Ummu Humaid, istri Abu Humaid al-Saidi, datang menjumpai Rasulullah Saw, dia bermohon, "Wahai Rasulullah, aku ingin shalat bersamamu." Rasulullah Saw kemudian bersabda, "Aku tahu kau suka shalat bersamaku. Shalatmu di kamarmu lebih baik daripada shalatmu di rumahmu dan shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalat di masjid kaummu dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik daripada shalatmu di masjidku."
Lantas Nabi memerintahkan agar membuatkannya tempat shalat di atas rumahnya
dan dibuat gelap. Dia pun shalat
di sana sampai meninggal dunia.[1]
Ajari Aku, Wahai Rasulullah Saw
Terkisah dari Ummu Anas, ibu Imran bin Abi Anas, bahwa dia menemui Rasulullah Saw. Ummu Anas lalu berucap, “Semoga Allah menjadikanmu di tempat yang tinggi di surga dan aku
bersamamu. Ya Rasulullah, ajari aku satu amal saleh agar aku bisa mengamalkan
dan mengajarkannya."
Kemudian Rasulullah Saw bersabda, "Kerjakan shalat, karena
shalat itu jihad yang paling besar. Tinggalkan maksiat, karena itu adalah
hijrah yang paling mulia. Banyaklah mengingat Allah SWT karena itu merupakan amal yang
paling Allah sukai sampai kau menemui-Nya."[2]
Dari
Ummi Anas, dia berkata, "Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat." Lantas Rasulullah Saw bersabda, "Tinggalkan maksiat, karena itu adalah
hijrah yang paling mulia. Jagalah ibadah fardhu karena itu jihad yang paling
mulia dan banyaklah mengingat Allah SWT, karena
engkau tidak menemui-Nya dengan sesuatu yang lebih Dia cintai selain banyak-banyak
menyebut-Nya."[3]
Satu Pelajaran dari Nabi Muhamad Saw
Dari Abdullah bin Amir bin Rabi'ah, dia berkisah, "Suatu hari, tatkala Rasulullah Saw berada di rumah kami, ibuku
memanggilku, ‘Ke sini! Ke marilah, aku akan memberimu sesuatu.’ Lalu Rasulullah Saw bertanya pada ibuku, ‘Kamu mau memberinya apa?’ Ibuku menjawab, ‘Aku akan memberinya sebutir kurma.’ Rasulullah Saw bersabda, ‘Jika kau tidak memberikannya, kau akan dicatat
sebagai orang yang berdusta’." Ibuku termasuk orang yang masuk Islam
sejak lama, membaiat Nabi Saw dan melakukan dua kali hijrah.
Dia
meriwayatkan satu peristiwa yang mengagumkan pada masa Umar bin Khattab menjelang
ke-Islam-annya. Ummu Abdullah bercerita, ”Demi Allah, kami akan berangkat ke Habsyah
dan Amir (suaminya) pergi mencari beberapa keperluan kami. Lalu datang Umar
yang masih musyrik dan berdiri di depanku. Kami pernah mendapat bencana dan
kesulitan darinya.”
Umar bertanya kepada Ummu Abdullah, "Ummu Abdullah, sudah mau
berangkat?"
Jawab Ummu Abdullah, "Ya. Demi Allah, kami akan berangkat menuju bumi Allah.
Kalian telah menyiksa kami, sehingga Allah SWT memberi kami jalan keluar."
Umar
berkata, "Semoga Allah menyertai kalian."
Ummu Abdullah menuturkan, "Aku melihat kelembutan yang sebelumnya
belum pernah aku lihat pada diri Umar. Kemudian Umar pulang dan kepergian kami
membuatnya sedih, seperti yang aku lihat dalam raut mukanya.”
Tak
lama berselang, Amir datang membawa keperluan mereka. Ummu Abdullah menyapa, "Wahai
Abu Abdillah, kalau saja kau lihat Umar tadi. Dia sangat lembut dan amat
bersedih atas kepergian kita."
Amir bertanya, "Kau ingin dia masuk Islam?"
Ummu Abdullah menjawab, "Ya."
Amir menukas, "Orang yang tadi kamu lihat tidak akan masuk Islam
sampai keledai keluarga Khattab masuk Islam."
Ummu Abdullah berkata, "Engkau berputus asa pada Umar karena engkau
melihat kekerasan dan kekejamannya pada Islam."[4]
Engkau Najis dengan Kesyirikanmu
Fathimah binti al-Khattab masuk Islam, disusul kemudian oleh suaminya, Said
bin Zaid. Tetapi mereka berdua menyembunyikan ke-Islam-annya dari Umar. Khubab
bin al-Art mendatangi mereka berdua untuk mengajari membaca al-Qur’an.
Suatu hari, Umar bin Khattab keluar rumah sambil menghunus pedangnya hendak
membunuh Rasulullah Saw dan beberapa orang sahabatnya. Umar menerima
kabar bahwa mereka akan berkumpul di satu rumah dekat Shafa. Mereka terdiri
dari laki-laki dan wanita. Lalu Nu'aim bin Abdullah al-Nuham – seorang
laki-laki asal Makkah dari Bani
Adiy bin Ka'ab yang telah masuk Islam dan menyembunyikan ke-Islam-annya karena takut pada kaumnya – menemui Umar dan bertanya, "Mau ke mana kau, Umar?"
Jawab Umar, "Aku ingin membunuh Muhamad yang telah memecah belah
Quraisy, memupus mimpi mereka, menghina agama mereka dan mencela tuhan-tuhan
mereka, aku mau membunuhnya."
Lantas Nu'aim berkata, "Demi Allah, kau telah
ditipu oleh dirimu sendiri, Umar. Kau pikir Bani Abdi Manaf akan membiarkanmu
berjalan di atas permukaan bumi kalau kau membunuh Muhamad? Kenapa kau tidak
kembali ke keluargamu dan mengurus mereka?"
Umar balik bertanya, "Keluargaku yang mana?"
Tutur Nu'aim, "Iparmu Said bin Zaid bin Amr dan adikmu Fathimah binti
al-Khattab. Demi Allah, mereka telah masuk Islam dan mengikuti ajaran Muhamad,
kau urus saja mereka."
Spontan Umar lansung pulang mencari adik dan iparnya yang saat itu sedang
bersama Khubab bin al-Art yang membawa satu lembaran yang di dalamnya terdapat
surat al-Qur’an "Thâha" untuk dia ajarkan pada mereka. Ketika
mereka mendengar kedatangan Umar, Khubab bersembunyi di suatu tempat di rumah
itu dan Fathimah menyembunyikan lembaran tersebut. Saat hampir tiba di rumahnya,
Umar mendengar bacaan Khubab. Di kala dia masuk rumah, Umar bertanya, "Suara
apa yang aku dengar tadi?"
Keduanya menjawab, "Tidak ada suara apa-apa."
Umar mendesak, "Tidak. Aku diberitahu bahwa kalian berdua telah
mengikuti agama Muhamad." Lalu dia memukul iparnya, kemudian Fatimah menahannya
agar dia berhenti memukul suaminya. Umar terus memukuli dan melukainya. Ketika Umar
melakukan itu, Fatimah menegaskan, "Ya, kami telah masuk Islam dan beriman
kepada Allah SWT dan rasul-Nya, lakukan apa yang kau ingin lakukan wahai Umar."
Tatkala Umar melihat darah di wajah adiknya, dia menyesali perbuatannya. Lalu
dia meminta adiknya, "Berikan lembaran yang aku dengar kalian baca tadi, aku
mau melihat apa yang dibawa Muhamad." Umar adalah orang yang bisa baca
tulis.
Fathimah langsung menjawab, "Kami khawatir kau akan merusaknya."
Umar berkata, "Jangan takut." Lalu dia bersumpah dengan nama
tuhan-tuhannya untuk mengembalikan lembaran tersebut setelah selesai
membacanya.
Ketika
Umar mengatakan hal itu, Fathimah sangat berharap Umar akan masuk Islam. Lalu Fathimah berkata, "Saudaraku, engkau
ini najis karena kemusyrikanmu dan lembaran ini hanya boleh disentuh oleh orang
yang suci."
Umar bangun lantas mandi. Dan kemudian Fathimah memberikan lembaran yang di
dalamny terdapat surat ‘Thâhâ’ itu padanya. Umar membacanya. Saat dia baru
membaca sebagian lembaran itu, di bergumam, "Alangkah indah dan mulia
perkataan ini!"
Ketika Khubab mendengar gumaman itu, dia keluar dan berujar, "Umar, demi
Allah, aku sungguh berharap Allah SWT
memilihmu berkat doa Nabi. Kemarin aku mendengar beliau berdoa, ‘Ya Allah,
kuatkan Islam dengan Abu Hakam bin Hisyam atau dengan Umar bin Khattab’."
Saat
itu pula, Umar berkata pada Khubab, "Tunjukkan aku pada Muhamad, aku mau
mendatanginya dan masuk Islam."
Khubab mengatakan, "Beliau berada di sebuah rumah dekat Shafa bersama
beberapa orang sahabatnya.”
Lalu Umar mengambil pedang dan menghunusnya, kemudian menuju tempat Rasulullah
Saw dan para sahabatnya. Sesampainya di sana, dia langsung mengetuk pintu. Ketika
mereka mendengar suara Umar, seorang sahabat Nabi bangkit lalu melihat dari
celah pintu dan melihat Umar menghunus pedangnya. Dalam keadaan gemetar dia
kembali ke tempat Nabi Saw dan memberitahukan, "Wahai Rasulullah, Umar
datang dengan menghunus pedang."
Kemudian Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Izinkan dia masuk, jika
dia ingin kebaikan, akan kita berikan. Tetapi jika dia ingin keburukan, akan
kita bunuh dia dengan pedangnya.”
Sambung Nabi Saw, "Izinkan dia masuk." Selanjutnya sahabat tadi mengizinkan Umar masuk. Rasulullah Saw lantas bangkit dan menemuinya di kamar. Beliau mengambil
selendangnya lalu menarik kuat-kuat dan berujar, "Apa yang kau inginkan wahai Umar? Demi Allah, aku tidak
melihat kau akan berhenti sampai Allah menurunkan musibah padamu."
Umar pun berkata, "Wahai
Rasulullah, aku datang padamu untuk beriman pada Allah SWT dan
rasul-Nya serta apa yang dibawa dari sisi-Nya." Mendengar pernyataan Umar
ini, Rasulullah Saw bertakbir keras sampai didengar seluruh sahabat yang
ada di rumah itu bahwa Umar telah masuk Islam.[5]
No comments:
Post a Comment