Wednesday, August 21, 2013

LINTAS PERJALANAN FISIP DALAM UNIVERSITAS INDONESIA







Kelahiran Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial berawal hanya dari sebuah embrio, Jurusan Ilmu Publisistik, pada Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan. Namun begitu kepeloporannya dalam deretan fakultas-fakultas yang sejenis semakin mantap dan memperoleh pengakuan yang meyakinkan dari masyarakat.
Prof. Dr. Mahar Mardjono, Rektor Universitas Indonesia (1974-1982)

Bermula dari sebuah tekad. Sebuah tekad ingin memberikan sumbangsih Universitas Indonesia (UI) bagi negeri yang relatif belum lama merdeka. Negeri Republik Indonesia yang membutuhkan banyak tenaga-tenaga berkualitas di segala bidang kehidupan kemasyarakatan. Ketika itu, salah satu di antaranya adalah kebutuhan ketersediaan tenaga-tenaga jurnalistik yang mumpuni sehingga arus informasi dan komunikasi antara negara dan masyarakat mengalir lancar dan mencerdaskan. Untuk itu UI ingin membentuk satu program khusus guna mendidik calon-calon jurnalis. Dan program khusus yang cocok adalah pendidikan ilmu publisistik. 

Lalu, pada tanggal 12 Desember 1959, UI membuka Jurusan Ilmu Publisistik di Fakultas Hukum semasa Dekan Prof. Djokosutono SH. Sekali lagi, pembentukan Jurusan Publisistik bertujuan untuk meningkatkan mutu pers dengan memberi kesempatan kepada para wartawan mengikuti pendidikan universitas di bidang jurnalistik.

Tercatat sebagai mahasiswa angkatan awal Jurusan Publisistik waktu itu antara lain Dja’far Husin Assegaf yang sekarang dikenal sebagai salah satu tokoh pers nasional dan Juwono Sudarsono yang mantan Menteri Pertahanan. Ada pula Ton Kertopati yang dikenal sebagai penulis sejumlah buku tentang publisistik dan jurnalistik. Buku-buku Ton Kertopati yang cukup familiar di kalangan pembelajar jurnalistik dan kehumasan di antaranya Dasar-dasar Publisistik (1982), Manajemen Penerangan: Pokok-pokok Pikiran dan Pengetrapannya dalam Praktik (1984) dan Bunga Rampai Azaz-azaz Penerangan dan Komunikasi (1981). Satu lagi mahasiswa Jurusan Publisistik masa itu yang kini cukup sohor adalah Kustigar Amafian Nadeak yang namanya tidak bisa dilepaskan dari perjalanan Koran Sore Sinar Harapan.    

Dalam perkembangannya dirasakan pula adanya kebutuhan untuk mengembangkan ilmu‐ilmu sosial yang lain seperti sosiologi, ilmu politik dan ilmu administrasi karena perkembangan yang pesat baik dari segi keilmuan maupun pemanfaatan dalam kehidupan praktis di Indonesia. Untuk itu, pada tahun 1962 diselenggarakan suatu lokakarya di Cibogo, Bogor, yang disusul lokakarya di Cisarua. Dalam kedua lokakarya tadi berhasil disusun kurikulum. Dan pada tanggal 1 September 1962, semasa Dekan FH‐IPK Prof. Sujono Hadinoto, SH, Bagian Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan secara resmi didirikan. Mulai saat itu dikenallah nama Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan atau disingkat FH & IPK.
Jurusan Publisistik pun diperluas. Kemudian Bagian IPK mencakup 6 (enam) jurusan, yaitu Ilmu Publisistik, Ilmu Politik, Il mu Administrasi, Sosiologi, Kriminologi, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Bersamaan dengan itu, pada tahun akademi 1962/1963 diselenggarakan penerimaan mahasiswa tingkat persiapan untuk Bagian IPK. Sementara itu Jurusan Publisistik sendiri dalam tahun 1963 berhasil menamatkan sejumlah Sarjana Publisistik yang pertama sekaligus merupakan alumni pertama dari Bagian IPK. Tercatat lulusan pertama Jurusan Publisistik antara lain Raden Djajusman Tanudikusumah, Dja’far Husin Assegaf, dan Zacharias Razak.

Di masa-masa awal roda pengembangan dan pengelolaan Bagian IPK ini, tercatat nama-nama mahasiswa yang di masa-masa berikutnya dikenal sebagai tokoh yang pakar di bidangnya. Dari Ilmu Politik terlihat antara lain Arbi Sanit, Nazaruddin Sjamsudin (mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum), dan Cosmas Batubara (mantan Menteri Tenaga Kerja). Ada pula seorang mahasiswa dari Thailand bernama Makata yang kemudian menulis skripsi mengenai “Politik Konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia” (Harian Indonesia Raja, 24 November 1969). Dari Ilmu Administrasi Negara tercatat di antaranya J.B. Kristiadi, Safri Nurmantu, dan Muchtar Machmud. Kemudian dari Sosiologi tampak antara lain Thamrin  Amal Tomagola, Paulus Wirutomo dan Robert MZ Lawang. Dari Kriminologi tercatat Tb Ronny R. Nitibaskara yang sekarang menjadi Rektor Universitas Budi Luhur, Jakarta. Dan dari Ilmu Kesejahteraan Sosial terlihat Zr. Laurens dan Paulus Tangdilintin.

Sebagai bagian dari FH & IPK, maka penyelenggaraan dan pengelolaan Bagian IPK, khususnya dalam hal Administrasi Keuangan, ruangan-ruangan kuliah, Senat Mahasiswa dan Badan Perwakilan Mahasiswa, disatukan dengan Bagian Hukum di bawah pimpinan seorang Dekan. Bahkan, beberapa mata kuliah tingkat persiapan diberikan bersama-sama dengan Bagian Hukum. Sekalipun demikian terdapat hal-hal yang praktis terpisah seperti Biro Administrasi Pendidikan dan kurikulum umumnya.

Secara organisatoris, keadaan ini tidak menjamin pengembangan yang baik. Selain juga terdapat kenyataan bahwa perkembangan ilmu-ilmu sosial sediri sudah sedemikian pesat dan telah memperoleh pengakuan dunia pendidikan di zaman modern. Keadaan-keadaan itu mendorong usaha ke arah peningkatan status Bagian IPK menjadi satu Fakultas yang berdiri sendiri.

Sebagai langkah pertama dalam persiapan ke arah peningkatan status tersebut, maka dengan surat keputusan Dekan Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Universitas Indonesia No.BD/32/65/K tanggal 24 Maret 1965 dibentuk Panitia Persiapan Pendirian Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan yang disingkat Panitia IPK. Dalam surat keputusan itu, Prof. Selo Soemardjan ditunjuk sebagai Ketua/Koordinator merangkap anggota dan T.O. Ihromi, SH, MA, sebagai Wakil 
Ketua/Koordinator merangkap angggota Panitia. Susunan Anggota Panitia lainnya mencerminkan komposisi jurusan dan Biro Administrasi Pendidikan, yaitu Prof. Mr. Dr. Prajudi Atmosudirdjo; Miriam Budiardjo MA, Soelaeman Suemardi, SH, MA; P.K. Ojong SH; C.L. Rudolph; Koesriani Siswosubroto SH; Drs. Djajusman Tanudikusumah; Drs. Usman Saleh; Purbatin Darmabrata SH; Ny. Retno Sutarjono SH; Drs. Rusman Anwar; Drs. Kwee Djiam Gwan; dan Girindro Pringgodigdo SH.

Panitia IPK ini kemudian melakukan usaha-usaha pendekatan dan memperjuangkan peningkatan status pada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Usaha-usaha tersebut juga memperoleh dukungan kuat dari segenap mahasiswa semua jurusan pada Bagian IPK. Dengan nama Tim Pelopor, para mahasiswa secara aktif turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut.

Hasil permulaan dari usaha-usaha itu adalah dikeluarkannya Surat Keputusan Dekan FH dan IPK No.BD/315/67/K yang memuat penegasan tugas dan wewenang Panitia IPK. Berdasarkan Surat Keputusan tersebut sebenarnya Bagian IPK telah memiliki “status otonomi” --yaitu memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri dalam batas-batas tertentu. Dengan demikian Bagian IPK secara praktis terpisah dari Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan. Tahap berikutnya menunggu pengesahan lebih lanjut dari Lembaga yang lebih tinggi, yaitu Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Akhirnya dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perguruan Tinggi No.42 Tahun 1968 ditetapkan pemisahan Bagian IPK dari FH & IPK serta mulai tanggal 1 Februari 1968 status Bagian Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan ditingkatkan menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Universitas Indonesia (FIPK UI) yang berdiri sendiri. Sebagai Dekan pertama diangkat Prof. Dr. Selo Soemardjan untuk masa jabatan dua tahun. Dalam menjalankan roda pengelolaan Fakultas, Dekan didampingi oleh satu Sekretaris dan empat Pembantu Dekan. Sejalan dengan pemisahan itu, pada tahun akademi 1970 Fakultas IPK pindah untuk sementara waktu ke gedung baru di Kampus Salemba (Jalan Salemba 4) yang dipinjam dari Fakultas Kedokteran Gigi UI dan di Jalan Teuku Umar Nomor 46. Untuk menampung sebagian perkuliahan dan kantor administratif, Fakultas IPK menempati lantai dua dan tiga gedung pinjaman FKG.

“Ruang-ruang kuliah di Salemba 4 dan Teuku Umar 46 adalah tempat perkuliahan kita yang pertama kali, kantor Biro Administrasi Pendidikan bekas kafetaria  yang semula gudang dan berdampingan dengan PKM (Pusat Kesehatan Mahasiswa), aula yang dihiasi dengan sebuah piano merupakan kebanggaan para civitas akademika UI, termasuk civitas akademika FIS UI pada masa itu. Kemudian lantai kedua dan ketiga gedung yang berlokasi antara Salemba 4 dan Salemba 6, yang kini Fakultas Kedoketran Gigi, secara keseluruhan merupakan tempat kegiatan-kegiatan akademis dan administrasi FIS,” kenang Prof. Miriam Budiardjo, Dekan FIS UI periode 1974-1979, dalam suatu kesempatan.

Pada tahun 1970 itu pula muncul ide untuk menyeragamkan nama fakultas‐fakultas yang bergerak dalam bidang ilmu‐ilmu sosial. Guna merealisasikan ide itu, dalam rapat-rapat Sub Konsorsium Ilmu‐ilmu Sosial yang diselenggarakan pada tanggal 4‐5 Agustus 1970, peserta mengusulkan perubahan nama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan menjadi Fakultas Ilmu‐ilmu Sosial (FIS). Rapat ini dihadiri wakil‐wakil dari Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta), Universitas Hasanuddin (Makassar), dan Universitas Padjadjaran (Bandung).

Sesuai dengan keputusan rapat tersebut, nama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Universitas Indonesia kemudian berubah menjadi Fakultas Ilmu‐ilmu Sosial Universitas Indonesia (FIS UI) melalui Surat Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor 002/SK/R/BR/72 tanggal 7 Februari 1972 yang berlaku surut mulai tanggal 1 Januari 1971.

Langkah ini diambil berdasarkan pertimbangan bahwa istilah Ilmu-ilmu Sosial secara internasional lebih tepat karena di dalam Fakultas IPK tercakup Ilmu Politik dan Ilmu-ilmu pengetahuan kemasyarakatan lainnya. Dalam pada itu status FIS UI sebagai satu Fakultas yang berdiri sendiri juga telah diperkuat dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 31/C/1972.

Relatif tidak terlalu lama FIS ‘menumpang’ di FKG dan Jalan Teuku Umar 46 Jakarta Pusat. Karena, pada tahun 1971 FIS UI memperoleh gedung sendiri di Kampus Rawamangun, Jakarta Timur. Kendati keadaan gedung saat itu masih sederhana dan belum mencukupi keperluan untuk kuliah, perpustakaan, administrasi, diskusi, aktivitas mahasiswa dan pertemuan staf pengajar, tapi seluruh fakultas menerimanya sebagai pernyataan keinginan untuk mempunyai identitas sebagai suatu fakultas yang diakui masyarakat. Dan gambaran sebagai suatu fakultas tersendiri semakin lengkap. “Saya masih ingat banyak di antara para mahasiswa yang berjaket kuning dengan simbol UI berwarna oranye menaiki kendaraan umum Bemo menyelusuri jalan dari Salemba Tengah ke Rawamangun melalui Utan Kayu, karena pada saat itu Jalan Pramuka dan Jalan Pemuda belum berfungsi,” ujar Prof. Miriam Budiardjo saat peringatan dasawarsa FIS UI pada tanggal 1 Februari 1978.

Tahun 1974 Prof. Miriam Budiardjo menerima tongkat estafet menggantikan Prof. Dr. Selo Soemardjan sebagai Dekan FIS UI. Di masa kepemimpinan Prof. Miriam, tepatnya tahun 1976, terjadi suatu perkembangan penting dalam struktur organisasi FIS UI, sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari sistem pendidikan dan kurikulum baru yang telah diterima dalam Lokakarya Kurikulum di Tugu, Kabupaten Bogor, tanggal 3-5 September 1972. Hasil Lokakarya tersebut antara lain bahwa keenam jurusan dalam lingkungan FIS UI diubah menjadi empat jurusan. Keempat jurusan itu masing-masing: Jurusan Komunikasi Massa; Jurusan Ilmu Politik, terdiri dari Program Studi Politik dan Pemerintahan Indonesia serta Program Studi Hubungan Internasional dan Studi Kawasan; Jurusan Ilmu Administrasi yang terdiri dari Program Studi Ilmu Administrasi Niaga dan Program Studi Ilmu Administrasi Negara; Jurusan Sosiologi, terdiri dari Program Studi Sosiologi, Program Studi Kriminologi dan Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial.

“Pada masa ini FIS telah banyak memainkan peranan yang positif. Berbagai kegiatan dalam rangka Tri Dharma Perguruan Tinggi telah dijalankan. Melalui sarana Studi Pembangunan Indonesia, FIS UI mengusahakan peningkatan kemampuan akademis bagi para pengajar fakultas yang sejenis (Sospol) dan peningkatan kemampuan bagi para pejabat pemerintahan (pusat dan daerah) dalam bidang perencanaan sosial. Lokasinya di Ibukota Negara menuntut partisipasinya dalam meemcahkan masalah-masalah masyarakat perkotaan melalui Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (Urban Research Center). FIS juga tidak menutup mata terhadap masyarakat pedesaan yang menandai sebagian besar masyarakat Indonesia. Dalam hubungan ini patut dicatat bahwa FIS UI bersama dengan Fakultas Kedokteran UI dan fakultas-fakultas lainnya mengambil bagian yang aktif dalam merintis dan membentuk proyek pedesaan,” papar Rektor UI (saat itu) Prof. Dr. Mahar Mardjono ketika memberikan sambutan dalam peringatan dasawarsa FIS UI, 1 Februari 1978.

Di penghujung 1970-an sampai awal 1980-an, FIS UI sempat menjadi perbincangan dalam kehidupan politik Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Terutama terkait dengan aktivitas diskusi dan seminar yang melibatkan civitas akademika FIS UI. Tercatat, pada 18 Januari 1982, Dekan FIS UI (waktu itu) Prof. Dr. Tobias Soebekti mengeluarkan surat pelarangan mengajar “sementara waktu” bagi Dosen Ilmu Politik Dr. Juwono Sudarsono. Sepekan sebelumnya, Dekan memberitahukan kepada Dosen Ilmu Politik itu secara lisan hal pelarangan tersebut sesuai dengan pesan lisan Menteri P&K  (saat itu) Dr. Daoed Joesoef.

Juwono pun bertanya-tanya ada apa gerangan sampai muncul surat pelarangan mengajar tersebut. Karena, tak ada kejelasan alasan perihal pelarangan tersebut, baik secara lisan maupun tertulis. Juwono hanya bisa memperkirakan. Boleh jadi pelarangan itu terkait dengan keikutsertaannya dalam satu diskusi terbatas di Universitas Atmajaya, Jakarta, pada tanggal 18 November 1981. Ada yang salah persepsi atas pendapat yang dilontarkan Juwono pada acara diskusi itu. Konon ada laporan sampai ke tangan Menteri P&K, bahwa Juwono dalam diskusi tersebut mengatakan, "Pemerintahan Soeharto sudah kian membusuk dan saya (Juwono - red.) akan bekerja giat dari dalam untuk lebih mempercepat proses pembusukan."

Juwono cuma terheran-heran atas laporan tersebut. Pelapor hanya memahami potongan dari utuh pendapat yang dilontarkan Juwono. Persisnya, Juwono berkata, "Dalam buku Richard Nixon, The Real War, Nixon mengutip ucapan Lenin yang antara lain mengatakan, pemerintah apa pun, kalau sudah membusuk tidak perlu didongkel oleh suatu gerakan komunis. Pemerintah itu akan jatuh dengan sendirinya karena kontradiksi-kontradiksi intern yang dialaminya."

Dinamika kehidupan kampus FIS UI ketika itu memang cukup menarik. Setahun sebelum muncul pelarangan mengajar buat Juwono, sempat pula muncul polemik seputar konsep dan kurikulum sistem kredit semester yang mulai diterapkan tahun 1982. Tepatnya tahun 1981, Pembantu Dekan I Urusan Bidang Akademis Dr. Juwono Sudarsono mengundurkan diri dari jabatannya, karena tak sepaham dengan kebijaksanaan fakultas tentang rencana sistem kredit semester.  

Dalam perkembangan kehidupan kampus yang semakin dinamis, nama FIS rupanya dirasakan kurang mengakomodasi semua jurusan yang dinaunginya, misalkan jurusan ilmu politik. Pada tahun 1982 nama Fakultas Ilmu‐Ilmu Sosial Universitas Indonesia (FIS UI) diubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor44 tahun 1982. Pada saat yang sama, sistem kredit semester (SKS) mulai diterapkan dalam kurikulum fakultas, dan tiga program studi di jurusan sosiologi direstrukturisasi menjadi jurusan yang berdiri sendiri. Dengan demikian pada tahun 1982 itu FISIP UI memiliki 6 jurusan, yaitu: Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik, Ilmu Administrasi, Sosiologi, Kriminologi, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial.
Setahun berselang, yakni pada tahun 1983, jumlah jurusan di FISIP UI bertambah satu lagi dengan berpindahnya Jurusan Antropologi yang semula menjadi bagian Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kemudian pada tahun 1985, Program Studi Hubungan Internasional dan Kawasan di Jurusan Ilmu Politik naik status menjadi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional. Dengan demikian sejak tahun 1985 FISIP UI memiliki dan mengelola delapan jurusan.

Berdasarkan Keputusan Dekan nomor 007 tanggal 13 Januari 1995, FISIP memperluas program jenjang sarjana dengan membuka Program Sarjana Ekstensi. Kebijakan pembentukan Program Ekstensi ini diperkuat dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Indonesia No.144/SK/R/UI/1995 tertanggal 29 Desember 1995. Secara resmi Program Ekstensi FISIP UI menerima mahasiswa angkatan pertama pada bulan Juni 1995 untuk tiga program studi, yakni: Program Ilmu Komunikasi, Program Ilmu Politik, dan Program Ilmu Administrasi. Kemudian pada tahun 1997, dibuka pula Program Ekstensi Kriminologi.
Tahun 2001, secara kelembagaan FISIP merupakan bagian dari BHMN (Badan Hukum Milik Negara) Universitas Indonesia. Sejak tahun itu, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 152, Universitas Indonesia ditempatkan sebagai BHMN, yaitu sebuah lembaga yang secara manajemen otonom dari pemerintah. Dengan status ini, Universitas Indonesia memiliki Anggaran Rumah Tangga sendiri yang dituangkan dalam bentuk keputusan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia, Surat Keputusan Nomor 01/SK/MWA-UI/2003. Kemudian Pimpinan Fakultas terdiri dari Dekan, Wakil Dekan, Sekretaris Fakultas dan para manajer. Dekan dan Wakil Dekan diangkat dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Indonesia. Sedangkan Seretaris Fakultas dan para manajer diangkat dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Dekan.    

Dengan status otonom, menurut penjelasan Dekan FISIP UI (waktu itu) Prof. Dr. Martani Huseini, FISIP kemudian merentang visi “Menjadi fakultas pengajaran dan riset unggulan di bidang ilmu sosial dan ilmu politik, yang memberi kontribusi pada pengembangan kualitas kehidupan”. Berangkat dari visi ini, jelas Prof. Martani lebih lanjut, FISIP UI menetapkan misinya sebagai berikut: Pertama, Menyelenggarakan proses pengajaran yang bermutu, melalui rintisan pengajaran berbasis riset, dalam rangka mencetak lulusan berdaya saing tinggi baik secara akademis maupun moral. Kedua, Mengembangkan kebijakan dan kegiatan karya riset “noble” serta riset aplikatif yang berguna bagi negara, industri, dan masyarakat sipil. Ketiga, Membangun SDM tenaga akademik (pengajar/peneliti) dan non-akademik (administrasi) yang profesional (handal, beretika dan sejahtera) dalam rangka peningkatan mutu pelayanan terhadap stakeholders dan pasar. Keempat, Menerapkan sistem manajemen profesional berbasis transparansi dan akuntabilitas dalam rangka menciptakan tata kerja yang baik, kinerja tinggi, serta efisiensi dan efektivitas organisasi. Dan kelima, Menciptakan iklim kerja yang kondusif ditandai oleh berkembangnya semangat kerja sama, saling percaya (mutual‐trust), dan terbentuknya nilai‐nilai bersama (shared value) menuju ke-Indonesiaan yang maju dan sejahtera.
Dengan visi dan misi yang begitu gamblang, maka penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi FISIP UI bertujuan: pertama, Menghasilkan lulusan FISIP UI yang berdaya saing tinggi baik secara akademis maupun secara moral sehingga dapat menjadi modal bagi pembangunan bangsa dan negara. Kedua, Menghasilkan karya‐karya penelitian yang bersifat “noble” serta riset aplikatif yang berkualitas dan berguna bagi komunitas akademika, mahasiswa, pemerintah, industri dan masyarakat. Dan ketiga, Memberikan pengabdian terbaik kepada masyarakat melalui upaya‐upaya positif yang menumbuhkan kesadaran dan kepercayaan diri masyarakat serta menjadikan masyarakat sebagai kekuatan dan modal bagi pembangunan bangsa dan negara.

Perubahan status dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi otonom (BHMN), juga membawa konsekuensi terhadap struktur organisasi FISIP UI. Selama ini fakultas dipimpin oleh seorang dekan yang didampingi oleh tiga pembantu dekan. Kemudian seiring dengan status otonomi, Organisasi dan Tata Laksana FISIP terdiri dari Senat Akademik Fakultas dan Dewan Guru Besar Fakultas, serta Pimpinan dan Unsur Manajemen Fakultas. Senat Akademik Fakultas (SAF) merupakan badan normatif tertinggi di lingkungan fakultas yang di antaranya memiliki tugas dalam memberikan masukan kepada pimpinan fakultas mengenai rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran tahunan fakultas. Sementara itu, Dewan Guru Besar Fakultas adalah organ dalam struktur organisasi fakultas yang melakukan pembinaan kehidupan akademik dan integritas moral serta etika dalam lingkungan sivitas akademika FISIP‐UI.

Fakultas dipimpin oleh Dekan yang dibantu oleh seorang Wakil Dekan untuk mengatur dan mengurus Bidang Akademik dan Bidang Non-akademik. Dekan dibantu oleh Sekretaris Fakultas dan staf pimpinan yang mengatur dan mengurus hal‐hal yang bersifat pembantuan staf, internalisasi, koordinasi kelembagaan, pengembangan teknologi informasi dan komunikasi serta kerjasama dengan lembaga luar. Selain itu, dalam merumuskan rancangan kebijakan di bidang penelitian, publikasi, dan pengelolaan ventura. Dekan dibantu oleh para manajer yang bertugas melaksanakan kebijakan‐kebijakan fakultas dengan dibantu oleh staf yang dimilikinya.

Lalu mulai tahun 2003, istilah jurusan di FISIP UI diubah menjadi departemen. Dengan demikian, sampai saat ini, FISIP UI memiliki 8 (delapan) departemen, yaitu Departemen Ilmu Komunikasi, terdiri dari Program Studi Jurnalistik, Public Relations, Periklanan dan Studi Media; Departemen Ilmu Politik, dengan Program Studi Politik Indonesia dan Perbandingan Politik; Departemen Ilmu Administrasi, terdiri dari Program Studi Administrasi Negara, Administrasi Niaga dan Administrasi Fiskal; Departemen Sosiologi; Departemen Kriminologi; Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial; Departemen Antropologi; dan Departemen Ilmu Hubungan Internasional.

Kini FISIP merupakan salah satu fakultas dengan jumlah program studi dan mahasiswa terbanyak yang terdapat di Universitas Indonesia. Dikatakan demikian karena sejak berdiri sampai dengan tahun 2005, FISIP UI berkembang dengan pesat sehingga memiliki 35 program studi dengan 52 program kekhususan, dengan jumlah mahasiswa sebanyak 7.000 orang (semester genap 2010).

Boks:
Dekan FISIP dari Masa ke Masa

Dari sejak berdiri 1 Februari 1968 hingga sekarang ini, FISIP UI telah dipimpin oleh sepuluh orang Dekan. Berikut profil singkat sepuluh orang Dekan yang sempat memberi warna dalam perjalanan FISIP UI.
* Prof. Dr. Selo Soemardjan
Doktor (PhD) lulusan Cornell University, Ithaca, New York, AS, tahun 1959, ini termasuk tokoh utama kelahiran Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (yang kemudian bermetamorfose menjadi FIS lalu FISIP). Pakar Sosiologi kelahiran Yogyakarta tanggal 23 Mei 1915 yang pernah menjadi Sekretaris Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono (1973-1978) ini merupakan Ketua Panitia IPK yang dibentuk tahun 1965. Panitia IPK mengemban amanah mematangkan pembentukan Fakultas IPK. Berkat kegigihannya dalam memimpin Panitia IPK, tanggal 1 Februari 1968 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud menerbitkan Surat Keputusan Nomor 42 Tahun 1968 yang menandai mulai berdirinya Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Universitas Indonesia (FIPK UI), terpisah dari Fakultas Hukum dan IPK. Dan Prof. Dr. Selo Semardjan diberi mandat sebagai Dekan yang pertama FIPK UI dalam rentang waktu 1968‐1974.
Di awal masa perjalanan FIPK, Prof. Selo berkonsentrasi meningkatkan kualitas tenaga pengajar. Berkat jejaring yang luas, di masa kepemimpinan Prof. Selo, banyak tenaga pengajar (dosen) yang belajar ke luar negeri. Tahun 1969 misalkan, Harsono Suwardi dan Juwono Sudarsono belajar di Nederland. Kemudian tahun 1970, tercatat Kamanto Sunarto dan Djajusman Tanudikusumah mengambil studi lanjut di Amerika Serikat.  
Dalam perjalanan karirnya, Prof. Selo sempat mengajar di Fakultas Hukum UI dan Fakultas Ekonomi UI. Buku yang pernah dipublikasikannya antara lain Social Changes in Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Prof. Selo pernah memperoleh penghargaan Bintang Mahaputra Utama (17 Agustus 1994), Gelar Ilmuwan Utama Sosiologi (30 Agustus 1994) dan Anugerah Hamengkubuwono (HB) IX dari Universitas Gadjah Mada  (19 Januari 2002). Sampai beliau meninggal tahun 2003, beliau masih menyandang Profesor Emeritus di FISIP UI.

* Prof. Dr. (Hc) Miriam Budiardjo, MA
Prof. Miriam adalah Guru bagi hampir semua orang yang saat ini bergelut dengan ilmu sosial, terutama ilmu politik, di Universitas Indonesia. Bahkan bukan hanya itu. Tokoh kelahiran Kediri tanggal 20 November 1923 ini dapat dikatakan sebagai guru bagi hampir semua orang yang menggeluti ilmu politik di Indonesia. Beliau menjabat Dekan FIS UI tahun 1974‐1979, menggantikan Prof. Selo Soemardjan. Di masa kepemimpinan Bu Mir, demikian Prof. Miriam biasa disapa para muridnya, tenaga pengajar FIS yang berlajar ke luar negeri semakin bervariasi, misalkan Paulus Wirutomo belajar ke Inggris (1977), Soedji Martosupono belajar ke Australia (1976), dan Amir Santoso ke Malaysia (1974). Selain itu, Bu Mir juga cukup gigih memperjuangkan agar FIS menempati gedung sendiri di Rawamangun. Dan, Bu Mir berusaha meningkatkan fasilitas yang lebih baik sesuai dengan tuntutan pendidikan modern. 
Posisi Bu Mir sebagai Guru Ilmu Politik bagi semua orang dilembagakan melalui karya klasiknya, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Dicetak ulang puluhan kali sejak pertama kali diterbitkan (1982), dan dibajak puluhan kali pula secara tak bertanggung jawab, buku ini menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa ilmu politik di berbagai universitas di Indonesia. Benar bahwa setelah itu Bu Mir tidak terlampau produktif menghasilkan buku dan karya-karya ilmiah lainnya, tetapi Dasar-Dasar Ilmu Politik rasa-rasanya hampir selalu ada di rak buku setiap mahasiswa ilmu politik di mana pun. Sebagai Guru, Bu Mir tidak pernah meninggalkan kampus sejak masa-masa perintisan Jurusan Ilmu Politik di UI hingga akhir hayatnya (8 Januari 2007). Beliau adalah salah satu contoh terbaik pengajar dan pendidik yang benar-benar mencintai kampus dan para mahasiswanya.

* Prof. Dr. R. Tobias Soebekti, MPA
Prof. Tobias dikenal sebagai ahli administrasi perpajakan.Tahun 1973, Dr. R. Tobias Soebekti, MPA dikukuhkan menjadi Guru Besar FIS UI dengan menyampaikan orasi berjudul “Beberapa Segi Mengenai Pengambilan Keputusan dalam Bidang Administrasi”. Naskah orasi yang kemudian dibukukan FIS UI ini kini tersimpan rapi di perpustakaan-perpustakaan Fakultas ISIP, Fakultas Ekonomi, sekolah tinggi, dan lembaga-lembaga terkait. Pemikiran Prof. Tobias tetap mewarnai administrasi pengambilan kebijakan dalam pemerintahan, bisnis dan perpajakan di negeri ini.
Prof. Tobias menjadi Dekan FIS UI periode tahun 1979-1982. Sebuah masa yang tidak ringan, terlebih Jakarta waktu itu belum lama lepas dari Peristiwa Malari (15 Januari) 1978. Kehidupan kampus tidak lepas dari jamahan intelijen pemerintahan Orde Baru yang semakin menguat. Prof. Tobias harus hati-hati benar membina dan mengelola FIS UI. Beliau tidak bisa melupakan satu peristiwa ketika harus menerbitkan surat pelarangan mengajar “sementara waktu” buat Dr. Juwono Sudarsono. Beliau menerbitkan surat itu setelah ada perintah lisan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (saat itu) Dr. Daoed Joesoef. Soal alasan yang lebih detail, kata Prof. Tobias, "Tanyakan kepada Pak Menteri P&K, karena dialah yang berwenang."
Di mata Prof. Tobias, kampus FIS harus tetap tenang agar mahasiswa dapat terus belajar dan meningkatkan kiprahnya di tengah-tengah masyarakat. Sebab itu, beliau lebih banyak berkutat di kampus dan mengembangkan lembaga konsultannya. Tahun 1985, Prof. Tobias berhasil menyelesaikan buku Dasar-dasar Perpajakan yang kemudian dijadikan acuan pokok oleh para mahasiswa ilmu administrasi.

* Prof. Dr. Manasse Malo
Alumni University of Wisconsin, USA ,1972 ,ini mulai menekuni profesi dosen di FISIP UI sejak tahun 1977. Karirnya cukup cemerlang, karena di tahun 1982-1985, Prof. Manasse Malo sudah diberi kepercayaan menjabat Dekan FISIP UI. Beliau sempat menjadi staf ahli Menko Ekuin dan Wasbang (1989). Tokoh kelahiran Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, 2 Mei 1941, ini sempat pula menjadi Anggota DPR (1999-2004) dari Partai Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB) dari daerah pemilihan Kabupaten Sumba Barat.
Pengalaman kerjanya dimulai sebagai Teaching Assistant pada University of Wisconsin, Madison, 1971-1974; Dosen FISIP UI, Jakarta, 1977; Konsultan BP3K (Balitbang Dikbud), 1978-1981; Konsultan BPPT, 1980-1981; Pudek I FISIP UI, 1981-1982; Dekan FISIP UI, 1982-1985; Dekan FISIP UI, 1985-1988; Konsultan BKKPN Pusat, 1984-1988; Ketua Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial UI, 1986; dan Guru Besar FISIP UI, 2001. Atas berbagai karya dan pengabdiannya, tokoh yang telah meninggal pada 6 Januari 2007 ini menerima sejumlah penghargaan, antara lain: Bintang Satya Karya Setia RI (1999); Fellowship dari Fulbright (1981) untuk hadiri workshop mengenai analisa data kuantitatif di Asia Institute of Technology, Bangkok; Research dan Travel Grant dari Ford Foundation (1974-1976);  Fellowship dari USAID (1977-1980); dan Fellowship dari UNESCO (1979-1980).

* Prof. Dr. Juwono Sudarsono, MA
Juwono Sudarsono lulus sarjana dari Jurusan Ilmu Publisistik FH & IPK UI tahun 1965. Tahun 1970, beliau melanjutkan studi di The University of California, Berkeley, USA, sampai memperoleh gelar MA. Dan, menyelesaikan program doktoral di The London School of Economics, Inggris, dan berhak menyandang gelar PhD. Sebelum menjabat Dekan FISIP UI (1988‐1994), beliau dipercaya menjadi Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional yang pertama tahun 1985 setelah terjadi pengembangan Program Studi Hubungan Internasional dan Kawasan dari Jurusan Ilmu Politik. Putra dari Dr. Sudarsono (Alm) yang merupakan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Urusan Sosial pada akhir 1940-an ini memiliki ketertarikan pada isu strategi, manajemen, dan perencanaan pertahanan. Beliau sangat percaya pada pertahanan non-militer, termasuk pertahanan sumber daya manusia dan skil, pertahanan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pertahanan keadilan sosial dan nilai-nilai budaya sebagai proses yang terus-menerus dalam sebuah negara serta pembangunan karakter.
Memasuki tahun 1990-an, karir Prof. Juwono lebih banyak di pemerintahan. Tahun 1995-1998, beliau mengemban jabatan Gubernur Lemhanas (Lembaga Ketahanan Nasional). Di penghujung kepemimpinan Presiden Soeharto, 1998, beliau dipercaya menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup.Lalu, di masa Presiden BJ Habibie (1998-1999), beliau menerima tugas sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagai Menteri Pertahanan di era Presiden Abdurrahman Wahid (1999-2000), Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggris (2001-2004) dan Menteri Pertahanan pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I (2004-2009).
   
* Prof. Dr. M. Budyatna
Prof. Budyatna dikenal sebagai seorang pakar di bidang komunikasi. Beliau menyelesaikan pendidikan S1 di bidang publisistik di FH & IPK pada tahun 1965. Tahun 1974 beliau melanjutkan S2 di bidang komunikasi di Amerika Serikat. Semasa sebagai Dekan FISIP UI (1994-1998), beliau cukup aktif menyumbangkan ide dan pikiran-pikiran seputar ilmu komunikasi untuk pengambilan kebijakan oleh instansi-instansi seperti Kementerian Kebudayaan & Pariwisata, dan Departemen Hukum & Perundang-undangan. Selain itu beliau juga aktif melontarkan ide dan pokok-pokok pikirannya melalui media massa. Bahkan, beliau biasa dijadikan narasumber oleh kalangan jurnalis. 
Sebagai pakar ilmu komunikasi, Prof. Budyatna ikut aktif merumuskan harmonisasi hukum tentang media massa. Rumusan dan kajian ini kemudian diterbitkan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), Departemen Hukum dan Perundang-Undangan RI, pada tahun 1999/2000. Sebelumnya, beliau ikut penelitian bertajuk “Perilaku Remaja Jakarta dan Tayangan TV” yang  dimuat di Majalah PRISMA No.4 Tahun XXIII April 1994. Beliau benar-benar menunjukkan kepakarannya di bidang ilmu komunikasi dengan aktif menulis sejumlah artikel. Misalnya artikel Konflik dalam Komunikasi Antarpribadi yang dimuat di Jurnal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jilid XXI No.1, Juni 1991; Pengembangan Sistem Informasi: Permasalahan dan Prospeknya dalam KOMUNIKA (Warta Ilmiah Populer Komunikasi dalam Pembangunan) Vol.8 No.1, 2005; dan Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Media Massa, Panduan Bagi Jurnalis,  dipublikasikan oleh Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2004.

* Prof. Kamanto Sunarto, SH, PhD
Prof. Kamanto Sunarto adalah pakar dalam bidang Sosiologi Kesehatan. Dilahirkan pada tanggal 3 Juli 1941 di Purwodadi-Grobogan, Jawa Tengah, beliau memperoleh gelar Sarjana Hukum dari FH & IPK UI (1966) dan gelar PhD dari Department of Education, Social Science Division, University of Chicago (1980). Beliau pernah mengikuti UNESCO Training Seminar in the Sociology of Development di New Delhi (1968), menjadi visiting scholar di Center for South and Southeast Asia Studies, University of California at Berkeley (1970/1971), serta di Comparative and Global Studies in Education, State University of New York at Buffalo (1994). Prof. Kamanto menjabat Dekan FISIP UI perode 1998-2001.
Prof. Kamanto aktif melakukan penelitian dan menulis karya-karya ilmiah. Karya-karya ilmiahnya yang telah dipublikasikan antara lain ”Strategi Penyempurnaan Kurikulum Sosiologi (SMU)” yang dimuat dalam Jurnal Kajian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 018/V/September 1999;”Mencari Figur Pemimpin Bangsa di Era Millenium III Perspektif Bidang Sosial Budaya” yang disampaikan dalam diskusi panel Kelompok Pengkajian Mahasiswa Jawa Barat di Bandung, 2 Juni 1999; ”Prospect of Higher Education in the Information Age: The Case of Indonesia” yang dipaparkan pada The Conference for Southest Asian University Presidents on the Occasion of the 20th di Taiwan, November 2000. Salah satu hasil penelitiannya yang telah dipublikasikan berjudul ”Penjelasan Teoritik Terhadap Konflik Kelompok Etnik Pandangan Horowitz” yang kemudian disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Peneliti Agama di Jakarta, 31 Oktober 1998.

* Prof. Dr. Martani Huseini
Prof. Martani adalah seorang pakar di bidang ilmu administrasi. Beliau juga seorang pengusaha dan konsultan. Dilahirkan di Kediri, tanggal 7 Maret 1951, beliau menyelesaikan pendidikan S1 di FISIP UI pada tahun 1977, dan berhasil mendapatkan gelar doktor dari Universitas Paris de Sorbonne pada tahun 1983. Dan, beliau terpilih mengemban amanah sebagai Dekan FISIP pada tahun 2001-2003.
Prof. Martani cukup aktif ‘mempromosikan’ FISIP UI melalui karya-karya ilmiahnya. Beberapa karya beliau yang telah dipublikasikan adalah “Menuju Bank yang Ideal dengan Pendekatan Learning Organization” yang dimuat dalam Jurnal Keuangan & Perbankan Volume I No.1, September 1998; “Dari Change Management Hingga Learning Organization: Mencermati Perkembangan Konsep Keunggulan Bersaing”, dimuat dalam Majalah Agrimedia, Volume 4 No.3, Oktober 1998; ”Preparing Indonesian Entrepreneur Society: Facing the Thrid Millenium (A Learning Organization Approach)”, dimuat dalam Majalah Management Expose,Volume I No.2, Mei 1999; “Menata Ulang Strategi Pemasaran Internasional Indonesia”, dimuat dalam Jurnal Reformasi Ekonomi, Volume I No.1, Januari-Maret 2000; dan “Otonomi Daerah, Integrasi Bangsa, dan Daya Saing Nasional: Saka-Sakti, Suatu Model Alternatif Pemberdayaan Ekonomi Daerah” sebagai orasi Ilmiah Wisuda XIX STIA LAN Bandung, tanggal 29 April 2000.

* Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri
Prof. Gumilar merupakan pakar di bidang sosiologi perkotaan. Minat studinya berfokus pada riset-riset perkotaan dan urbanisasi, globalisasi, masalah kemiskinan hingga kajian masyarakat post-kolonial (sociology beyond society). Dilahirkan di Tasikmalaya pada 11 Maret 1963, beliau menyelesaikan pendidikan S1 di Departemen Sosiologi, FISIP-UI, pada Januari 1989, dan meraih gelar Doktor (Doktor der Sozialwissenschaften) di Fakultas Sosiologi, Universitaet Bielefeld, Jerman pada tahun 1995. Selain memiliki reputasi dalam karir intelektual yang impresif, beliau memiliki kemampuan manajerial yang sangat baik terutama dalam beberapa aspek: decisive leadership, entrepreneurial, dan team building. Beliau menjadi Dekan FISIP UI periode 2003-2008. Namun, tahun 2007 beliau terpilih menjadi Rektor UI periode 2007-2012 dalam usia 44 tahun dan mencatat sejarah sebagai Rektor UI termuda. Pengalaman manajerial sebelumnya adalah pernah menjadi Sekretaris Majelis Wali Amanat (2001-2002) dan Wakil Direktur Pusat Studi Jepang UI (1997- 2003).
Prof. Gumilar memiliki pengalaman riset yang panjang dalam bidang yang ditekuninya selama ini. Di antara riset yang melewati kompetisi internasional adalah penelitian mengenai “Social Transformation in Village Community using ICT: A Case Study in Pabelan Telecenter, Central Java, Indonesia” (2007) yang mendapatkan hibah dari POSCO TJ Park Foundation, Korea. Beliau pernah menjadi peneliti tamu di beberapa universitas di dunia antara lain Universitas Groningen, Belanda (1990); Institute of Southeast Asian Studies, Singapura (1990); Institute of Social Studies, Universitas Tokyo (1998); Universitas Bonn, Jerman (1999); dan Universitas Tohoku, Jepang (2000). Beliau juga kerap diundang sebagai pembicara dalam berbagai forum akademik internasional baik sebagai ilmuwan maupun sebagai Rektor Universitas Indonesia.

* Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, MSc
Prof. Bambang diangkat menjadi Dekan FISIP UI melalui Keputusan Rektor Universitas Indonesia No.405/SK/R/UI/2008 untuk masa jabatan 2008–2012. Bersama dengan Wakil Dekan (ketika itu) Julian Aldrin Pasha, MA, PhD, beserta berbagai jajaran pimpinan, Prof. Bambang berusaha melakukan transformasi menuju format kelembagaan yang lebih sesuai dengan “ruh” dan dinamika sebuah badan yang otonom, mandiri (non-subsidi) dan profesional. Transformasi ini tentu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, karena membutuhkan prasyarat perubahan mindset dari semua warga sivitas akademika.
Sebelum menjabat Dekan FISIP UI, Prof. Bambang dikenal sebagai guru besar di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI, lahir di Rabat (Maroko), pada tanggal 24 Agustus 1961. Bidang kajian yang diminati adalah kebijakan dan perencanaan sosial. Berpengalaman sebagai konsultan di beberapa lembaga nasional dan internasional. Aktif sebagai pemrasaran diberbagai seminar nasional/internasional serta menulis artikel di berbagai jurnal. Saat ini menjabat sebagai dekan FISIP UI periode 2008-2012.

No comments:

Post a Comment