Monday, August 5, 2013

Perbaikan Terus-Menerus Menjadi Kata Kunci

* Luhur Budi Djatmiko
Direktur Umum PT Pertamina (Persero)


Pertamina kini terus berbenah, bertransformasi. Transformasi dari perusahaan minyak dan gas menjadi perusahaan energi nasional berskala global. Untuk itu, kultur insan Pertamina harus berubah. Selain harus familiar dengan produk-produk energi, mereka juga harus mampu mengembangkan produk-produk baru di sektor hilir yang ramah lingkungan dan dapat diterima costumer. “Kami terus mendorong continuous improvement program (CIP) untuk mempercepat perubahan kultur ke arah yang lebih baik,” jelas Direktur Umum PT Pertamina (Persero) Luhur Budi Djatmiko kepada tim Dunamis yang mewawancarainya di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu, 16 Juni 2013. Petikannya berikut:



T: Apa isu kritikal yang dihadapi Pertamina? Dan, bagaimana KM berkontribusi?
J: Energi minyak harus terus tersedia. Energi fosil di Indonesia akan semakin berkurang. Sebab itu, selain tetap bermain di minyak, Pertamina juga mengembangkan perkembangan bio-energy, energi terbarukan.
Untuk minyak bumi, karena keterbatasan di Indonesia, Pertamina berusaha mencari ke luar negeri, bisa melalui akuisisi dan merger. Kami sudah berjalan secara bertahap. Intinya bagaimana produksi minyak pertamina sesuai target. Misalnya Pertamina mentarget 2 juta barel, sementara di Indonesia cuma ada 800 ribu barel. Bisa saja mengambil blok di dalam negeri, tapi target 3 juta barel tidak akan tercapai. Kami berusaha ekspansi, ke Irak misalkan yang mana satu ladang mampu memproduksi 2 juta barel. Sebab itu kami juga bersaha mengembangkan energi lain seperti panas bumi, CBM (Coal Bed Methane), dan bio-energy.
          Apapun kami lakukan. Budaya perusahaan (corporate culture) di Pertamina harus berubah. Salah satunya menanamkan budaya perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement) sehingga mampu menjadi program perbaikan berkelanjutan (continuous improvement program/CIP). Ujung-ujungnya untuk mencapai yang terbaik.


T: Untuk oil dan gas, pengetahuan orang-orang Pertamina sudah cukup mampu menangani. Bagaimana dengan energi yang lain?
J: Pada dasarnya sama. Apapun yang diperoleh, teman-teman ini sudah ada wadah Webinar yang dikelola oleh Knowledge Management Pertamina (KOMET). Apapun pengetahuan baru yang mereka miliki di-share ke sini dan semua jadi dikomunikasikan secara baik. Apalagi kita punya tools baru untuk itu. Bekerjasama dengan Microsoft Lync, Webinar disusun utnuk memungkinkan pekerja yang membagi pengetahuannya dapat disaksikan pekerja yang lain di mana saja berada. Ini salah satu tools yang mempercepat dan semakin terbukanya sharing pengetahuan.

T: Salah satu misi KOMET tentu mendorong tumbuhnya kultur inovasi di kalangan pekerja Pertamina. Sejauh ini bagaimana perkembangan kultur inovasi ini?
J: KOMET terus mendorong improvement secara terus-menerus yang diharapkan berbuah inovasi. Upaya ini tidak pernah putus, bahkan tumbuh grup-grup baru. Selain itu KOMET juga mengelola Standarization Management (SM) dan Quality Management Assesment (QMA).
          Dengan pengelolaan CIP, SM dan QMA yang baik, setiap tahun muncul sekitar 1.400 inovasi. Mulai dari unit pengolahan, unit pemasaran sampai unit R&D. Tidak hanya sebatas ide, tapi sudah diuji-coba. Sebuah ide diuji-coba lalu di-share ke rekan-rekan kerja atau lintas bidang. Kalau sudah bisa diterima baru distandarisasi.

T: Dapat dicontohkan inovasi yang aplikatif?
J: Contoh temuan alat untuk menutup sumur tua agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Saat ini Pertamina harus mengawasi hampir 5.000 sumur tua, sumur yang tidak produktif lagi. Sewaktu-waktu dari sumur tua itu bisa saja keluar minyak mentah. Untuk itu seorang pekerja Pertamina di Sanga-sanga berpikir keras bagaimana membuat satu alat penutup yang aman. Kebanyakan sumur tua tidak lengkap fasilitasnya. Tidak ada kepala sumurnya. Harus dibuatkan alat penutup yang disambungkan ke pipa besi di kepala sumur. Namun, akan sangat berbahaya kalau alat tersebut dipasang dengan cara mengelas. Akhirnya mereka menciptakan alat yang bisa dipasangkan tanpa harus mengelas. Dan, alat itu bisa dibuka kembali bilamana diperkirakan sumur itu dimanfaatkan lagi. Alat ini sudah distandarkan dan bisa dipakai di banyak sumur tua.
Dengan demikian ada nilai ekonomis inovasi alat penutup sumur tua tersebut. Karena, tidak hanya Pertamina yang dapat mengambil mannfaat. Perusahaan lain yang menghadapi persoalan sumur tua bisa memakai.

T: Selain di hulu, bagaimana inovasi di hilir?
J: Di hilir, kami berinovasi pada produk-produk yang sudah di pasar-bebaskan. Misalkan  pelumas. Pelumas itu ada 300 merk. Nah bisa dibayangin, kompetisi sangat terbuka dan Pertamina sekarang bertahan di 60 persen. Inovasi terus dilakukan. Sekarang kita tahu ada produk pelumas racing. Itu adalah bagian dari tuntutan pasar, customer. Kami pun punya produk pelumas dari kelas rendah hingga yang hi-tech. Dengan hitungan bisnis, yang hi-tech punyanya Shell, Pertamina tidak mampu memproduksi karena teknologinya butuh investasi yang besar. Tapi ternyata apa terjadi di pasar, ternyata Shell tidak memproduksi sendiri, karena ini hukum ekonomi. Ternyata ada pabrikan yang khusus memproduksi pelumas hi-tech. Pertamina akhirnya beli. Selama ini Shell menjual pelumas hi-tech dengan harga cukup tinggi. Dengan beli langsung, Pertamina cukup memperoleh harga yang lebih murah. Berfikir.
Sekarang ada produk SPBU PastiPast itu adalah satu bentuk inovasi. Karena, di situ Pertaminan menjamin kualitas pelayanan dan isi.

T: Adakah apresiasi buat pekerja yang membuat inovasi?
J: Jelas ada. Teman-teman kan juga sudah coba beberapa hal. Minimal butuh waktu dua atau tiga tahun untuk sampai inovasi yang aplikatif. Tentu ada apresiasi mulai dari pemberian insentif sampai diundang ke pusat untuk sharing. Selain itu, atasan mereka kan melihat langsung talent-talent terbaik itu yang kemudian bisa dibina dan ditingkatkan karirnya.

T: Selain lewat KOMET, bagaimana bentuk dukungan manajemen kepada proses berbagi pengetahuan tersebut?
J: Pada dasarnya kami di jajaran direksi memberikan dukungan penuh. Setiap direksi punya jatah untuk sharing dan terjadwal khusus. Nanti di bawahnya semua bergerak.  Karena di bawahnya jalan, di atas menyambut. mengubah culture ini tidak mudah, butuh waktu bertahun-tahun. ***


No comments:

Post a Comment