* Arwin
Rasyid
Presiden
Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk
Arwin
Rasyid mengawali kariernya sebagai bankir. Namun, ia juga pernah menjadi CEO PT
Telkom Tbk (2005-2007). Pada tahun 2008, pria kelahiran Roma, Italia, 22
Januari 1957, ini ditunjuk memimpin Bank CIMB Niaga, bank hasil merger PT Bank
Niaga Tbk dengan Lippobank Tbk. Di Bank CIMB Niaga, inovasi adalah kata kunci
untuk membuat bank ini menjadi berbeda dengan pesaing-pesaingnya. Bagaimana hal
itu dilakukan? Berikut petikan perbincangan tim Dunamis, Kamis pagi, 30 Mei 2013,
dengan Arwin Rasyid:
Apakah
isu kritikal ketika Bank CIMB Niaga membangun knowledge management (KM)?
Dalam
banyak hal kita tergantung dengan beberapa orang. Kalau orang itu pergi, karena
pensiun atau pindah ke perusahaan lain, kita akan kehilangan. Sebab pengetahuannya
ada pada dia. Jadi tantangan kami adalah bagaimana menyerap pengetahuan orang-orang
itu serta mendokumentasikan pengalamannya secara sistematis dan metodologis, sehingga
karyawan kami bisa belajar tanpa harus melakukan kesalahan yang sama seperti yang
pernah dilakukan oleh para senior.
Industri
perbankan highly regulated. Bagaimana
Anda memakai KM untuk mendorong perkembangan di di tengah aturan yang ketat?
Sosialisasi regulasi baru bagian dari KM juga. Kalau Anda
tidak paham dengan regulasi baru, bagaimana Anda bisa menyampaikannya ke
masyarakat. Kalau tidak paham dengan regulasi, Anda bisa berjalan di luar atau
terkena pinalti. Rating perusahaan Anda pun bisa turun.
Situasi di Bank CIMB Niaga sangat menantang. Kami merger dari
dua bank, yaitu Bank Niaga dan LippoBank, pada 1 November 2008. Keduanya
memiliki budaya kerja dan pengalaman yang berbeda. Butuh waktu untuk
menggabungkan. Namun, untuk mempercepat, kalau ada orang baru yang bergabung, mereka
kami lengkapi dengan Onboarding Kit.
Ini sudah kami lakukan. Lalu, selama dua hari karyawan baru diperkenalkan
dengan budaya perusahaan, visi, tata nilai dan sebagainya.
Apa
yang menjadi faktor kunci penggabungan ini?
Faktor kuncinya adalah interaksi sesama kami. Lalu,
bagaimana kami mengkomunikasikannya secepat mungkin. Kami punya CEO Message dan
majalah internal, tapi kami juga punya sesuatu yang unik, CEO Hotline. Ini
nomor telepon yang bisa diakses seluruh staf. Mereka bebas berkomentar,
komplain, mengajukan usulan dan sebagainya, dan dijamin setiap masukan bakal
direspon. Kalau ada usulan yang bagus, kami apresiasi. Bahkan diberi award setiap setengah tahun. Setiap
minggu saya me-review CEO Hotline
ini.
Bagaimana
peran senior management dalam
implementasi KM?
Orang-orang
sekitar akan menuntut Anda untuk berbagi pengetahuan. Saya, misalnya, berbagi
melalui workshop kredit dan sharing session dengan corporate bankers, begitu juga dengan
karyawan baru. Semua BoD harus melakukannya. Saya melakukan sharing session untuk EVP dan level di
atasnya yang baru bergabung dengan kami. Ini reguler. Namanya, EVP & Above Induction Programme.
Apakah
ini dikaitkan dengan KPI (Key Performance Indicator)?
Iya, ini masuk dalam KPI.
Bagaimana
Anda mendefinisikan bankir sebagai knowledge
workers?
Bagi saya knowledge
workers tercapai bila mereka menguasai pengetahuan minimum di bidangnya.
Contohnya, bila Anda ingin membuka service
account, petugas customer service kami harus menguasai informasi soal ini. Dia
harus bisa menjelaskan bahwa Anda harus menjaga neraca rekening di Bank CIMB
Niaga. Kalau ini Anda lakukan, Anda bebas bertransaksi melalui ATM semua bank. Kalau
berada di luar negeri, Anda juga bebas menarik tunai dari berbagai ATM di sana.
For free. Kami juga menjamin Anda
mendapatkan nilai tukar terbaik. Seorang customer
service account mesti bisa menjelaskan hal ini. Bagi saya, inilah knowledge workers.
Bisa
diceritakan pengembangan budaya inovasi di Bank CIMB Niaga?
Inovasi adalah kata kunci kami. Mengapa? Kami bukan bank terbesar, sehingga
harus tetap inovatif. Bagi saya, inovasi adalah jantung dari diferensiasi. Kami
harus terlihat berbeda. Kalau kami tidak bisa betul-betul berbeda,
setidak-tidaknya kami harus terlihat berbeda.
Contohnya, kami
ubah standing banner kartu kredit
CIMB Niaga dengan bahan lebih mahal, dilengkapi neon sign, sehingga membuatnya tampak lebih baik ketimbang yang
lain. Ada lampu di dalamnya, ada logo, lalu diskon 20%-30%. Itulah cara kami menunjukkan
bahwa kartu kredit kami, setidak-tidaknya dari sisi tampilan dan feeling, berbeda dengan yang lain.
Dampaknya positif. Dulu, ketika kami bank baru saja merger, kartu kredit kami
berada di peringkat ke-7, tapi kini sudah di peringkat ke-4. Kalau melihat dari
jumlah kartu yang diterbitkan, mungkin sudah sangat dekat dengan Citibank.
Jadi, inovasi
bisa membawa kami ke tingkatan yang lebih tinggi. Namun, itu tidak bisa
berlangsung selamanya. Kalau orang-orang sudah meniru kami, itu bukan lagi
inovasi.
Inovasi
lainnya?
Kami bank
pertama yang mengembangkan alternate
channel, yang kami sebut digital
banking. Kami juga bank pertama yang punya internet banking. Kami bank
pertama di Asia Tenggara yang memiliki mobile
wallet. Lewat layanan ini, Anda bisa mengirimkan uang melalui ponsel Anda
ke nomor ponsel lainnya, atau melakukan tarik tunai melalui ATM CIMB Niaga.
Di layanan
KPR, kalau Anda mengajukan permohonan KPR ke Bank CIMB Niaga senilai Rp500
juta, kami memiliki teknologi yang meng-connect
KPR Anda dengan sembilan rekening yang Anda pilih, seperti rekening Anda,
istri, atau anak. Dana di rekening itu setiap hari akan dihitung untuk meng-offset utang KPR. Jadi ketika dana Anda berlimpah,
Anda bisa menikmati pengurangan suku bunga. Bunga KPR kami bukan yang termurah.
Tapi, kami punya produk ini, sementara bank lain tidak punya. Jadi dengan cara ini
Anda bisa membayar suku bunga efektif mungkin 2%-3%. Ini akan mendorong orang yang
mengambil KPR di Bank CIMB Niaga akan membuka rekening di bank kami juga,
karena ada offset setiap hari.
Sejauh
mana pengaruh produk ini terhadap pasar KPR Bank CIMB Niaga?
Hampir 50% booking
KPR baru datang lewat produk ini. Kalau untuk rekening ponsel, kini setiap hari
ada 1.500 pembukaan rekening baru. Ini masih belum sesuai target kami yang
5.000 per hari.
Apa manfaat semua itu bagi CIMB Niaga?
Brand recognition. Kami targetkan akan ada
1 juta rekening ponsel. Kalau di setiap rekening mengendap dana Rp1 juta, total
bisa Rp1 triliun. Dia gratis mengirim uang dan menarik uangnya. Kami tidak
membayar bunganya. Sebab uang di dompet ‘kan tidak ada bunganya. Nah ini dompet
yang mobile. Jadi kami ini terus
memikirkan inovasi, inovasi dan inovasi, sebab inovasi adalah akses untuk
diferensiasi.
Apakah
produk-produk baru tadi berdasarkan permintaan customer?
Berdasarkan
riset. Kami melakukan inovasi sesuai pertimbangan komersial, tapi ada juga untuk
mendukung komersial, yakni brand
recognition. Inovasi ini harus
terus kami lakukan agar tidak terjebak dalam komoditisasi. Kami tak ingin masuk
dalam perang harga. Itu lose-lose
situation. Untuk membangun brand recognition,
kami harus terus melakukan inovasi, persisten, dan jangan pernah menyerah.
*****
No comments:
Post a Comment