Tuesday, April 15, 2014

Sibuklah dengan Dirimu


Abdul Wahid bin Zaid berkata, "Aku melihat seorang wanita di Bahrain menangisi akhirat dengan tersedu-sedu. Setiap kali terisak, wanita itu berujar, "Nafsunya keluar bersamanya." Abdul Wahid berkata, "Aku ingin sekali mengambil satu kebaikan darinya, tetapi aku tidak bisa melakukannya. Pertama dan terakhir yang aku ingat, dia berkata, Wahai laki-laki, sibuklah dengan dirimu, karena demi Allah, aku tidak ingin memberi nasehat pada orang lain kecuali keadaanku yang kurang antara aku dan itu. Seorang tidak memberi nasehat pada orang lain sampai dia bisa mengambil pelajaran. Iblis dapat masuk ke dalam jiwanya untuk mengendalikannya kapan dia mau. Demi Allah, aku ini bukan orang yang pantas memuji diriku sendiri dalam hal itu. Anak iblis bisa melakukannya pada setiap makhluk sebagaimana dia melakukannya padaku. Seseorang hendaknya tidak menganjurkan untuk mentaati Allah, tetapi suruhlah berbuat kebaikan meskipun kau belum bisa melakukannya dan berhati-hatilah untuk melarang keburukan dan kau melakukannya."

Hatiku Senang
Muslim bin Yasar berkisah, "Aku datang ke Bahrain atau Yamamah untuk berdagang. Lalu aku melihat orang-orang datang dan pergi menuju satu rumah. Kemudian aku menuju rumah itu dan aku melihat seorang wanita tengah duduk di mushalla-nya, dia memakai pakaian yang kasar. Dia bersedih dan sedikit bicara. Aku hanya melihat anaknya, pembantunya, hamba sahayanya dan orang-orang menuju tempat mereka untuk berdagang. Aku selesaikan kebutuhanku lalu aku mendatanginya sekaligus pamit kepadanya.
Lantas wanita itu berkata, "Keperluan kami padamu adalah kau datangi kami kalau kembali lagi dengan satu keperluan, maka keperluanmu akan kami penuhi."
Muslim berkata, "Lalu aku pulang dan tinggal sebentar. Kemudian aku kembali lagi untuk satu keperluan. Ketika aku mendatangi wanita itu, aku tidak melihat apa-apa selain rumahnya yang dulu aku lihat. Lalu aku datangi rumahnya dan aku tidak melihat siapapun. Aku datangi dan aku minta dibukakan pintu. Aku mendengar tawa dan ucapan seorang wanita. Aku dibukakan pintu, lalu aku masuk. Ternyata dia sedang duduk di sebuah rumah dan memakai pakaian yang bagus. Tawa yang aku dengar adalah tawa dan ucapannya. Ternyata wanita itu ada bersamanya di rumahnya. Aku tidak percaya pada yang aku lihat dan aku berkata, Aku melihatmu dalam dua keadaan yang begitu mengagumkan. Keadaanmu saat kedatanganku yang pertama dan keadaanmu sekarang!"
Wanita itu berujar, "Jangan heran, karena keadaanku yang kau lihat dulu dalam kebaikan dan kaya dan aku tidak ditimpa musibah dalam anak, pembantu dan harta. Semua perdaganganku selamat dan aku selalu untung dari perdagangan itu. Lalu aku takut kalau aku tidak memiliki kebaikan di sisi Allah SWT. Aku sangat sedih sekali. Kalau aku memiliki kebaikan di sisi Allah, Dia akan memberiku musibah. Lantas datang musibah berturut-turut menimpaku. Aku tidak punya apa-apa sekarang dan aku berharap Allah SWT menginginkan satu kebaikan untukku lalu dia memberiku musibah. Dia mengingatkan aku lalu aku gembira dan aku pun senang."    

Jangan Kau Sibukkan Aku dari Allah SWT
Seorang laki-laki melamar seorang wanita dari Mausul yang dipanggil Uluf. Dia berkata pada utusan, "Katakan kepadanya aku tidak senang engkau menjadi budakku dan semua milikmu jadi milikku, kau akan menyibukkanku dari mengingat Allah SWT dalam sekejap mata."

Beberapa Berita Ruqayyah al-‘Abidah
Dari Ubaidillah bin Umar bin Ubaidillah al-Ma'mari bahwa kakeknya memberitakan bahwa dirinya menerima kabar dari Fath al-Mausuli yang mendengar seorang wanita yang ahli ibadah di kampung kami berkelus-kesah, "Tuhanku, kalau Kau mengadzabku dengan semua adzab-Mu pasti kedekatanku pada-Mu selama ini lebih besar bagiku daripada adzab itu. Kalau Kau beri aku nikmat dengan semua kenikmatan ahli surga, kelezatan cinta-Mu dalam hatiku lebih besar daripada itu." Menurut Ibnu al-Jauzi, wanita ahli ibadah itu adalah Ruqayyah.
Manshur bin Muhamad bertutur bahwa Ruqayyah al-Mausuli berkata, "Aku sangat mencintai Tuhanku. Kalau Dia menyuruhku ke neraka, aku tidak akan merasakan panasnya karena cinta-Nya dan kalau Dia menyuruhku ke surga, aku tidak merasakan kelezatan karena cinta-Nya telah menguasaiku."
Muhamad bin Katsir al-Mashishi mengisahkan Ruqayyah yang tinggal di Mausul  berkata, "Haram bagi hati yang ada kerahiban makhluk untuk merasakan manisnya iman. Hati mereka disibukkan dengan dunia dari mengingat Allah SWT dan kalau mereka meninggalkannya hati mereka akan terang di alam Malakut lalu kembali kepada mereka dengan berbagai kata-kata yang bermanfaat."
Dia pernah berkata, "Pahamilah mazhab-mazhab ikhlas dan jangan pahami apa yang membuat kalian menaiki unta." 

Wanita yang Takut pada Allah SWT
Abu al-Walid Rabah bin Abu Jarah al-Abdi bercerta, "Aku tidak pernah melihat sama sekali orang seperti Umayyah binti Abi al-Muwarri' al-Maushuliyah. Dia termasuk orang yang takut kepada Allah. Jika mengingat neraka, dia berkata, Mereka dimasukkan ke neraka, mereka diberi makan dari neraka, mereka diberi minum dari neraka dan mereka hidup. Lalu dia menangis. Tangisnya semakin panjang dan dia seperti jubah di atas penggorengan. Bila dia mengingat neraka, dia menangis sampai mengeluarkan darah dan aku belum pernah melihat orang yang amat takut dan menangis sepertinya."

Manisnya Pahala
Abu Abdillah al-Hashri mengungkapkan bahwa dirinya mendengar Fath al-Mausili[1] berkata, "Seorang wanita yang ahli ibadah yang dipanggil Muwafaqah melewatiku. Dia tergelincir dan kuku jempolnya copot, lalu dia tertawa. Lalu dia ditanya, Wahai Muwafaqah, jari jempolmu copot lalu kau tertawa? Dia menjawab, Sesungguhnya manis pahala-Nya telah menghilangkan sakitnya dalam hatiku."
Dari Abdullah bin Habiq, "Seorang wanita yang ahli ibadah yang dipanggil Muwafaqah melewatiku. Dia tergelincir dan kuku jempolnya copot, lalu dia tertawa. Kemudian dia ditanya, Wahai Muwafaqah, kuku jari jempolmu copot lalu kau tertawa? Dia menjawab, Sesungguhnya manis pahala-Nya telah menghilangkan sakitnya dalam hatiku’.” Diriwayatkan bahwa kisah ini terjadi pada istri Fath al-Mausili.
Zaid bin Abi al-Zarqa' bercerita bahwa istri Fath al-Mausili tergelincir dan kukunya copot, lalu dia tertawa. Dia ditanya, "Kenapa kau tidak merasakan sakit?" Dia menjawab, "Sesungguhnya manis pahala-Nya telah menghilangkan sakitnya dalam hatiku."


[1]Fath bin Said al-Mushili, Abu Nashar, orang zuhud dan ahli ibadah, wafat tahun 220 H.

No comments:

Post a Comment