* Arief
Yahya
Direktur
Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Ada
yang menarik dari filosofi bisnis PT Telkom Indonesia Tbk di bawah kepemimpinan
Direktur Utama Arief Yahya. Telkom menawarkan paket-paket murah meriah namun
tetap dengan nilai lebih. Lalu, bagaimana perusahaan mampu bertahan dan tumbuh
berkelanjutan. Telkom kini berusaha menangkap the future customer sedari awal sekali, misalkan dengan meluncurkan
Speedy harga pelajar. Untuk memahami
lebih jauh filosofi bisnis Telkom yang berbeda dari yang lain itu, kami tim
Dunamis mewawancarai Direktur Utama Telkom Indonesia Arief Yahya di kantor
Telkom Jakarta, Rabu, 19 Juni 2013. Berikut petikannya:
Tanya (T): Ke depan,
Telkom Indonesia (Telkom) mau seperti apa?
J:
Kalau menyimak pesan Presiden, Telkom harus mampu masuk ke Fortune 500, harga sahamnya
terus membaik dan memberi arti buat negeri. Begitu pula pesan Meneg BUMN,
Telkom membawa pesan menjaga NKRI, berkontribusi positif pada pertumbuhan
ekonomi dan menjadi champion di regional.
Kami memang belum masuk Fortune 500,
masih berada di Fortune 1000. Tahun 2002 kami peringkat 726 dan tahun 2013 naik
ke 685. Untuk Fortune 100 Indonesia, tahun 2012 lalu kami urutan nomor dua setelah
Astra. Kami juga belum juara di regional, seperti permintaan Pak Dahlan (Menneg
BUMN). Kami masih nomor dua setelah Singtel. Namun kami sudah berada di atas
Thailand, Filipina dan Malaysia.
Kami sekarang sedang melakukan
berbagai program dan produk untuk menggapai pesan-pesan tersebut. Telkom terus
menjaga pertumbuhan, karena ada keyakinan bahwa pertumbuhan pembangunan
telekomunikasi sebesar 10% akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekitar 1,4%.
Kemudian, pesan menjaga keutuhan NKRI kami wujudkan melalui program Indonesia digital network 2015.
T: Tentu bukan langkah
mudah mewujudkan pesan-pesan tersebut. Sejauh mana kesiapan Telkom?
J:
Saat ini kami fokus pada membangun manusia, organisasi dan budaya. Tahun 2012 lalu,
organisasi kami sudah bagus. Lalu, bagaimana dengan manusia? Kami meyakini bahwa
yang membedakan satu negara dengan negara lain itu manusianya. Yang membedakan
satu perusahaan dengan perusahaan lain juga manusianya. Sebab itu, kami inves untuk
create people.
Di create
people, kami men-training orang,
terutama yang terkait dengan international
exposure. Bisnis ini kami dapat secara mudah dikalahkan oleh orang lain
tanpa mereka datang ke Indonesia. Contohnya, Google itu berada Amerika, tapi dia menguasai dunia. Menyadari hal
itu, sampai tahun 2013 ini kami mengirim 1.000 orang Telkom ke luar (negeri). Yang
kita sebut dengan Global Talent. Dan berikutnya kami arahkan orang Telkom pada
Global Extended.
Pada Global Extended, kami ingin tahu
seseorang itu berada di level kemampuan yang mana, satu, dua, tiga. Dan
sekarang kami harapkan 1.000 orang Telkom mempunyai Global Extended. Itu untuk people-nya.
Lalu untuk kultur ada dua hal. Ada
sesuatu yang tetap dan ada sesuatu yang berubah. Yang tetap itu lebih dekat ke karakter,
lebih dekat ke spiritual. Kami menilai karakter ini sangat penting dibandingkan
kompetensi.
T: Tampaknya karakter
demikian penting, mengapa?
J:
Dari beberapa buku yang pernah saya baca, benang merahnya bahwa karakter itu
memiliki bobot lebih dari 80 persen dibandingkan skil dan kemampuan.
Implementasinya, dalam menjalankan usaha, kita tentu merekrut orang-orang yang
berkarakter, jujur. Di mafia sekalipun, bos mafia akan memilih orang-orang yang
jujur untuk kepentingan bisnisnya. Dengan karakter yang baik, orang akan selalu
memberikan yang terbaik. Dari sini lah kami berusaha memilih dan merekrut
orang-orang yang punya karakter.
Tentu kami tidak seekstrim itu
menempatkan karakter sampai 80 persen. Kita ubah sedikit, porsi karakter 50
persen, kompetensi 30 persen dan kolaborasi 20 persen. Jadi kompetensi tidak menempati
tertinggi di Telkom. Kompetensi itu levelnya di raga, sedangkan karakter adalah
ruh. Sampai kemudian di Telkomkami membentuk unit technical spiritual management untuk mengolah ini.
T: Bukankah kompetensi
menjadi kata kunci perjalanan bisnis?
J:
Saya meyakini karakter lah yang membuat seseorang itu berbeda. Kami memilih
insan yang berkarakter untuk menjalankan bisnis ini. Saya ilustrasikan sosok
ibu. Ibu itu seorang yang membesarkan kita dengan rasa sayang dan rasa kasih. Ibu
demikian hebat. Kasih dan sayang itu adalah sifat-sifat Tuhan yang digunakan
ibu untuk membesarkan dan mengasuh anak-anaknya. Hal persisnya, orang yang
menggunakan karakter-karakter Tuhan untuk melakukan sesuatu pasti dia akan
menjadi hebat. Itu dicontohkan juga oleh para nabi.
Karakter tertinggi diyakini oleh
sebagian besar ulama adalah ihsan. Artinya, selalu memberikan yang terbaik.
Kalau kita memberikan dengan porsi yang sama itu namanya adil, sedangkan bika kita
memberikan lebih dari porsinya maka barulah ihsan. Jadi kalau kita memberikan
200 ya itu ihsan, dibanding bila hanya memberikan 100. Melalui ihsan, kita meyakini,
ibu itu hanya memberi. Umpan baliknya, tidak ada seorang pun anak yang tidak
rela memberikan apa saja kepada ibunya. Ketika orang hanya memberi saja justru
ia akan menerima lebih banyak. Saya selalu mengambil contoh Google, semakin
gratis semakin untung. Juga Instagram yang seolah tidak peduli akan bisnisnya
dan hanya fokus pada membantu penggunanya agar dapat semakin mudah merekayasa
foto.
T: Bisa dicontohkan?
J:
Kami terapkan dalam memenuhi kebutuhan customer. Pelanggan Telkom saat ini
sekitar 120 juta, hanya 2 juta di antaranya yang kami berikan layanan premium
dengan berbagai kelebihan pelayanan. Less
for more itu kartu HALO. Contoh
lain adalah strategi pemasaran Speedy
yang kalau langganan harus membayar Rp200 ribu per bulan. Kami beriklan terus
menerus sampai kemudian meraih 2,2 juta pelanggan. Padahal, yang membutuhkan Speedy itu sekitar 20 juta. Ini tentang compatibility. Agar compatible yang 200 ribu itu kemudian kami ganti dengan retail 5.000
per hari. Bahkan untuk siswa hanya 1.000 per hari. Pelanggan memperoleh produk
yang memiliki nilai lebih (more)
namun dengan harga yang terjangkau (less).
T: Itu harga komersial
ataukah harga sosial?
J:
harga siswa itu sudah pasti harga subsidi. Bisnis kan gak mungkin rugi. Sudah
pasti kami melakukan sesuatu untuk sesuatu. Kami menangkap mereka the future customer, yang harus kami
menangkan dari awal. Biar nanti mereka tahunya Speedy Telkom. Mau tidak mau hati mereka tertambat di Telkom. Ini paradoks
marketing. Cuma dibalik saja. Kalau kita dulu beli Speedy Rp200 ribu per bulan itu terasa berat, maka kami sekarang
kami jual Rp5.000 per hari. Belajar dari Google dan Facebook, yangmenyediakan
layanan gratis. Google punya 250 miliar USD dan Facebook 50 miliar USD.
Dengan paradoks marketing ini, get more be less, kami akan buat TV banyak
channel dengan harga murah. Dengan Rp25 ribu per bulan kita bisa nonton 100
channel. Kami harus membuktikan, seeing
is believing bagi orang awam. Kami akan terus berbagi.
T: Lalu, apa makna filosofi
semakin banyak memberi semakin banyak menerima ini buat perjalanan bisnis
Telkom?
J:
Setelah yakin kebenaran filosofi semakin banyak memberi semakin banyak menerima,
ujung-ujungnya adalah pertanyaan tentang makna perusahaan (Telkom) ini ada
untuk apa. Jadi kalau nanti Telkom tidak ada lagi atau tidak memberi apa-apa, maka
berarti ada sesuatu yang salah.
Keberadaan Telkom Indonesia itu untuk
memberikan yang terbaik bagi bangsa ini. Kalau itu diubah, maka berarti itu
bukan Telkom Indonesia. Dan di situlah hakekat perusahaan ini ada. Kalau ini
kita yakini, maka ke depannya sangat mudah. Kami lalu buat detailnya berdasar
spiritual dan bisnis. Ada yang harus di-pressure,
ada yang kontekstual. Yang di-pressure
basic-nya adalah spiritual dan lintas agama. Yang men-drive semua itu adalah leader-nya.
Perusahaan ini akan berlari ketika leader-nya
berlari. Dan perusahaan itu akan berhenti manakala leader-nya berhenti. Leader
inilah yang menyatakan misi dan visi perusahaan. Leader bagus tentu akan memilih orang per orang yang berkarakter untuk
menjalankan bisnisnya. Action
berikutnya adalah menetapkan kebijakan, strategi, struktur dan proses bisnis.
T: Dengan begitu tentu
dibutuhkan leader yang kuat?
J:
Memang di sini dibutuhkan leader yang kuat. Tapi, tidak bergantung pada satu
orang semata. Artinya, kalau leader-nya
diganti, maka perusahaan tidak ikut diganti. Kami tanamkan dalam diri insan
Telkom untuk menguatkan suara suara hati. Filosofinya adalah all is the Best, selalu memberikan yang
terbaik. ***
No comments:
Post a Comment