Krisgianto
Lilikwarga
* CEO Daya
Adicipta Mustika
Di bawah kepemimpinan CEO Krisgianto
Lilikwarga, Daya Adicipta Mustika kini memperoleh dengan dukungan dan
kepercayaan penuh dari shareholder dan prinsipal, komitmen satu hati dari
seluruh karyawan dan jaringan Honda di Jawa Barat. Market share Honda di Jawa mampu melebihi market
share tingkat nasional. Hal ini tidak
terlepas dari dorongan Krisgianto untuk membangun satu mindset pada seluruh
dealer jaringan dan terus berinovasi tiada henti. Untuk menggali lebih dalam
ihwal langkah Daya Adicipta menjadi berbeda yang lain, tim Dunamis mewawancarai
Krisgianto di kantornya di kawasan Campaka Andir, Bandung, Rabu 12 Juni 2013.
Berikut petikannya:
Tanya (T): Apa tantangan DAM ke ke
depan?
Jawab
(J): Sebagai main dealer, tantangan
cukup banyak. Di antaranya, sekarang harus ada minimum down payment, yakni 20%. Sementara sekitar 70% penjualan sepeda
motor di Jawa Barat itu kredit. Jadi yang cash
hanya 25-30%. Tantangan yang lain, fungsi kami sebagai kowilsa (koordinator
wilayah pemasaran). Kami bertanggung-jawab, mulai dari sebelum, saat sampai purna
jual. Baik dalam penyediaan spare part
maupun service. Prinsipal sudah
menyerahkan semuanya ke kami selaku main
dealer. Sebagai kepanjangan tangan prinsipal, kami harus me-manage semua itu.
Yang
juga menjadi tantangan, industri ini sudah relatif menjerit. Karena, rasio di
Jawa Barat itu sudah 1:4. Artinya, satu di antara empat orang memiliki satu
motor. Memang tidak merata, Bandung mungkin 1:3 dan Indramayu masih 1:6.
Sebagai main dealer ukurannya jelas. Dari
prinsipal, permintaannya jelas, target market
share kami harus di atas nasional. Dengan ukuran dan target yang jelas,
kami jadi terpacu. Sedikit kami melenceng, prinsipal langsung menegur.
T: Bagaimana upaya atau langkah Daya
Adicipta menghadapi tantangan tersebut?
J: Menghadapi
tantangan pasar yang sudah mendekati jenuh, kami berusaha berinovasi. Setiap
tahun, kami menargetkan membuat 1-2 masterpiece,
bisa dalam bentuk dashboard atau
kartu member, yang membuat kami berbeda. Hasilnya, tahun 2008 kami diberi satu main dealer tambahan di Sulawesi Utara
dan Gorontalo.
T: Meski terasa sederhana, tampaknya
Daya Adicipta cukup aktif mendorong inovasi, mengapa?
J: Tujuan
kami waktu itu adalah capture
database konsumen. Kami melakukan melalui permintaan order dan pengajuan
faktur. Kami langsung visit ke
konsumen. Dari visiting itu, data
konsumen di-validasi dengan kartu yang kemudian kami kembangkan menjadi kartu
member. Di sini tuh banyak KTP tembak yang menjadikan database kacau-balau. KTP
yang benar hanya sekitar 50-60%, yang lain sampah, KTP tembak. Ok, KTP tembak,
tapi kami bisa melihat rumah, konsumen bisa dihubungi di mana. Ide awalnya
bagaimana upaya kami membuat konsumen loyal. Kami launch kartu member itu
sekitar tahun 2007. Sebenarnya agak nekad juga. Setiap motor Honda di Jawa
Barat kami beri kartu member plus accident insurance sampai tiga tahun
buat pengemudi dan yang dibonceng. Kami sudah bekerjasama dengan Allianz sejak 2008. Benefit yang paling
gampang waktu itu adalah diskon spare
part dan service. Jadinya tetap kembali ke kami juga.
T: Apa target lebih besar dari
inovasi kartu member itu?
J: Kami
tidak hanya berhenti di situ saja. Kami kembangkan lebih jauh dengan memberikan
benefit lebih banyak lagi kepada pemegang kartu member atau kartu always Honda.
Kartu ini mereka bisa bawa ke lebih dari 100 merchant yang menjalin kerjasama dengan kami. Sekali lagi, kami
tidak berhenti di sini. Dengan membangun loyalitas konsumen, ke depan, kami ingin
konsumen tidak hanya service. Tapi juga memberikan diskon bilamana mereka
kembali membeli motor lewat dealer jaringan Daya Adicipta.
T: Tentu tidak mudah mengajak dealer
menghamburkan diskon, kan tidak semua dealer milik Daya Adicipta?
J: Sekarang
kami punya 218 dealer (84 di antaranya dealer milik sendiri) jaringan yang jual
motor, 500 bengkel service dan sekitar 1.000 toko spare part. Kami bikin rapor
mereka. Setahun dua kali, setiap anggota jaringan kami terima rapor. Agar fair,
kami lakukan audit dengan melibatkan pihak ketiga. Kami turunkan mistery shopper yang memvalidasi, 50%
pihak ketiga dan 50% internal. Tengah tahun kami panggil mereka, kami sampaikan
misalkan Anda harus mengurangi ini atau memperbaiki itu. Akhir tahun panggil
kembali. Kami punya program DEP (Dealer Evaluation Program) dan AEP (Ahass
Evaluation Program). Kemudian ke konsumen kami punya CSI, Customer Service Index. Sejak dua tahun lalu kami menerapkan
pinalti. Dealer akan malu kalau dapat CSI jelek, karena kami umumkan lima
terjelek secara terbuka. Reward-nya,
kami prioritaskan dealer dengan CSI tinggi saat menambah jaringan.
Kami
selalu tekankan, kalian dealer harus survive.
Dan kami tekankan pula, kalian sekarang ini ada yang ngajarin, tapi kalian tetap harus bisa survive sendiri. Kami
berusaha membuat standar dan komitmen bersama yang mesti dipatuhi semua dealer
dalam jaringan Daya Adicipta. Misalkan kami hanya boleh kasih diskon maksimum Rp300
ribu, namun di ujung-ujung sana ada yang kasih Rp400 ribu atau Rp500. Kami
langsung beri sanksi, kalau ketangkep, langsung kami denda. Dengan demikian
kami mampu membuat standar kerja yang sama, kami bisa satu mindset.
T: Adakah inovasi lain di luar kartu
member tadi?
J: Kami
punya hasil inovasi berupa alat pembuka shockbreaker yang efisien dari salah
seorang mekanik di dealer jaringan. Semula seorang mekanik butuh waktu 45 menut
untuk membuka shockbreaker. Berkat
inovasi alat tersebut sekarang cukup 15 menit. Hasil inovasi ini kami sharing-kan ke semua jaringan di Jabar. Ke
depan, hasil inovasi bukan hanya untuk DAM tapi kontribusikan buat bangsa. Ada
perspektif baru bahwa bisnis ini dari mereka untuk mereka juga.
Setiap
tahun, untuk mendorong inovasi, kami mengadakan lomba mekanik terbaik, front-liner
terbaik, dan SMK binaan. Juara inovasi di Jabar ini kami ke kirim ke tingkat nasional.
Mencoba dibiasakan agar jaringan ikut aktif. Tahun lalu ada 60 peserta, lalu
kami tetapkan lima besar saja. Pemangnya dari Daya Motor Asia Afrika. Salesman
yang teregister sekitar 3500 orang, sales counter 500, mekanik 2.000-an. Yang
mewarnai kinerja di Jabar kan mereka. Simpel, kalau mereka bagus maka secara otomatis
akan bagus.
T: Selain mendorong inovasi,
kabarnya Daya Adicipta juga mengedukasi tenaga salesman dealer jaringan. Sejauh
mana perkembangannya?
J: Awalnya
kami sedih lihat di tiang listrik dan dinding banyak iklan lowongan salesman
motor. Ada sesuatu yang salah. Lalu, tahun 2007, kami nekad membuka sekolah,
bikin program. Kami rekrut calon-calon salesman. Kami jalin kerjasama dengan
markas tentara setempat. Jadi kelas-kelasnya di markas TNI, kurang lebih satu pekan
peserta dimasukkan ke sana untuk penggemblengan fisik. Setelah itu mereka baru
menerima materi product knowledge
dari pengajar internal kami. Untuk materi selling, kami libatkan pengajar dari
luar.
Yang
lulus kemudian kami distribusikan ke dealer-dealer. Kami tidak mau kasih free. Dealer wajib bayar Rp750 ribu.
Sementara biaya yang kami keluarkan sekitar Rp4 juta per orang. Tiga bulan
kembali, kami undang kembali, yang berhasil kami minta sharing ke yang lain. Angkatan pertama paling lima persen yang
masih bertahan. Setelah sekian lama berjalan, dealer yang justru menyodorkan
oranguntuk dididik. Good sign.
T: Pak Kris, apa yang telah dicapai
Daya Adicipta sekarang ini tidak terlepad dari kekuatan kepemimpinan, bagaimana
peran manajemen senior dalam menularkan pengetahuan (knowledge sharing)?
J: Pak
Tedy (Raphael Adi Rahmat –pendiri PT Daya Adicipta Mustika) selalu berpesan
bahwa pemimpin (leader) itu harus
jadi teladan. Kami di jajaran general manager ke atas selalu memberi contoh
masuk jam 08.00 tepat dan jam 17.00 tepat yang mau pulang silakan, yang mau
lembur ya silakan. Pak Tedy selalu belajar dari Om Wiliam, bangun lebih pagi
ketemu lebih banyak orang, pulang paling
malam, itu paling ideal. Kami terus aktif memberi teladan pada semua level dan
staf. Mulai dari disiplin masuk-pulang kantor sampai bagaimana melayani
konsumen. ***
No comments:
Post a Comment