbuhan pembiayaan 5
(lima) tahun pertama.
BSM terus meningkatkan produktivitas
dengan mengoptimalkan pendapatan operasional dan pengendalian biaya
operasional. Hal ini tercermin dari Cost
to Income Ratio (CIR) yang cenderung stabil pada level 55,54% dan lebih
rendah dari rata-rata CIR 5 (lima) Bank Umum Syariah (BSM, BMI, BSMI, BRI
Syariah, Bukopin Syariah) sebesar 71,49%.
Yuslam Fauzi mengakui betapa
pentingnya peningkatan kapasitas layanan. Salah satu faktor penting
meningkatkan layanan kepada nasabah adalah meningkatkan kapasitas
infrastruktur. BSM senantiasa melanjutkan upaya meningkatkan kualitas layanan
kepada seluruh pelanggan/stakeholder
dengan perluasan jaringan kantor yang mencakup seluruh provinsi di Indonesia.
Selain dengan mengembangkan jaringan distribusi, BSM menerapkan strategi knowledge & technological transfer
dengan institusi lain, misalnya sinergi dengan Bank Mandiri dan perbankan lain
dalam bidang IT buat mengembangkan kapasitas dan infrastrktur ATM. BSM terus
berkomitmen mengembangkan jaringan layanannya untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya
yang semakin besar. Hal ini terlihat dengan jumlah rekening pendanaan yang
mencapai 3.099.688 rekening pada tahun 2011.
BERCERMIN PADA perjalanan historisnya, tampak jelas BSM bahwa learning organization menjadi kata kunci
kekuatan untuk bersaing dengan bank-bank lain yang dari segi ukuran --seperti
aset, omzet, permodalan dan jumlah cabang-- jauh lebih besar ketimbang BSM. Ujra Yuslam
Fauzi, “Dengan pembelajaran yang kuat untuk memberi manfaat bagi semakin banyak
orang, kami mampu membaca celah pasar. Salah satu daru buah belajar adalah
keputusan kami berpindah dari corporate
banking menjadi retail banking.
Kini pembiayaan UMKM bahkan sudah menggeser porsi pembiayaan korporasi.”
Termasuk buah dari kuatnya
pembelajaran adalah ketika BSM memutuskan membidik kalangan usaha mikro kecil
yang memberikan manfaat lingkungan. Dengan label Program Debt for Nature Swap - Kementerian Negara Lingkungan Hidup
(DNS-KLH). Sejak 2006 sampai 2011, Program DNS-KLH ini sudah berjalan lima
tahap dengan total dana Rp71,7 milliar. BSM telah menyalurkan dana program
DNS-KLH tersebut kepada industri daur ulang, industri instalasi pengolahan air
limbah, industri instalasi pengendalian
pencemaran udara, dan pembuat peralatan untuk analisis emisi kendaraan
bermotor.
Tidak hanya pasar usaha miro kecil
bermanfaat bagi lingkungan, mulai 2013, BSM juga membidik produk kredit usaha
mikro kecil (UMK) syariah sektor usaha pertanian, khususnya hortikultura.
Kendati banyak bank menilai sektor ini berisiko tinggi, namun BSM menakar
sektor ini sangat potensial. Saat ini, BSM sudah memiliki kredit pertanian
dengan porsi 77% terhadap portfolio Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hanya, pertanian
yang dimaksud tersebut bukanlah hortikultura, melainkan masih pertanian secara
luas seperti perkebunan dan peternakan. "Kami belum ke hortikultura. Kami
ingin ke sana yang risikonya memang lebih besar," jelas Direktur Mikro BSM
Hanawijaya.
BSM memang sengaja mendorong terus
tumbuhnya pembiayaan UMK. “Pembiayaan UMKM bahkan sudah menggeser porsi
pembiayaan korporasi,” ungkap Direktur Utama BSM Yuslam Fauzi. Pada 2006,
pembiayaan UMKM dari BSM sebesar Rp3,28 triliun sedangkan korporasi mencapai
Rp4,14 triliun. Dengan begitu, komposisinya 55.5 persen untuk pembiayaan
korporasi dan 44.2 persen untuk UMKM. Tahun 2010, komposisinya berubah menjadi
66,4 persen pembiayaan UMKM dan 33,6 persen pembiayaan korporasi.
Kendati berkonsentrasi menggarap
retail, dengan terus belajar dan belajar, BSM tetap mengedepankan pemanfaatan
teknologi informasi (TI) dalam memberikan pelayanan kepada nasabah yang semakin
cerdas. Telah lama BSM meluncurkan BSM.Net
yang mampu melayani nasabah secara real
time. Melalui situs www.syariahmandiri.co.id,
salah seorang nasabah BSM menuturkan, “Fasilitas BSM.Net memudahkan transaksi dan aplikasi pembukaan. Untuk
mendapatkan fasilitas ini juga gampang, kami cukup memiliki rekening giro dan
mengajukan permohonan aplikasi BSM.Net
melalui CS. Setelah itu, kami cukup buka internet dan bisa menggunakan fitur
BSM Net secara langsung.”
KEPEMIMIMPINAN
MANAJEMEN SENIOR BSM
berperan penting dalam mengembangkan knowledge
workers. Dalam implementasi knowledge
management (KM), mengembangkan knowledge
workers melalui kepemimpinan manajemen senior tercermin pada kriteria kedua,
dari delapan kriteria Most Admired
Knowledge Enterprise (MAKE), yakni developing
knowledge workers through senior management leadership. Di BSM, mereka
menyebutnya kaderisasi kepemimpinan.
Terdapat beberapa komitmen kuat Manajemen
Senior BSM untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dan keahlian seluruh
pegawainya dalam menghadapi kompetisi perbankan syariah yang semakin ketat. Artinya,
komitmen mengembangkan pegawai BSM sebagai knowledge
workers. Komitmen tersebut diwujudkan melalui:
Pertama, Mendorong dan mengembangkan gaya
dan kapabilitas memimpin knowledge workers.
BSM meyakini bahwa pengembangan pengetahuan pegawai merupakan modal yang kuat
bagi pertumbuhan bisnis dan pengembangan organisasi. Keyakinan ini merupakan pengejawantahan
dari misi perusahaan: merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam
lingkungan kerja yang sehat.
Yuslam Fauzi kerap menekankan betapa
pentingnya metodologi berpikir dan penguasaan pengetahuan dalam setiap
pengembangan program kerja di berbagai forum internal, antara lain Rapat
Direksi, Rapat Kepala Divisi, dan pengajian eksekutif (Komisaris, Senior
Manager, dan Middle Manager).
Kedua, Memberikan dukungan --baik secara
finansial maupun non-finansial—untuk memaksimalkan penerapan Knowledge Management. Komitmen dan
dukungan Direksi BSM terlihat pada peningkatan anggaran pendidikan dan
pelatihan pegawai yang signifikan dari tahun ke tahun. Yuslam Fauzi senantiasa
mendorong Divisi Human Capital dan Divisi Training untuk menciptakan
program-program pengembangan pengetahuan dan keterampilan pegawai, di antaranya
e-learning, Readers Club, pembuatan modul pelatihan baru dan pemberian beasiswa
S-2. Salah satu dukungan terbaru, pada 2012, direksi membuat kebijakan untuk
memberikan fasilitas beasiswa pendidikan strata tiga (S3) kepada pegawai BSM.
Langkah ini diharapkan dapat menjadikan BSM sebagai perusahaan yang semakin
produktif dalam penciptaan pengetahuan (inovasi dan knowledge output).
Ketiga, Mengoptimalkan fungsi suatu unit
pengetahuan dalam melaksanakan strategi pengetahuan. Manajemen BSM juga
membentuk unit khusus untuk mengelola pengembangan pegawai pada tahun 2009 yang
kemudian dikenal sebagai Divisi Training. Yuslam Fauzi telah menjalankan peran
sebagai Chief Knowledge Officer (CKO)
dengan menggerakkan seluruh jajaran BSM untuk menjadikan pengetahuan sebagai
modal utama pengembangan perusahaan. Arahan dan inisiatif pribadi Yuslam Fauzi
menjadi bukti nyata bahwa peran CKO telah berjalan selama masa kepemimpinannya.
Selain itu, untuk memperkuat
kepemimpinan manajemen senior, BSM juga mengembangkan program kaderisasi
kepemimpinan berjenjang untuk memenuhi kebutuhan bisnis di masa depan. Program
ini dirancang berbasis pengetahuan melalui berbagai metode, antara lain belajar
mandiri melalui e-learning, In Class Training, On the Job Training, dan mentoring. Setiap pegawai akan mendapatkan
Tugas Akhir yang mendorong penciptaan kreasi dan inovasi terhadap permasalahan
dan peningkatan kinerja BSM terkini. Dengan demikian, program kaderisasi
kepemimpinan BSM dirancang berbasis pengetahuan yang menghasilkan inovasi.
UNTUK MENGEMBANGKAN kompetensi (competence) pegawainya, BSM merawat dirinya dengan kultur
organisasi pembelajar (learning
organization). Melalui komitmennya sebagai organisasi pembelajar, BSM ingin
segenap pegawainya mampu menggapai keahlian dan skill sesuai tugas yang
diberikan dan tuntutan profesi bankir yang semakin dinamis. DI BSM, mereka
menyebutkan BSM Learning Strategic.
Terdapat sejumlah kebijakan aspiratif
yang diambil BSM untuk menciptakan dan mempertahankan kultur organisasi
pembelajar. Seluruh program dan aktivitas pembelajaran di BSM mengacu kepada Learning Need Identification (analisa
kebutuhan belajar pegawai) yang tergali melalui:
Pertama, Bussiness Forum/Committee, forum atau komite bisnis yang
menemu-kenali kelemahan dan tantangan pengetahuan yang harus dikuasai oleh
pegawai BSM. Di forum ini, para pemimpin BSM berdiskusi dan mengelaborasi
seluruh rencana dan pencapaian bisnis serta mengidentifikasi kesenjangan
pengetahuan di BSM. Bussiness Forum
BSM berwujud antara lain Rapat Direksi (Radir), Rapat Direksi dan Komisaris
(Radirkom), Rapat Kerja Nasional (Rakernas), Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil),
Rapat Kepala Divisi (Rakadiv), Wig Session, dan Komite pembiayaan. Forum ini
akan memberikan rekomendasi kepada unit kerja terkait mengenai prioritas
pengembangan dan pendidikan pegawai BSM.
Gambar ilustrasi
rekomendasi Rapat Kerja Nasional atas prioritas pengembangan pegawai BSM tahun
2012 (ambil di naskah 2012 MAKE CKP Bank Syariah Mandiri halaman 51)
Kedua,
Performance Coaching.
Yaitu, pengarahan yang dilakukan oleh seorang manager untuk menilai,
mengevaluasi sekaligus memotivasi kinerja bawahannya. Salah satu hasil akhir
dari proses ini adalah rekomendasi pengembangan pegawai yang bersangkutan.
Ketiga,
E-Learning. Salah
satu menu yang terdapat di e-learning
adalah pendaftaran pelatihan online
untuk seluruh pegawai --terutama pegawai baru pada Banking Staff Program (BSP).
Pegawai mendaftarkan diri dalam BSP setelah mendapat persetujuan dari atasan
langsung. Setelah itu pegawai mengikuti pembelajaran dan test secara online.
Pegawai yang lulus dengan nilai minimal 70 berhak mengikuti Banking Staff Program.
Identifikasi kebutuhan belajar tadi akan
difasilitasi melalui proses belajar, baik di internal (Internal Learning) maupun eksternal (External Learning).
Proses belajar di internal BSM
dilakukan dengan metode Learning Center
dan Collaborative Learning. Learning Center merupakan program
pendidikan dan pelatihan bagi seluruh pegawai BSM yang mencakup 3 kategori, pertama, Orientation and Development Program; Banking Staff Program dan Leadership Development Program. Program
ini merupakan program orientasi dan pengembangan bagi seluruh pegawai baru dan
calon-calon pemimpin BSM. Program ini menekankan pada internalisasi nilai-nilai
Excellence, Teamwork, Humanity, Integrity
dan Customer Focus (ETHIC). Juga peningkatan
kompetensi (teknis perbankan dan kepemimpinan) pegawai yang mendukung
pencapaian sasaran bisnis BSM. Contoh program ini antara lain Banking Staff
Program (BSP), Officer Development Program (ODP), Management Development
Program (MDP), Midle Management Development Program (MMDP), dan Senior
Management Development Program (SMDP).
Kemudian, kategori learning center yang kedua adalah Technical Banking Program; Micro, Retail & Consumer Banking,
Commercial & Corporate Banking, Operation & Support, Sales &
Services. Program ini disusun berdasarkan critical knowledge yang menjadi prioritas pengetahuan pegawai BSM
dalam menjawab tantangan bisnis. Critical
knowledge ini berasal dari kesenjangan antara pengetahuan pegawai BSM saat
ini dan kompleksitas bisnis di masa depan. Contoh dari program ini di antaranya
BSM Basic Financing Management, BSM Micro Financing for Supervisor, BSM Pawning
Staff, BSM Selling Skill, BSM Branch Operation for Frontliners.
Dan termasuk kategori learning center yang ketiga adalah Enhancement Program; Leadership & Strategic Skills Enhancement
dan Business & Operation Banking
Competencies Improvement. Ini merupakan program pemeliharaan dan
peningkatan kualitas para pemimpin BSM dan program-program workshop yang
ditujukan untuk penyempurnaan modul-modul pendidikan. Sekadar contoh antara
lain BSM 7 Habits for Highly Effective
People, Leadership Forum, Kursus direksi ke sekolah-sekolah bisnis
internasional, Workshop 4 DX,
Workshop penyempurnaan kurikulum Officer Gadai dan Kepala Warung Mikro, dan
Workshop Industri.
Lalu, proses belajar internal BSM Collaborative Learning menekankan proses
belajar di mana setiap pegawai menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap,
pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara
bersama-sama saling meningkatkan pemahaman yang diwujudkan dalam empat ranah
aktivitas, masing-masing Community of
Practice, Community of Interest, Case Study and Modul Development Team dan Morning Pray Forum. BSM menggunakan media
Morning Pray Forum guna
mensosialisasikan pencapaian kinerja perusahaan dan informasi korporasi lainnya
secara langsung oleh masing-masing Unit Kerja terkait. Forum ini dihadiri oleh
Direksi, seluruh pegawai Kantor Pusat, dan Pejabat Kanwil. Seluruh pegawai
Cabang mendengarkan paparan yang disampaikan dalam forum ini melalui intranet.
Sementara itu proses belajar eksternal
BSM dilakukan bekerjasama dengan pihak luar. Program-program yang telah
berjalan di antarannya Beasiswa S-2, Benchmarking,
Public Training dan Seminar, Sertifikasi, Expert Forum, Peer Assistante Job Apprentice, Regulator Workshop, Customer Gathering, dan Market Survey.
Tentang benchmarking, BSM telah melakukannya ke Google, Bank Mandiri, PT
Astra Internasional, dan PT United Tractors. Benchmarking ini dilakukan untuk mengukur dan membandingkan kinerja
BSM dengan aktivitas perusahaan lain sehingga dapat diperoleh gambaran yang
dalam (insight), mengadopsi best practice dan membuat terobosan-terobosan
baru dalam industri perbankan syariah.
Ihwal Expert Forum, BSM mengembangkan forum ini untuk meningkatkan
kapabilitas kepemimpinan pegawainya. Forum ini dijadikan sarana sosialisasi
strategi, perkembangan bisnis nasional dan internasional, kepemimpinan,
internalisasi visi-misi BSM sebagai lokomotif peradaban yang disampaikan oleh
Direktur Utama dan narasumber ahli. Para expert
yang pernah datang ke BSM antara lain Dr. Renald Kasali, Sandiago Uno, Prof.
Dr. Jamaludin Anchok, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Alwi Shihab dan Avanti
Fontana.
Dan mengenai Job Apprentice, BSM
mengembangkan kompetensi pegawainya dengan mengirimkan salah satu pegawai BSM
ke induk perusahaan (Bank Mandiri). Penugasan ini penting karena Bank Mandiri
memiliki skala bisnis yang luas dan kompleksitas persoalan yang lebih banyak
sehingga dapat mengasah kemampuan technical
banking dan decision making
pegawai tersebut yang dapat diterapkan di BSM. Area job apprentice yang pernah dilakukan antara lain financing operation center, risk management,
dan training development.
Berkat kepemimpinan manajemen snior
yang kuat dan kultur organisasi pembelajar yang terus diasah, BSM kini mampu
sejajar dengan bank-bank umum lain yang lebih dulu hadir. Pada September 2010,
BSM menduduki peringkat 20 di antara sekitar 130 bank komersial yang beroperasi
di Indonesia. Sebuah kenaikan posisi yang cukup signifikan bila dibandingkan
pada tahun 2006 yang hanya berada di posisi 32. Pun demikian peningkatan
rating. Pada tahun 2003 BSM meraih idBBB. Kemudian pada 12 Desember 2011 dalam press release Fitch Ratings menaikkan
rating BSM menjadi AA+(idn). Ini berarti sepanjang lima tahun terakhir BSM
berhasil melakukan lompatan enam anak tangga. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa BSM selain tumbuh dengan sehat, kuat dan prudent, juga memiliki risiko
yang rendah. ***
Boks-boks:
“Pencapaian
dana konsumer semakin meningkat dan kuat sepanjang lima tahun terakhir dengan
komposisi dana konsumer yaitu 53,95% dan institusi 46,05%. Ini menunjukkan, BSM
berhasil mencapai misi kedua, yaitu mengutamakan penghimpunan dana konsumer.”
“Menjadi
bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha.” (visi BSM)
“Maknai
kerja dengan membangkitkan semangat mengembangkan potensi hidup untuk bisa
lebih bermanfaat di dunia kerja dan bermanfaat di kalangan masyarakat sekitar.”
(Yuslam Fauzi, Direktur Utama Bank Syariah Mandiri)
No comments:
Post a Comment