Provinsi
Jawa Barat (Jabar), menjadi salah satu provinsi dari enam provinsi lain di
Indonesia yang menjadi tempat uji coba pelaksanaan Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial (BPJS) pada Januari 2014.
Menurut
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, Alma Lucyati, salah satu persiapan yang
dilakukan adalah melakukan pendataan fasilitas kesehatan yang ada di layanan
kesehatan primer dan sekunder.
"Untuk
layanan kesehatan primer di Jabar yang sudah siap sekitar ribuan. Puskesmas
sekitar 1.050 dan klinik pratama 1.125," ujar Alma kepada Republika di
acara Lokakarya 'Kesiapan Implementasi BPJS dalam Sitem Jaminan Sosial
Nasional', di Bandung, Jabar, Kamis (31/10).
Menurut
Alma, untuk layanan kesehatan primer tak hanya Puskesmas saja yang akan
melayani masyarakat. Tapi, dokter dan klinik pun disiapkan untuk melayani
masyarakat.
Semuanya,
ia mengakui, nanti akan distandardkan. Namun, Dinkes Jabar tak mungkin langsung
mendata perlatan yang ada di semua layanan kesehatan primer tersebut secara
langsung.
"Jadi,
nantinya mereka yang memberikan laporan fasilitas apa saja yang sudah ada.
Baru, kami evaluasi," katanya.
Alma
mengatakan, selain layanan kesehatan primer, saat ini Jabar memiliki 34 RSUD,
167 RS Swasta, 17 RS TNI/ Polri, 6 RS BUMN, 5 RS Vertikal, 1 RS Fakultas
Kedokteran Gigi Unpad, dan 3 RS Provinsi. Sehingga, total jumlah RS di Jabar
ada 233 RS.
Menurut
Alma, berbicara tentang kesiapan, tugas Dinkes Jabar adalah mengupayakan
bagaimana lini primer disiapkan. Selain itu, masyarakat juga disiapkan. Agar,
semua masyarakat yang akan memeriksakan kesehatannya mendatangi layanan
kesehatan di lini primer.
"Pemprov,
nanti akan meng-cover masyarakat miskin. Sementara masyarakat yang mampu
membayasr jaminan kesehatannya sendiri. Yang mengelola, badan independen,"
katanya.
Menurut
Ketua DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional), Chazali Situmorang, pemerintah akan
menjamin 86,4 juta penduduk miskin agar bisa memperoleh layanan BPJS. Per
orang, akan memperoleh bantuan Rp 19.529. Jadi, total dana APBN yang
dialokasikan pemerintah mencapai Rp 19,9 triliun.
"Kami
sudah menyosialisasikan ke 70 persen kabupaten/kota yang akan menjadi
percontohan program BPJS ini," katanya.
Chazali
mengatakan, pada 2017 nanti, semua masyarakat yang mampu dianggap mampu akan
membayar iuran BPJS secara mandiri. Iurannya, sesuai dengan kelas akomodasi
yang dipilih. Yakni, kelas I Rp 59.500/ orang/ bulan, kelas II sebesar Rp
42.500/ orang/ bulan dan kelas III Rp 25.500 /orang/ bulan.
Sedangkan
menurut Kepala Kanwil IV Jamsostek Jabar, Teguh Purwanto, Jamsostek sudah siap
bertransformasi menjadi BPJS ketenagakerjaan. Memang, pada 2014 belum
sepenuhnya. Karena, ditargetkan bisa berjalan sepenuhnya mulai 1 Juli 2015.
"Karena
kan, ada satu yang harus dipersiapkan dengan matang dan tak mudah yaitu jaminan
pensiun," kata Teguh.
Menurut
Teguh, pihaknya pun sudah menyiapkan rumah sakit mitra kerja. Karena, nantinya
harus ada rumah sakit yang menangani trauma center yang terintegrasi.
Namun, kata
dia, yang harus dipikirkan adalah PNS yang jumlahnya ada ribuan di Jabar.
Mereka pun, sebagai pekerja memiliki hak untuk perlindungan ketenaga kerjaan.
"Ini, yang masih kami bahas dengan Pemprov Jabar," katanya.
(www.republika.co.id)
No comments:
Post a Comment