* PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk
Bisnis perbankan kini menghadapi
tantangan kondisi perekonomian global
yang kurang baik menyusul lambatnya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat dan ketidak-pastian berkepanjangan akibat krisis utang di zona Euro. Bank Mandiri mampu mengatasinya dengan memperkuat budaya perusahaan dan menyajikan produk berbasis pengetahuan.
yang kurang baik menyusul lambatnya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat dan ketidak-pastian berkepanjangan akibat krisis utang di zona Euro. Bank Mandiri mampu mengatasinya dengan memperkuat budaya perusahaan dan menyajikan produk berbasis pengetahuan.
DI ZAMAN online
yang semakin cepat dan dunia tak lagi berbatas, perilaku pasar perbankan
berubah. Pasar perbankan –terutama nasabah—menginginkan segala sesuatunya
ditanggapi secara cepat dan tuntas. Nasabah tidak hanya memanfaatkan saluran
layanan konvensional untuk menyampaikan apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Nasabah
Bank Mandiri tidak cukup cuma mengeluh lewat kotak saran dan Mandiri Call
14000. Bahkan, tak sedikit yang menggunakan jejaring sosial seperti twitter, instagram dan facebook.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi
Gunadi Sadikin pun responsif. Dia membuka akun twitter untuk memantau dan
mengikuti tuntutan pasar. “Dari twitter,
saya memperoleh banyak pengetahuan dan gambaran apa kemauan nasabah dan juga
internal Bank Mandiri. Mereka yang kini masuk Gen-Y itu lebih spontan dalam
menyampaikan pendapat dan keinginan,” ujar Budi Gunadi Sadikin yang akun twitter-nya kini di-follow oleh 3.000-an pengikut.
Budi Gunadi menceritakan Novita
Melani, seorang nasabah Bank Mandiri, yang mengeluhkan pelayanan Bank Mandiri
yang dirasakan lelet. Ketika pelayanan demikian lambat, kata-kata yang muncul
di twitter terasa begitu menggelitik.
Misalkan begini, ketika Budi Gunadi merespon bahwa keluhannya sudah
ditindak-lanjuti ke unit yang berwenang. Jawaban twitter itu pun langsung
ditimpa “@sudah kami kirim ke bagian
pelayanan. @dikirim ke mana, ke kantor pos...”
Dari satu tweet ke tweet berikutnya
hanya berjarak waktu relatif singkat, hanya dalam hitungan jam. Sampai akhirnya
Pak Direktur Utama benar-benar menuntaskan persoalan yang dihadapi nasabah yang
mengeluh di twitter tersebut. Dan, muncul kata-kata, “@terima kasih pak
dirut...”
Demikianlah, nasabah ingin serba cepat
dalam mendapatkan respon atas pelayanan yang dianggapnya merugikan. Mereka
tidak lagi sebatas menulis surat pembaca di koran atau kotak sarandi front office yang boleh jadi baru
direspon setelah berhari-hari. Kini Bank Mandiri tidak hanya membuka ruang semacam
twitter untuk mempercepat penyelesaian
soal yang dihadapi nasabah.
Untuk mendukung cash less society dan memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi,
bermitra dengan korporasi lainya seperti Jasa Marga, Pertamina dan Indomarco, Bank
Mandiri telah mengeluarkan beberapa produk kartu pra-bayar. Produk pra
bayar yang telah tersedia saat ini antara
lain Gazz Card, e-Toll Card, dan Indomaret Card. Yang terbaru adalah e-Money yang merupakan rebrand dari Mandiri Prabayar.
Penerbitan kartu e-Toll dan e-Money tak lain sebagai respon atas masyarakat
yang membutuhkan kemudahan dalam membayar tiket toll di tengah kemacetan.
Produk ini kemudian dikembangkan dengan On
Board Unit (OBU), agar pengguna e-Toll tidak perlu berhenti untuk melakukan
tapping manakala melewati e-Toll Pass.
Produk kartu prabayar ini rupanya
memperoleh respon positif dari masyarakat. Hal ini tergambar pada jumlah
transaksi kartu prabayar yang terus mengalami peningkatan hingga lebih dari 5
kali lipat sejak tahun 2010 hingga saat ini. Di tahun 2010 jumlah transaksi
kartu rabayar hanya sebanyak 15,2 juta, di tahun 2012 telah mencapai 82,3 juta
transaksi, dan jumlah transaksi di triwulan I 2013 sudah mencapai 26,2 juta
transaksi, tumbuh 109,6% dibandingkan jumlah transaksi di triwulan I 2012 yang
sebanyak 12,5 juta transaksi. Seiring dengan jumlah transaksi, nilai transaksi juga
meningkat hampir 4 kali lipat, dari Rp252,2 miliar di tahun 2010 menjadi
Rp950,6 miliar di tahun 2012, dan nilai transaksi pada triwulan I 2013 telah mencapai
Rp335,5 miliar tumbuh 152,1% dibandingkan triwulan I 2012 sebesar Rp133,1
miliar.
PT BANK MANDIRI (Persero) Tbk merupakan bank
terbesar di Indonesia dalam hal aset, pinjaman, dan deposit. Bank ini berdiri
pada 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Empat bank milik Pemerintah --Bank
Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank
Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)-- digabungkan (merger) ke dalam
Bank Mandiri dan mulai beroperasi sebagai bank gabungan pada pertengahan 1999.
Setelah selesainya proses merger,
Bank Mandiri kemudian memulai proses konsolidasi, termasuk pengurangan cabang
dan pegawai. Selanjutnya diikuti dengan peluncuran single brand di seluruh jaringan melalui iklan dan promosi.
Salah satu pencapaian penting adalah
penggantian secara menyeluruh platform teknologi. Bank Mandiri mewarisi
sembilan sistem perbankan dari keempat “legacy
banks”. Setelah investasi awal untuk konsolidasi sistem yang berbeda
tersebut, Bank Mandiri mulai melaksanakan program penggantian platform yang
berlangsung selama tiga tahun. Program penggantian tersebut difokuskan pada
upaya meningkatkan kemampuan penetrasi di segmen “retail banking”.
Pada saat ini, infrastruktur
teknologi informasi Bank Mandiri sudah mampu melakukan pengembangan e-channel dan produk retail dengan Time to Market yang lebih baik.
Dalam proses penggabungan dan
pengorganisasian ulang tersebut, jumlah cabang Bank Mandiri dikurangi sebanyak
194 buah dan karyawannya berkurang dari 26.600 menjadi 17.620 orang. Perkali
kali operasional, Bank Mandiri dipimpin oleh Direktur Utama Robby Djohan.
Kemudian pada Mei 2000, posisi Djohan digantikan ECW Neloe. Neloe menjabat
selama lima tahun, sebelum digantikan Agus Martowardojo sebagai Direktur Utama
sejak Mei 2005. Neloe menghadapi dugaan keterlibatan pada kasus korupsi di bank
tersebut.
Pada Maret 2005, Bank Mandiri
mempunyai 829 cabang yang tersebar di sepanjang wilayah Indonesia dan enam
cabang di luar negeri. Selain itu, Bank Mandiri mempunyai sekitar 2.500 ATM dan
tiga anak perusahaan utama, yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Mandiri Sekuritas,
dan AXA Mandiri.
Nasabah Bank Mandiri yang terdiri
dari berbagai segmen merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia.
Berdasarkan sektor usaha, nasabah Bank Mandiri bergerak di bidang usaha yang
sangat beragam. Sebagai bagian dari upaya penerapan prudential banking dan best-practices
risk management, Bank Mandiri telah melakukan berbagai perubahan. Salah
satunya, persetujuan kredit dan pengawasan dilaksanakan dengan four-eye principle, di mana persetujuan
kredit dipisahkan dari kegiatan pemasaran dan unit bisnis. Sebagai bagian
diversifikasi risiko dan pendapatan, Bank Mandiri juga berhasil mencetak
kemajuan yang signifikan dalam melayani Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan
nasabah ritel. Pada akhir 1999, porsi kredit kepada nasabah korporasi mencapai
sekitar 87% dari total kredit. Dan, pada 31 Desember 2009, porsi kredit kepada
nasabah UKM dan mikro mencapai 42,22%, porsi kredit kepada nasabah consumer
sebesar 13,92%, dan porsi kredit kepada nasabah korporasi mencakup 43,86% dari
total kredit.
Sesudah menyelesaikan program
transformasi semenjak 2005 sampai dengan tahun 2009, Bank Mandiri kini
melaksanakan transformasi tahap kedua (2010-2014) dengan merevitalisasi visi
dan misi untuk menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu
progresif. Transformasi kedua ini difokuskan pada tiga area bisnis, yaitu: Wholesale transaction, Retail deposit &
payment, dan Retail Financing.
KINERJA BANK MANDIRI yang terus mengkilap tidak terlepas
dari kepiawaiannya dalam menanamkan nilai budaya perusahaan, SDM yang aktif
berbagi pengetahuan dan organisasi pembelajar, yang kesemuanya diorientasikan
pada kepuasan pelanggan (terutama nasabah).
Pengembangan produk/jasa yang sangat
resposif terhadap kebutuhan pelanggan tidak lepas dari penguatan nilai budaya
TIPCE –Trust, Integrity, Professionalism,
Customer Focus dan Excellence.
Pada salah satu value yaitu Excellence
yang diterjemahkan sebagai perbaikan secara kontinyu, Bank Mandiri mendorong
berkembangnya kultur untuk memperbaiki terus menerus kepada segenap pegawai, di
mana saja pegawai tersebut bekerja. Salah satu alat untuk mengembangkan budaya
tersebut, setiap tahun Bank Mandiri menyelenggarakan “Lomba Inovasi” yang
dikemas dalam program budaya masing-masing unit kerja. Setiap unit kerja dapat
mengajukan inovasi yang dilakukan. Inovasi tersebut harus bermanfaat bagi unit
kerja yang bersangkutan, dan bermanfaat pula bagi Bank Mandiri.
Agar budaya perbaikan secara
kontinyu ini melekat dalam diri tiap-tiap pegawai, bahkan salah satu kriteria Best Employee Bank Mandiri adalah
melakukan inovasi di unit kerja dan bermanfaat bagi unit kerjanya, sekecil
apapun inovasi yang mampu dihasilkan. Dengan menanamkan budaya inovasi ini,
pengetahuan dan intellectual capital
pegawai dapat tergali dan terbagi di antara sesama pegawai. Inovasi yang
dilakukan pada gilirannya kemudian dapat dirasakan oleh nasabah Bank Mandiri.
Bank Mandiri terus menggali
informasi dari nasabah mengenai apa harapan mereka terhadap Bank Mandiri untuk
menjaga kontinyuitas budaya inovasi. Sebab itu, Bank Mandiri mendirikan unit
kerja khusus bernama Customer Care Group. Salah satu fungsi
unit ini adalah menangkap harapan nasabah terhadap layanan perbankan. Kemudian,
merumuskannnya menjadi kebijakan dan strategi pelayanan Bank agar
harapan-harapan dimaksud dapat diwujudkan dalam layanan Bank. Dengan begitu,
produk-produk layanan Bank Mandiri selalu dapat memuaskan nasabah (service
excellence), termasuk pula menyelesaikan keluhan-keluhan yang mungkin
terjadi.
Untuk menangkap pengetahuan dan
kebutuhan nasabah, Customer Care Group
memiliki unit call center yang
dikenal sebagai Mandiri Call 14000. Call center ini menampung informasi,
pengalaman, dan pengetahuan baru dari nasabah. Selain call center, Bank Mandiri secara rutin juga menggelar program Customer Gathering yang dilaksanakan di
setiap wilayah dan di kantor pusat. Customer
Gathering juga memiliki fungsi yang sama, yaitu menggali, menangkap
informasi, pengalaman, dan pengetahuan baru dari para nasabah.
Tampak bahwa knowledge management (KM) memainkan peran penting dalam meletakkan nilai-nilai
TIPCE di benak segenap pegawai (SDM) Bank Mandiri, terutama pada kriteria pertama
dari delapan kriteria Most Admired
Knowledge Enterprise (MAKE), yakni menciptakan budaya perusahaan yang
didorong oleh pengetahuan. Dengan demikian, melalui aplikasi KM, Bank Mandiri bertekad
menjadikan seluruh pegawainya, termasuk para front-liner, sebagai knowledge
workers.
BANK MANDIRI menyadari benar bahwa knowledge workers akan semakin
berkualitas dan mampu menjawab setiap kebutuhan customer bilamana mereka mau saling berbagi pengetahuan secara
kolaboratif. Karena, proses akuisisi dan pengayaan pengetahuan (modal knowledge workers) terbesar terjadi pada
interaksi antarpegawai atau pada pengalaman pegawai. Untuk itu Bank Mandiri
mendorong terbentuknya budaya saling berbagi pengetahuan. Pembentukan CoP (Community of Practice) dan pembangunan
sarana Mandiri Jam merupakan salah
satu upaya Bank Mandiri untuk menciptakan lingkungan buat saling berbagi
antar-pegawai.
Salah satu CoP yang cukup populer adalah
Forum Service Excellence. Forum
dibentuk untuk menyamakan standar layanan Bank Mandiri di seluruh Indonesia,
saling berbagi pengalaman terkait pelayanan terhadap nasabah, dan dalam rangka
mempersiapkan Bank Mandiri dalam mengikuti ajang best service excellence yang diadakan oleh MRI. “Kerja keras kami
membuahkan hasil yakni menjadi juara best
service excellence selama 6 kali berturut-turut. Kami menganggap Bank
Mandiri terus mengembangkan dirinya untuk menjadi organisasi pembelajar yang
lebih baik lagi (continous improvement),”
kata Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin dalam jawaban tertulis
yang diterima Dunamis.
Tidak cukup berhenti pada penyediaan
sarana CoP dan Mandiri Jam, Bank
Mandiri juga mendorong terbentukan aktivitas informal kepegawaian. Mandiri Club, misalkan, dibentuk dan disediakan
buat wadah bagi pegawai Bank Mandiri untuk mengaktualisasikan dirinya dan
saling berbagi pengetahuan secara informal di luar jam kerja. Di dalam Mandiri Club, ada banyak perkumpulan
olah raga seperti klub sepeda, klub sepak bola, klub voley, klub bulutangkis,
dan lainnya; juga perkumpulan hobi seperti klub fotografi, dan paduan suara. Kegiatan
employee gatherting yang dilakukan
Bank Mandiri secara rutin juga dalam rangka mendekatkan sesama pegawai sehingga
terjalin komunikasi dan budaya saling berbagi pengetahuan secara kolaboratif.
Dengan penyediaan sarana tersebut, terjadi pertukaran informasi, diharapkan budaya
saling berbagi pengetahuan tumbuh subur di antara pegawai.
Kemudian, secara formal, Bank
Mandiri membangun Mandiri University sebagai unit kerja yang mengemban misi membangun
organisasi pembelajar.
Tujuan utama pendirian Mandiri
University adalah untuk meningkatkan people
capabilities Bank Mandiri; sebagai talent
pool bagi Bank Mandiri dan Indonesia; mendukung kinerja bisnis Bank Mandiri
yang berkesinambungan; dan
memberikan
nilai tambah bagi stakeholder.
Saat ini terdapat enam Akademi di
Mandiri Univerisity selaras dengan perkembangan bisnis Bank Mandiri dan
mencerminkan 12 Direktorat yang ada. Keenam akademi tersebut masing-masing
Wholesale Banking Academy (WBA), Micro & Retail Banking Academy (MRB),
Branch, Operation, Sales & Service Academy (BOSSA), Governance, Risk, Compliance Academy (GRC), IT & Support
Function Academy (ITSF), dan Leadership Academy.
Fokus inisiatif Mandiri University
pada:
•
Pengembangan pegawai, yaitu mengembangkan pegawai yang kompeten, berkarakter,
berintegritas, dan berorientasi pasar, serta memiliki engagement yang kuat.
•
Pengembangan kurikulum yang selaras dengan bisnisnya melalui metode blended learning.
•
Pengembangan infrastruktur, yaitu kampus yang berstandar internasional dengan
sarana pendukung EKMS (enterprise
knowledge management system) dan ELMS (enterprise
learning management system).
Pengembangan ELMS memungkinkan
pegawai untuk terus memperkaya pengetahuan tanpa harus belajar di kelas, yaitu dengan memanfaatkan
sarana eLearning yang dapat diakses melalui intranet maupun internet.
Bank Mandiri mengembangkan kurikulum
dan program pelatihan dari pendekatan tradisional yang mewajibkan pegawai harus
datang ke kelas pelatihan untuk mendapatkan pengetahuan menjadi pendekatan blended learning. Dengan pendekatan ini,
pegawai dapat belajar secara jarak jauh, dapat belajar dari tempat kerjanya,
atau belajar dari orang lain atau tempat kerja orang lain.
Dan, secara informal, melalui
program internalisasi budaya TIPCE, Bank Mandiri mendorong terciptanya budaya sharing dan organisasi pembelajar (learning organization) di masing-masing
unit kerja secara periodik (dapat setiap hari atau sepekan sekali).
Karena demikian kuatnya budaya sharing
di antara pegawai dan terciptanya organisasi pembelajar, para panelis MAKE
menilai Bank Mandiri memiliki kekuatan menciptakan lingkungan untuk berbagi
pengetahuan secara kolaboratif dan menciptakan suatu organisasi pembelajar
(kriteria kelima dan keenam dalam MAKE). Bank Mandiri pun menikmati hasilnya.
Informasi dan pengetahuan hasil berbagai dan organisasi pembelajar tersebut
digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan yang lebih cepat dan
lebih tepat sehingga mendorong terjadinya customer
acquisition dan customer rentention.
Kepuasan customer inilah yang pada
akhirnya akan mampu membawa keuntungan bagi Bank Mandiri, baik para pemegang
saham maupun stakeholders. Ini tergambar,
antara lain, pada pertumbuhan laba bersih perusahaan yang pada 2010 masih Rp9,219
triliun, untuk tahun 2012 sudah mencapai Rp15,504 triliun, atau tumbuh 29,7%. Tampak
pula pada laba bersih perusahaan kuartal pertama 2013 Rp4,303 triliun, atau
tumbuh 26,4% dibandingkan kuartal pertama 2012 sebesar Rp3,403 triliun. ***
Boks:
Bank Mandiri mengikuti MAKE Award tahun
2010 dan 2011. Bank terbesar milik Pemerintah ini langsung menjadi pemenang dan
mewakili Indonesia dalam MAKE Award tingkat Asia tahun 2010.
To be Indonesia’s most admired and progressive financial
institution. àvisi
BankMandiri
“Saya punya seorang area manager yang
kerjanya curhat terus-menerus di twitter, menunjuk siapa yang benar dan siapa
yang salah. Saya merasakan sesungguhnya di sana ada masalah. Orang muda terbuka
di sana, ada ekspresi diri di sana. Tertangkap apa maunya. Itu menyangkut
karakter orang,” ujar President Director PT Bank Mandiri (Perseroan) Tbk Budi
Gunadi Sadikin.
No comments:
Post a Comment