Keputusan
Bank Indonesia (BI) menaikan suku bunga acuan ditanggapi beragam. Banyak yang
merasa kecewa, tapi tak sedikit pula yang gembira.
Mereka
kecewa karena kenaikan BI rate bukanlah pilihan terbaik untuk menjinakan
inflasi dan meredam gejolak dolar. Justru kebijakan tersebut membuat suku bunga
simpanan dan pinjaman melambung.
Hanya saja,
ya itu tadi, ada pula yang gembira. Sebut saja para pengelola dana pensiun
(Dapen). Dengan naiknya BI rate sebesar 75 basis poin menjadi 6,5%, mereka kini
bisa menikmati suku bunga tinggi. Bahkan sudah di atas suku bunga penjaminan
Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) yang sampai saat ini tetap bertahan di level
5,75%.
Apalagi di
saat kondisi keranjang investasi lainnya, seperti saham dan reksadana, sedang
dalam konsidi tidak menguntungkan. Seperti diakui Lusiana, Manager Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK) PT Asuransi Jiwasraya, porsi investasi nasabahnya di
deposito naik dari 60% menjadi 65%. “Ini terjadi karena bunga deposito naik
cukup tinggi,” katanya.
Kenyataan
itu dibenarkan Djoni Rolindrawan, Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI).
Menurutnya, sudah banyak anggota ADPI yang mengalihkan dananya ke investasi
konvensional semacam deposito dan obligasi. Bahkan ada bank yang menawarkan
bunga sampai di atas suku bunga acuan BI.
Lain Dapen,
lain pula langkah yang diayunkan Jamsostek. Pengelola dana jaminan tenaga kerja
itu justru menyiapkan dana Rp4–5 triliun untuk diinvestasikan di obligasi. Saat
ini sekitar Rp46 triliun atau 40,29% dana milik pekerja diinvestasikan oleh
Jamsostek di obligasi. Sementara di deposito hanya 31,42%.
Dengan
naiknya suku bank, imbal hasil (yield) obligasi juga memang ikut melambung.
Nah, imbal hasil ini diperkirakan akan meningkat lagi di 2014. Soalnya, saat
itu ada Rp32 triliun lebih obligasi yang bakal jatuh tempo. Biasanya, untuk
melunasi obligasi yang jatuh tempo, pemerintah atau korporasi akan menerbitkan
obligasi baru dengan iming-iming kupon tinggi.
Tentu saja,
obligasi yang akan dipilih Jamsostek harus memenuhi beberapa kriteria. “Paling
tidak peringkatnya minimal harus A,” kata Elvyn G Masassya, Direktur Utama
Jamsostek. Dari penempatan dana di obligasi ini Elvyn berharap Jamsostek bisa
meraih pendapatan Rp15 triliun. (inilah.com)
No comments:
Post a Comment