Wednesday, August 21, 2013

Dana Pensiun Kembali ke Investasi Konvensional

Keputusan Bank Indonesia (BI) menaikan suku bunga acuan ditanggapi beragam. Banyak yang merasa kecewa, tapi tak sedikit pula yang gembira.

Mereka kecewa karena kenaikan BI rate bukanlah pilihan terbaik untuk menjinakan inflasi dan meredam gejolak dolar. Justru kebijakan tersebut membuat suku bunga simpanan dan pinjaman melambung.

Hanya saja, ya itu tadi, ada pula yang gembira. Sebut saja para pengelola dana pensiun (Dapen). Dengan naiknya BI rate sebesar 75 basis poin menjadi 6,5%, mereka kini bisa menikmati suku bunga tinggi. Bahkan sudah di atas suku bunga penjaminan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) yang sampai saat ini tetap bertahan di level 5,75%.

Apalagi di saat kondisi keranjang investasi lainnya, seperti saham dan reksadana, sedang dalam konsidi tidak menguntungkan. Seperti diakui Lusiana, Manager Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) PT Asuransi Jiwasraya, porsi investasi nasabahnya di deposito naik dari 60% menjadi 65%. “Ini terjadi karena bunga deposito naik cukup tinggi,” katanya.

Kenyataan itu dibenarkan Djoni Rolindrawan, Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI). Menurutnya, sudah banyak anggota ADPI yang mengalihkan dananya ke investasi konvensional semacam deposito dan obligasi. Bahkan ada bank yang menawarkan bunga sampai di atas suku bunga acuan BI.

Lain Dapen, lain pula langkah yang diayunkan Jamsostek. Pengelola dana jaminan tenaga kerja itu justru menyiapkan dana Rp4–5 triliun untuk diinvestasikan di obligasi. Saat ini sekitar Rp46 triliun atau 40,29% dana milik pekerja diinvestasikan oleh Jamsostek di obligasi. Sementara di deposito hanya 31,42%.

Dengan naiknya suku bank, imbal hasil (yield) obligasi juga memang ikut melambung. Nah, imbal hasil ini diperkirakan akan meningkat lagi di 2014. Soalnya, saat itu ada Rp32 triliun lebih obligasi yang bakal jatuh tempo. Biasanya, untuk melunasi obligasi yang jatuh tempo, pemerintah atau korporasi akan menerbitkan obligasi baru dengan iming-iming kupon tinggi.

Tentu saja, obligasi yang akan dipilih Jamsostek harus memenuhi beberapa kriteria. “Paling tidak peringkatnya minimal harus A,” kata Elvyn G Masassya, Direktur Utama Jamsostek. Dari penempatan dana di obligasi ini Elvyn berharap Jamsostek bisa meraih pendapatan Rp15 triliun. (inilah.com)


No comments:

Post a Comment