Tuesday, January 14, 2014

Perempuan Mulia yang Menyusui Nabi Muhamad Saw



            Perempuan mulia yang menyusui Nabi Muhamad Saw adalah Halimah binti Abu Dzu'aib --atau yang lebih dikenal dengan sebutan Halimah al-Sa'diyah. Dia merupakan seorang ibu yang menyusui Nabi dan menyapihnya tatkala Nabi masih balita. Halimah termasuk di antara orang terdekat Nabi yang melihat tanda-tanda kebesarannya.
            Alkisah, suatu hari, Halimah keluar bersama suami dan anaknya (laki-laki) yang masih balita mengikuti rombongan perempuan klan Sa'ad bin Bakar mencari bayi yang mau dititipkan kepada mereka agar disusui. Halimah bertutur, “Pada tahun itu desa kami paceklik. Kami kehabisan bahan pokok makanan. Kami keluar mengendarai keledai putih dan seekor unta betina yang sudah lama tidak bisa diperah susunya. Pada malam hari, kami tidak bisa tidur nyenyak karena mendengar tangis bayi yang kelaparan. Sementara air susu saya sudah mengering dan unta betina pun demikian. Kami hanya mengharap pertolongan dan segera keluar dari situasi sulit ini.”
            Ketika Halimah sampai di kota Makkah, dia melihat tidak ada seorang wanita pun yang bersedia menerima (bayi) Nabi Saw. Mereka menolak menyusui Nabi lantaran saat itu beliau seorang bayi yatim. Perempuan-perempuan klan Sa'ad bin Bakar mengatakan, "Dia anak yatim, apa yang bisa kita harapkan dari ibu atau kakeknya." Oleh karena itu, mayoritas perempuan klan Sa’ad bin Bakar tidak menyukai anak yatim.
            Semua wanita yang bersama Halimah sudah mendapatkan bayi yang akan disusuinya kecuali dirinya. Sejenak sebelum rombongan memutuskan kembali ke desa, Halimah berkata kepada suami, "Demi Allah, saya tidak akan pulang bersama kalian kecuali membawa seorang bayi untuk disusui. Dan saya akan mengambil dan menyusui bayi yatim itu."
Suaminya menjawab, "Ya, tidak apa-apa, semoga Allah SWT memberkati kita."
            Halimah kemudian menghampiri dan membawa bayi itu bersama rombongannya pulang. Dia memutuskan membawa bayi yatim karena tidak ada lagi bayi lain. Ketika dia menggendongnya, tiba-tiba kedua payudaranya seakan terisi dan bayi itu menyusu dengan lahap sampai kenyang. Begitu pula dengan bayi laki-laki anak Halimah. Keduanya tidur pulas. Padahal, malam-malam sebelumnya Halimah dan anaknya tidak pernah bisa tidur sepulas itu.
Lalu Halimah melihat suaminya menuju ke arah unta mereka. Ternyata unta itu siap diperah. Mereka kemudian memerah dan meminum susunya. Mereka pun menikmati malam yang indah.
Pagi harinya suami Halimah mengatakan, "Tahukah engkau wahai Halimah. Engkau telah memutuskan untuk mengambil seorang bayi yang diberkahi."
Halimah mengucap, "Demi Allah, memang itu yang saya harapkan." Halimah dan suaminya kemudian membawa bayi yatim dengan mengendarai keledai putih. Anehnya, keledai yang ditumpangi Halimah berlari sangat cepat dan tidak terkejar oleh rombongan. Sampai seorang sahabat perempuan Halimah terheran, "Wahai anak perempuan Abu Dzua'ib.[1] Tunggu kami, jangan terlalu cepat. Bukankah ini keledaimu yang kemarin itu?"
“Betul,” ujar Halimah.  Kemudian, sahat perempuan Halimah berucap, "Demi Allah, ini agak aneh." 
            Selang beberapa waktu, sampailah Halimah dan rombongan di desa asal. “Demi Allah, saya tidak tahu apakah ada desa yang lebih tandus dan kering daripada desa kami ini. Kambing-kambing peliharaan mendekat pada kami. Anehnya, kambing-kambing itu dalam keadaan kenyang dan siap diperah susunya. Lalu kami memerah dan meminumnya, padahal tidak seorang pun di desa kami yang minum susu ketika itu,” cerita Halimah.
Hal ini mengundang kecemburuan hingga ada warga desa yang berujar, “Celaka. Mari kita gembalakan ternak kita di tempat ternak anak perempuan Abu Dzua'ib." Tapi tetap saja, situasi tidak berubah. Kambing-kambing Halimah dalam keadaan kenyang dan siap diperah sementara hewan ternak warga desa yang lain tetap saja kelaparan. Begitulah, selama kurun waktu dua tahun Nabi Saw menyusu, Halimah menyaksikan kebaikan dan keberkahan dari Allah SWT.[2]
            Diriwayatkan dari 'Imarah bin Tsauban bahwa Abu al-Thufail bercerita, "Saya melihat Nabi Saw membagikan daging di Ji'rânah. Waktu itu, saya masih kecil dan ikut membawa daging kambing.[3] Tiba-tiba ada seorang perempuan mendekat pada Nabi Saw kemudian Nabi menghamparkan sorbannya. Perempuan itu dipersilakan duduk di atas sorban yang terhampar. Saya bertanya, siapa dia? Para sahabat menjawab, dia adalah ibu Nabi Saw yang telah menyusuinya."[4]


[1]Nama panggilan Sayidah Halimah [penj].
[2]Kisah ini terdapat di dalam buku sejarah Ibnu Hisyam (1/103-104).
[3]Salah satu bentuk pembagian harta rampasan perang Hunain di bulan Syawal tahun ke-8 Hijriyah.
[4]Sunan Abu Daud (5144) Thabrani dalam kitabnya Majma' Az-Zawa'id (9/259).

No comments:

Post a Comment