Thursday, April 17, 2014

Menangislah


Dikisahkan oleh Muhamad bin Sulaiman bin Bilal bin Abi al-Darda' bahwa ibunya Atsamah telah buta. Lalu pada suatu hari, selesai shalat, anaknya datang menemuinya. Lantas Atsamah bertanya, "Kau sudah shalat, anakku?" Dia menjawab, "Sudah." Kemudian Atsamah berkata,
Atsamah, kenapa kau lalai
Sepantasnya kau bergegas
Tangisilah shalat pada waktunya
Jika suatu hari kau menangis
Tangisilah al-Quran jika dibaca
Suatu hari kau pernah membacanya
Kau membacanya dengan merenung
Air matamu menetes
Hari ini, kau tidak membacanya
Kecuali ada orang yang membaca di dekatmu
Aku berduka padamu karena kerinduan
Tidak hidup sepanjang hidupku.

Takut pada Neraka
Abu Sulaiman al-Darani berkata bahwa dia menceritakan pada saudarinya, Abdah, tentang jembatan-jembatan Jahanam. Lalu siang malam Abdah berteriak tiada henti. Akhirnya Abdah berhenti juga. Tetapi setiap kali Abdah mengingatnya, dia kembali berteriak. Lalu Abu Sulaiman bertanya, "Kenapa dia berteriak?" Dia menjawab, "Aku mengumpamakan dirinya ada di atas jembatan dan terjatuh dari jembatan itu."
Ahmad bin al-Hawari meriwayatkan dari Abu Sulaiman bahwa dia mendengar perempuan saudaranya berkata, "Orang-orang miskin semuanya mati kecuali orang yang dihidupkan Allah dengan kemuliaan qana'ah dan ridha atas kemiskinannya."

Beberapa Berita Ummu Harun
Diceritakan oleh Abdul Aziz bin Umair, "Ummu Harun, seorang wanita yang takut kepada Allah, berkata, Aku telah menempati dunia. Dia hanya makan roti. Sekali waktu Ummu Harun berujar, "Demi ayahku, alangkah indahnya malam. Aku akan bersedih pada siang hari sampai malam tiba. Jika malam telah tiba, aku akan shalat pada awalnya dan bilamana datang sepertiga terakhir (waktu sahur) datang ketakutan dalam hatiku."
Ahmad bin Abi al-Hawari bercerita, "Ummu Harun keluar dari kampungnya menuju sebuah tempat. Lalu ada anak kecil meneriaki anak kecil lain, Ambil dia. Lalu Ummu Harun terjatuh dan terbentur batu, kemudian dia berdarah sampai darah mengalir dari cadarnya."
Abu Sulaiman berkisah, "Siapa yang ingin melihat pada teriakan yang benar, hendaknya dia melihat Ummu Harun. Aku belum pernah melihat orang sepertinya di Syam."
Ahmad bin Abi al-Hawari bertutur bahwa Rabi'ah menceritakan kepadanya, "Ummu Harun tidak meminyaki rambutnya sejak 20 tahun yang lalu. Tetapi jika kami membuka rambut kami, rambutnya lebih bagus daripada rambut kami."
Abu Bakar al-Qurasyi mengisahkan bahwa sampai berita kepadanya dari al-Qasim al-Ju'i, "Ummu Harun sakit lalu aku dan seorang temannya menjenguknya. Kami mendatanginya saat dia berada di atas tangga, lalu kami menanyakan keadaannya. Qasim bertanya kepadanya, "Ummu Harun, apakah termasuk golongan hamba Allah orang yang disibukkan dengan takut pada neraka daripada merindukan surga?" Dia menjawab, "Oh.." Lalu dia jatuh dari tangga dan tidak sadarkan diri.
Qasim bertutur, "Ummu Harun mendatangi Baitul Maqdis dari Damaskus setiap bulan satu kali dengan berjalan kaki. Qasim lalu menemuinya dan Ummu Harun berkata, "Wahai Qasim, aku pernah berjalan di Bisan. Tiba-tiba muncul singa, singa itu datang ke arahku. Setelah dekat padaku, aku memandangnya dan berucap, Ke mari lah, anjing. Jika kau punya rezeki, makanlah. Ketika mendengar kata-kataku, dia duduk jongkok lalu pergi."
Ahmad bin Abi al-Hawari bertanya kepada Ummu Harun, "Kau suka kematian?" Dia menjawab, "Tidak." Ahmad bertanya lagi, "Kenapa?" Dia menjawab, "Jika aku menentang seorang manusia, aku tidak suka menemuinya, lalu bagaimana aku suka bertemu Allah sedangkan aku menentangnya?"

No comments:

Post a Comment