Monday, April 7, 2014

ENAM: Titian Menuju Dakwah Air



“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya...”
QS Huud (11) : 7

DESA CINAGARA, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, 2009. Belum seberapa lama Ardju Fahadaina melepas kepemilikan 20% saham di PT Inti Alasindo Holding Company. Ketika itu dia sempat mengakuisisi PT Sel Net Optima namun terus merugi, bisnis rekaman musik tapi kandas di tengah jalan, dan mengambil-alih perusahaan servis tabung elpiji namun tak kunjung untung. Dia benar-benar galau dan risau. Lantas dia intens bermunajat pada Allah SWT. Saban ujung dinihari dia bermunajat dan berkhalwat dengan Allah Yang Maha Kasih. Bahkan dia juga menambahi tirakatnya dengan puasa sunnah Senin-Kamis.
Sampai kemudian, seolah ada yang menuntun, di tahun 2009 itu lelaki yang hobi traveling ini jalan-jalan ke Desa Cinagara, desa yang sohor sebagai sentra budidaya ikan di air deras. Ke Cinagara, Ardju Cinagara mencari lahan buat membangun sebuah vila yang dilengkapi dengan kolam budidaya ikan agar dirinya dapat memberi manfaat pada seorang sahabat yang waktu itu segera memasuki masa pensiun.    
Rupanya Allah tidak berkehendak hambanya yang bernama Ardju Fahadaina hanya memberi manfaat dan maslahat bagi seorang sahabat. Ardju mesti memberi manfaat kepada banyak sahabat, kerabat dan umat. Turun dari kaki Gunung Pangrango itu dia bersua Haji Bahrum, tokoh masyarakat Desa Cinagara. Haji Bahrum menawarkan sebidang tanah yang ada mata airnya yang dapat dimanfaatkan untuk mendirikan perusahaan produksi air minum dalam kemasan. Secara halus, Ardju menolak karena merasa dirinya tidak memiliki pengalaman dan kompetensi di bisnis air minum.
Haji Bahrum tak patah arang. Dia berusaha mencari tahu di mana Ardju Fahadaina tinggal. Setelah beberapa waktu berupaya mencari, akhirnya Haji Bahrum berhasil menemukan rumah tinggal Ardju Fahadaina di kawasan Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten. Dan dia pun bersilaturrahim ke rumah Ardju pada suatu waktu. Di situ Haji Bahrum memohon dengan amat sangat agar sebidang tanah seluas 5,3 hektar yang di beberapa titik terdapat mata air itu jatuh ke tangan Ardju. Ardju berusaha tetap kukuh tidak ingin membeli lahan yang sangat cocok buat usaha air minum dalam kemasan tersebut.
Tapi, sekali lagi, Haji Bahrum tidak menyerah begitu saja. Dia lalu mengaku tengah membutuhkan dana buat biaya mendirikan pondok pesantren berkonsep wirausaha. Sebuah pondok pesantren yang mengusung konsep: pada siang hari para santri belajar wirausaha budidaya ikan dan pada malam hari mereka nyantri. Mengingat niat mulia tersebut, Ardju akhirnya menerima tawaran membeli tanah dari Haji Bahrum.
Lantas muncul kesepakatan tanah dibanderol Rp100 ribu per meter persegi. Setelah sedikit tawar-menawar lagi, Ardju kemudian cukup membayar Rp5 miliar. Dengan kesepakatan, Haji Bahrum menyelesaikan surat-surat tanah sampai status sertifikat hak milik. Dan kepada Haji Bahrum, Ardju berterus-terang mengakui dirinya tidak memiliki pengalaman di bisnis air. Pun Haji Bahrum menyanggupi membantu usaha bisnis air minum dalam kemasan yang segera dibuka Ardju. Haji Bahrum menyodorkan seseorang bernama Muhamad Lokot Siregar yang dipromosikan cukup kompeten dan mumpuni di bisnis air minum dalam kemasan.
Dengan niat memberdayakan karunia alam untuk menggapai ridha Allah diperkuat pula niat Haji Bahrum yang hendak membuka pondok pesantren berkonsep wirausaha, masih di tahun 2009 itu pula, Ardju Fahadaina kemudian memulai pembangunan instalasi produksi air minum dalam kemasan di Desa Cinagara.

Cobaan dan Ujian
Berangkat dari prasangka baik pada jasa baik Haji Bahrum merekomendasikan tenaga kompeten bernama Muhamad Lokot Siregar, Ardju Fahadaina pun menyerahkan amanah sepenuhnya ke Lokot Siregar untuk memulai pembangunan fisik pabrik air minum dalam kemasan. Kemudian, ihwal perizinan seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Ardju juga menyerahkan kepada seseorang yang disodorkan oleh Haji Bahrum. “Saya serahkan pembangunan pabrik itu kepada orang-orang yang direkomendasikan oleh Haji Bahrum. Semua dana yang mereka anggarkan saya penuhi,” ujar lelaki yang senantiasa bertindak dengan hati ini.   
Manusia boleh berencana dan merancang apa yang dimaui. Tapi, realisasi semua itu sangat tergantung pada kehendak Allah SWT. Kalau Allah berkehendak maka tidak seorang pun akan mampu mengelak. Perencanaan pembangunan pabrik air minum yang telah dirancang matang oleh Muhamad Lokot Siregar dan perizinan diurus pula oleh orang yang biasa berurusan dengan birokrasi, toh Allah berkehendak lain. Perjalanan pembangunan pabrik air minum yang diimpikan Ardju itu sedikit tersendat.
Pembangunan agak terganggu lantaran material yang digunakan bukan dari kualitas nomor wahid. Material instalasi pengolahan air minum yang digunakan adalah material kelas tiga sehingga tidak bisa sekali pasang langsung mampu beroperasi. Ada material-material yang sampai harus bongkar-pasang lantaran rusak saat dilakukan uji-coba. Bahkan, pemimpin proyek pembangunan pabrik sempat menghilang. Telepon seluler sang pemimpin proyek tidak bisa dihubungi untuk sekadar koordinasi kelanjutan pembangunan. Sebuah cobaan dan ujian menghadang langkah Ardju Fahadaina yang hendak berhijrah dari bisnis konvensional ke bisnis syariah. Namun, dia meyakini benar janji Allah bahwa bersamaan kesulitan itu ada kemudahan (QS Alam Nasyrah [94]: 6). Dan benar, di balik menghilangnya pemimpin proyek, Ardju mendapat teman baru yang bersedia membantu bagaimana memperbaiki instalasi produksi air minum agar segera mampu beroperasi.
Ardju Fahadaina bersyukur masih banyak orang baik yang membantunya mengatasi persoalan beberapa bagian instalasi yang rusak sebelum dipakai. Salah bantuan itu berupa rajutan tali silaturrahim dengan banyak pemasok material-material instalasi produksi air minum dalam kemasan.
Ketika turun sendiri mengatasi persoalan yang ditinggalkan oleh pemimpin proyek, Ardju mendapati instalasi ultraviolet dan cartridge yang telah rusak sebelum waktunya. Dia langsung mengganti instalasi ultraviolet dengan material terbaik dan cartridge yang telah berkarat dengan material terbagus. Pemasok-pemasok material instalasi pengolahan air itulah yang banyak menolong Ardju Fahadaina dan tim untuk menyelesaikan pembangunan pabrik. Secara bertahap, semua instalasi berkualitas jelek diganti yang material instalasi kualitas terbaik. Dan di akhir 2009 bergulir ke awal 2010 fisik pabrik pengolahan air minum dalam kemasan di Desa Cinagara tersebut tuntas dan siap dioperasikan.
Ujian dan cobaan tidak hanya pada ketersendatan pembangunan fisik pabrik pengolahan air minum dalam kemasan. Dari sisi perizinan pun sempat terhambat. Kendati Ardju telah mengeluarkan biaya sesuai dengan yang diminta oleh seseorang yang biasa berurusan dengan birokrasi, IMB buat bangunan pabrik belum juga turun dari pihak yang berwenang. Pertolongan Allah datang melalui bantuan seseorang yang dekat dengan Bupati Bogor (saat itu) Rahmat Yasin. Lewat orang tersebut, IMB pabrik yang berlokasi di kaki Gunung Pangrango tersebut cepat keluar dan ditanda-tangani oleh pihak yang berwenang. Aral lintang pembangunan pabrik hilang dan Bupati Bogor Rahmat Yasin pun berkenan meresmikan pabrik air minum dalam kemasan yang kemudian diberi brand Ufia dan payung usaha PT Ufia Tirta Mulia ini pada tanggal 23 April 2010.  
Sekitar sepekan sebelum peresmian, tanggal 15 April 2010, Ardju Fahadaina mengundang sekitar 1.000 orang warga sekitar untuk mengikuti doa dan dzikir bersama yang dipimpin oleh Ustadz Muhammad Arifin Ilham yang digelar halaman pabrik yang siap berproduksi tersebut. Selain sebagai wujud rasa syukur setelah melewat berbagai aral-lintang yang membentang, doa dan dzikir bersama itu bertujuan agar keberkahan dan kesuksesan senantiasa menaungi PT Ufia Tirta Mulia, sumber mata air, brand Ufia dan warga masyarakat sekitar (terutama yang bekerja di Ufia).

Ufia dan Dakwah Air
Dunia bisnis air minum dalam kemasan merupakan dunia baru bagi Ardju Fahadaina yang sebelumnya dibesarkan oleh dunia sepatu Bata dan Nike. Sebagaimana dunia sepatu yang akrab dengan label-label populer seperti Bata, Nike, Puma dan Adidas, pada jagat bisnis air minum terdapat pula nama-nama yang telah lekat erat di benak penikmat air murni dari mata air pegunungan. Sebutlah nama-nama sohor Aqua, Vit, dan Aquaria. Brand bisnis air seakan identik dengan embel-embel ‘qua’.
Ardju Fahadaina tak ingin sekadar ikut-ikutan mengusung brand yang terkadang cuma nama belaka tanpa makna apa-apa. Dia ingin sebuah nama yang sarat makna, kebaikan dan keberkahan. Bila penulis naskah drama kondang William Shakespeare merasa persetan dengan apalah arti sebuah nama, maka bagi Ardju nama adalah sebuah makna. Sebagaimana orang Jawa pada umumnya, Ardju berusaha memberi nama brand bisnis air minum dalam kemasan yang benar-benar penuh arti, minimal berarti bagi keluarganya sendiri.  
Lelaki yang menghabiskan masa kecil dan remaja di Kampung Serangan, Yogya, ini mencoba utak-atik gathuk dari huruf-huruf depan nama diri, istri dan dua anaknya. Dari dirinya sendiri muncul huruf “A”, lalu dari istri ada huruf “U”, dari anak pertama terdapat huruf “I” dan dari anak kedua tersembul huruf “F”.
“Sebelum terjun di bisnis air, saya berpikir mesti membawa brand apa. Sudah banyak orangmemakai embel-embel ‘qua’, rasanya sudah tidak bagus, ada Aqua, ada Aquaria. Akhirnya huruf-huruf depan nama sekeluarga saya utak-atik, mulai dari AFIU, AFUI, UFAI, IFAU sampai ketemu UFIA. Rasanya UFIA yang paling enak dilafadzkan, mudah diingat dan semua anggota keluarga saya merasa memiliki. Ya sudah begitu saja, kemudian saya bikin mereknya, brand UFIA seperti itu,” papar Ardju.
Rasanya seperti sekadar utak-atik tanpa makna. Tapi, rupanya, utak-atik gathuk ala Ardju Fahadiana punya makna yang amat mendalam. Ufia, dalam gramatikal Bahasa Arab berarti: “aku ingin memenuhi janji secara sempurna”. Ya, Ardju ingin memenuhi janji secara sempurna dalam hijrah dari bisnis konvensional ke bisnis syariah. “Dalam satu kesempatan hendak menjalin kerjasama dengan Baznas, Ketua Umum Baznas Prof. Dr. Didin Hafidhuddin menjelaskan bahwa ufia mengandung makna: aku ingin memenuhi janji secara sempurna. Dari kata Arab, aufu yang berarti kita harus menyempurnakan timbangan kita. Kalau kita berdagang itu kan aufu. Waktu dengar penjelasan itu, saya merinding, kok bisa ya ketemu,” ungkap Ardju yang kini semakin yakin menapak di jagat bisnis air minum dalam kemasan.   
Utak-atik gathuk yang ternyata sarat makna itu semakin menguatkan langkah Ardju untuk menekuni bisnis air minum dalam kemasan dengan tekad berdakwah melalui air. “Saya berjanji (minimal dalam diri saya sendiri) menegakkan syariat Islam, dalam hal ini ekonomi Islam di Indonesia. Di situ saya bertambah yakin, sejak awal niat saya kepengin membuat perusahaan yang bisa menekankan ZIS untuk kemaslahatan umat, agaknya di air ini ada jalan yang terbentang,” aku Ardju Fahadianya yang rela meninggalkan segala kemewahan di PT Inti Alasindo Holding Company untuk mencari berkah dan ridha Allah di bisnis air minum yang dikuasai oleh satu-dua merek yang beromset ribuan galon per hari.
Ardju meyakini kehidupan di bumi ini tidak bisa terlepas dari air. “... Dan Kami jadikan segala yang hidup dari air. Mengapa mereka tidak beriman?” (QS Al-Anbiyaa [21]:30). Kehidupan ini, terutama dari kacamata pandang sebagai seorang Muslim, tidak bisa dilepaskan dari keberadaan air. Mulai dari aktvitas wudhu sebelum shalat, mandi Jumat, mandi junub, mandi ihram sampai mandi jenazah, semua membutuhkan kecukupan air. Yang juga cukup menakjubkan, aktivitas thawaf di seputaran Ka’bah menghasilkan air zam-zam yang tidak pernah kering sepanjang zaman. Air zam-zam yang multikasiat dan multi manfaat bagi siapa saja yang meminumnya. Air yang sepanjang 24 jam itu diakrabi dengan doa dan dzikir oleh umat Muslim yang tengah umrah dan atau haji.
Air memang memiliki banyak keajaiban. Sebuah penelitian oleh Dr. Masaru Emoto, Yokohama Municipal University, Jepang, 2005, menyebutkan bahwa kristal air yang semula berantakan bentuknya berubah menjadi kristal yang rapi, antik bentuknya, dan teratur setelah diberi rangsangan berbagai jenis pesan ungkapan dan perasaan, tulisan, gambar, foto, dan musik. Emoto mengambil sampel air dari mata air atau danau, setelah didinginkan pada suhu-5 derajat Celcius dan diberi aneka rangsangan tersebut, lalu difoto dengan teknologi tinggi. Hasilnya, kristal air berbagai bentuk. Berikut beberapa contoh:


 


   



Bentuk kristal air dari mata air Sanbuichi setelah diberi pesan keindahan.
Bentuk kristal air setelah didoakan secara agama Islam.

Hasil penelitian Emoto menyimpulkan: pertama, air mampu “menangkap” getaran rasa dalam bahasa apapun, tulisan, gambar, dan musik. Kedua, air bisa “mengerti”, menyimpan dan menyalurkan informasi. Semua benda juga “mengerti” namun air yang paling peka, jumlahnya sangat banyak, dan ada di mana-mana. Ketiga, getaran air merambat ke molekul air di tubuh manusia (75%). Dari air yang dikonsumsi, perilaku manusia dapat menjadi beringas, jahat, tidak terkendali, ataukah sebaliknya.
Mengacu pada hasil penelitian Emoto, Dokter Indra Djaman SpPD mengingatkan bahwa dalam al Quran, Allah menyebutkan bahwa setiap ciptaan Allah itu bertasbih, tapi kalian tidak tahu seperti apa tasbih mereka. Bila kita kaitan dengan ayat ini, mungkin hal ini merupakan salah satu bentuk tasbihnya air.
Dokter RS Bhakti Asih Ciledug, Tangerang, ini sependapat dengan Emoto, karena Emoto memakai teknik Ado untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang notabene dokter sudah angkat tangan. “Dia bisa membuat perhitungan pada kelainan penyakit jantung. Ada pasiennya yang  kelainan jantung sejak bayi, ternyata kemudian bisa membaik setelah mengonsumsi secara rutin air dengan teknik Ado ini. Ternyata air dengan teknik Ado ini bisa masuk ke jaringan sel yang notabene tingkat lebih kecil, sub-atom. Di situlah terjadi perbaikan atas kerusakan sel atau penyakit yang disebabkan karena adanya kelainan-kelainan tadi. Berbeda dengan obat. Obat itu tidak bisa masuk ke level sub-atom. Obat berbeda gelombang resonansi. Resonansi itu terjadinya lebih baik pada air,” paparnya.
Lebih lanjut Dokter Indra menerangkan, “Inilah yang menjadi landasan teori bahwa, subhanallah, kalau kita bisa mengonsumsi air yang seperti ini maka tingkat kesembuhan lebih besar. Kita tahu Allah bahwa menyuruh kita minum atau makan dimulai dengan memasukkan ke mulut dengan ucapan bismillah. Subhanallah, hal itu menjadi media atau cara untuk membuat orang sehat. Sebuah ikhtiar bagaimana kita menjadi lebih bagus. Dan tentu ini perlu bukti ilmiah yang lebih banyak lagi. Saya sangat optimis bahwa media air itu harus menjadi bagian penting dalam upaya bagaimana kita menjadi lebih sehat fisik dan jiwa.”
Atas dasar benang merah dari penelitian Emoto dan analisis Dokter Indra, Haji Ardju Fahadaina berusaha memperlakukan air dengan kasih sayang, bersih dan tidak sembarang membuang-buang (mubadzir). Dia juga berusaha memberi pesan berupa doa positif “Bismillahirrahmanirrahim” setiap kali berurusan dengan air.
Dia meyakini bahwa air bermuatan doa bisa menyembuhkan tubuh dan jiwa; air di otak dan tubuh manusia akan beresonansi atas pesan-pesan positif; air di alam, di tumbuh-tumbuhan dan di tubuh binatang akan bergetar bersama oleh doa. Dan, sekali lagi Ardju meyakini, dunia akan berangsur menjadi positif melalui sikap kita terhadap air.
Lebih jauh Ardju berkeyakinan bahwa pikiran dan ucapan akan mampu melahirkan getaran (vibrasi) yang dapat mengubah susunan molekul benda-benda, termasuk molekul air. Sebab itu pula, doa dan dzikir yang khusyu’  plus terfokus mempunyai potensi kekuatan dahsyat mengubah apapun di dunia dengan izin Allah; doa dan dzikir bersama akan melipat-gandakan kekuatannya. Dan sungguh dzikir pada Allah itu sangat besar (QS Al-‘Ankabuut [29]: 45).
Berkat sedikit pengetahuan inilah, Ardju kini aktif mendakwahkan kelebihan air sebagai karunia Allah. Dia senantiasa teringat hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari: “Sampaikanlah Dariku (yakni dari Rasulullah saw) walau hanya satu ayat.” Jelas, sebelum aktif mendakwahkan kelebihan air ini, dia sangat memperhatikan keshahihan hadits dan mencari pemahaman yang benar mengenai air –baik dari segi ilmiah maupun rohaniah. Dengan begitu dia menguasai betul pengetahuan ihwal air. Lalu, dari situ, dia selalu secara gamblang menyampaikan pesan manfaat dan mudharat air sebagai sebuah pengetahuan yang lengkap.
Tidak sekadar menyampaikan atau mensyiarkan berbagai kelebihan air kepada umat, Ardju langsung mempraktikkan perlakuan kasih sayang penuh pesan ayat-ayat suci al-Quran dalam memproduksi air minum dalam kemasan di pabriknya di Desa Cinagara. Selama 24 jam, dari proses keluar dari mata air sampai pengepakan kemasan air, diperdengarkan lantunan ayat suci secara murotal.
Jelas Ardju lebih lanjut:
“Sekitar 75% tubuh kita ini terdiri dari air. Dan air itu paling sensitif menerima pesan-pesan dari suara-suara yang lembut dan ayat suci al-Quran. Dari situ saya berkeyakinan bahwa orang yang bekerja sambil mendengarkan ayat suci al-Quran itu akan sejuk pikirannya dan halus jiwanya. Itu dari sisi manusia yang bekerja di pabrik.
Kemudian, dalam proses produksi, dari mata air sampai pengepakan diiringi murotal alunan ayat-ayat suci al-Quran selama 24 jam. Hasilnya air akan lebih enak diminum, penuh berkah dan menyejukkan. Dan ini sudah dibuktikan oleh Prof. Emoto dari Jepang. Menurutnya, air itu sensitif menerima pesan-pesan, doa agama apa saja, termasuk Islam. Ternyata kristalnya berubah tergantung pesan yang diterima. Hasil penelitian Prof. Emoto yang sempat disampaikan di PBB tahun 2005 itu menginspirasi saya untuk memproduksi air minum dalam kemasan dengan pesan-pesan murotal.
Air dan doa ini sangat berkaitan erat. Pengalaman thawaf melihat air zamzam juga memberi inspirasi yang kuat. Setiap kali thawaf itu kan ada sekian ribu orang terus dzikir dan berdoa, pasti mempengaruhi air zam-zam. Saya tidak memperdengarkan surat atau ayat tertentu, semua surat yang ada di al-Quran. Saya melihat al-Quran berpengaruh positif dalam produksi air minum.”

Ardju Fahadaina tidak berhenti pada kutipan hasil penelitian Prof. Emoto. Di tataran praktis membumikan air produksi Ufia, dia pun aktif mencari pendapat pembanding (second opinion). Sekali waktu dia langsung bertemu Dokter Indra Djaman yang aktif sebagai sesama jamaah di Masjid Jami Bintaro Jaya. Dokter yang mengaku telah berhijrah dari air minum produk konvensional ke air minum produk Ufia yang syariah  ini mengungkapkan air minum produk Ufia memiliki keasaman (PH) 7,1, sedangkan PH darah manusia berkisar 7-7,2. Dengan demikian, menurut dokter spesialis penyakit dalam ini, bila orang meminum air yang PH-nya sesuai dengan PH darah itu maka akan terjaga kesehatannya.
Kemudian, dari uji laboratorium terhadap air Ufia dengan pembanding air RO (river osmosis) dan air germanium (produk baru yang dipasarkan secara MLM), air Ufia cukup bagus dalam menetralisir racun. Pada uji tiga gelas yang masing-masing diisi ketiga produk tersebut lalu ditetesi obat antiseptik Betadine, terlihat hasil: gelas berisi air RO jadi kuning (berarti obat antiseptik tidak dinetralisir), gelas air UFIA masih ada sedikit warna kuning (ada upaya netralisasi obat antiseptik), dan gelas produk air gernamiun tampak jernih (obat antiseptik benar-benar dinetralisir). “Artinya, produk germanium itu langsung menghilangkan racun. Air Ufia yang tidak kami tambah apa-apa, hanya diberi doa, lumayan bisa menghilangkan (tidak 100%). Dan air RO ternyata tidak bisa menghilangkan racun,” terang Ardju Fahadaina sedikit berpromosi.
Dengan hasil laboratorium seperti itu, ungkap Ardju, ada beberapa pihak minta bagaimana Ufia mampu memproduksi air setaraf air zam-zam. “Kami sudah usaha, mesti menaikkan PH dengan aditif. Persoalannya, apakah aditif yang nanti dipakai bagus. Kalau saya lihat air zamzam kenapa bisa seperti itu, karena di situ ada thawaf, ada dzikir dan doa. Alami sekali. Jadi sementara ini kami alami saja dengan dzikir, doa dan murotal selama 24 jam,” tegasnya.
“Sepanjang pengalaman saya bekerja, baru di sini produksi air minum yang diiringi dengan morotal al-Quran. Dan saya sebagai pekerja di sini merasa sangat nyaman dan air yang dihasilkan cukup menenteramkan,” ujar Edeh Humaeroh, Factory Manager PT Ufia Tirta Mulia.
  

Infak Rp15 per Liter
Selain proses produksi yang senantiasa diiringi pesan-pesan religius, produk Ufia mempunyai keberbedaan riil dibandingkan produk-produk air minum sejenis. Soal rasa boleh jadi kita harus meneguk airnya terlebih dulu. Arti kata, harus ada langkah mengambil atau meminum produk yang ditawarkan. Dan, hampir semua produk air minum dalam kemasan mempromosikan diri dengan rasa air murni dari pegunungan.
Lalu Ardju berpikir sedikit berbeda. Kalau hanya ‘menjual’ rasa menenteramkan maka hal ini masih mengawang-awang, tidak terlihat oleh mata secara nyata. Sebagai orang yang telah terbiasa dengan langkah-langkah membelanjakan sekitar 35% penghasilannya di jalan Allah, benak Ardju langsung tertancap pada bagaimana produk Ufia langsung mengusung brand infak dalam setiap liter yang dibeli konsumen. Dia tidak ingin head to head dengan kompetitor yang sudah merajai pasar air minum dalam kemasan. Sebab, kendati secara kualitas produknya tidak kalah dibandingkan produk sejenis sekelas (sebut saja) merek Aqua, namun kalau harus berhadap-hadapan langsung sudah pasti langsung kalah, kalah segalanya –mulai dari permodalan, sumber daya manusia, sampai penguasaan jejaring pasar. Harus ada trik agar produk yang relatif baru ini tidak langsung ‘ditelan’ pemain besar.      
Benak Ardju langsung tertuju pada praktik bisnis secara syariah dengan mengajak konsumen (pelanggan) membiasakan diri berinfak. Sebab, setiap umat beriman wajib menafkahkan sebagian dari apa yang Allah keluarkan dari bumi untuk umat manusia (QS Al Baqarah [2]: 267).
Dia tidak memilih zakat sebagai praktik bisnis air secara syarah. Karena, zakat sangat terkait dengan nishab dan mekanisme yang perlu akad tersendiri. Persoalannya, berapa nilai infak yang pas dari setiap liter air terjual supaya tidak membebani harga pokok produksi dan mempengaruhi daya beli konsumen. Bila terlalu besar maka beban ke produsen cukup berat. Dan, boleh jadi konsumen juga merasa keberatan bila ‘dibebani’ infak yang besar lantaran dinilainya harga air yang dibelinya menjadi demikian mahal. Konsumen akan lari mencari produk lain yang lebih murah.   Infaq.jpg 

Pada prinsipnya, demikian benak Ardju Fahadaina, infak ini yang membayar adalah PT Ufia Tirta Mulia namun diikhlaskan atas nama pelanggan. “Infak ini kami biayai. Jadi masuk komponen harga pokok produksi. Tapi infak ini diikhlaskan atas nama pelanggan. Setelah saya hitung-hitung kisaran Rp20, Rp25, Rp15, dan Rp10, akhirnya ketemu Rp15 per liter air yang terjual. Nilai Rp15 itu kecil kan. Namun kata orang small is beautiful. Kendati kecil, cuma seberat biji zarrah, Allah berjanji memberikan balasan pahala berlipat-ganda (QS An Nisaa’ [4]: 40). Ternyata kalau dikalikan dengan kapasitas mata air yang kami manfaatkan 20 liter per detik terdapat jumlah 302,4 juta liter per tahun. Dan infak yang mesti dikeluarkan sekitar Rp4,5 miliar. Jadi infak yang Rp15 per liter itu akan banyak manfaat. Selain itu orang-orang yang menjadi pelanggan itu secara otomatis berinfak. Kami bekerja sama dengan Baznas untuk menyalurkan infak tersebut. Inilah yang menjadi pembeda antara produk Ufia dan produk-produk air minum dalam kemasan yang lain. Saya meyakini hal ini menjadi daya tarik marketing,” paparnya.

Membangun Pondasi Ukhuwah Islamiyah
Jelas, sebagai entitas baru di dunia bisnis air minum dalam kemasan, perjalanan bisnis Ufia yang diresmikan oleh Bupati Bogor Rahmat Yasin pada tanggal 23 April 2010 itu belum memiliki jejaring pemasaran yang andal dan memadai sampai ke pemakai akhir (konsumen).
Brand infak Rp15 per liter rupanya menjadi pintu masuk untuk membuka jejaring pasar di kalangan umat Muslim. Sewaktu grand launching Ufia di Depok Town Square (Detos), tanggal 28 Februari 2010, Ufia sekaligus menanda-tangani perjanjian kerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Perjanjian tersebut menegaskan bahwa pihak Ufia akan menyerahkan infak tiap tahun kepada Baznas. Lalu, pihak Baznas berkewajiban mencitrakan Ufia kepada masyarakat luas, khususnya masyarakat umat Islam.
Sebagai produsen air mineral syariah pertama di Indonesia, Ufia langsung menyedot perhatian media massa untuk ingin tahu lebih dalam bagaimana bisnis ini dijalankan. Beberapa media massa Ibukota –seperti Harian Warta Kota dan Suara Islam Online—telah menuliskan seputar kiprah dan warna bisnis Ufia. Juga sempat berpromosi di stasiun televisi lokal Yogyakarta. Dari sini, Ardju merasa memperoleh kekuatan untuk memperluas jejaring pasar. Dia merasa mendapatkan banyak teman baru dari media massa yang jelas bermanfaat mengenalkan produk air mineral kepada khalayak ramai.
Lewat bendera usaha yang baru ini Ardju merasa menerima sesuatu yang non-materi dari Allah SWT. Sewaktu membuka pabrik dengan dzikir dan doa yang diikuti sekitar 1.000 orang warga Desa Cinagara dan sekitarnya, Ardju bisa berkenalan lebih dekat dengan Ustadz Muhammad Arifin Ilham yang memiliki ribuan jamaah. Sebuah jejaring pasar jadi terbuka luas.
Karena brand infak Rp15 per liter itu Ardju aktif bersilaturrahim ke Nahdlatul Ulama (NU), Muhamadiyah dan Baznas. “Selain jadi dekat dengan Ketua Umum Baznas Pak Didin Hafidudin, dari Baznas saya jadi kenal mantan Direktur Utama PT Taspen Achmad Subianto, mantan Direktur Utama Bank BTN Kodradi, dan pakar ekonomi syariah Syafii Antonio. Itu harta dari Allah yang bukan dalam bentuk materi,” aku Ardju yang kini terus menggenjot pemasaran Ufia ke berbagai kalangan.
Pergaulannya terus meluas. Ardju sekarang juga cukup dekat dengan pengurus teras Dewan Masjid Indonesia (DMI). Ufia kini telah menjalin kerja sama dengan Korps Dai Dewan Masjid Indonesia (KD-DMI), DMI Provinsi DKI Jakarta, LDNU Pusat, Masjid Al Ikhlash Jatipadang (Pasar Minggu, Jakarta Selatan), LPPTKA-BKPRMI, Muhamadiyah Provinsi DKI, Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri.
Ardju menyadari sepenuhnya bahwa kini silaturrrahim dan ukhuwah Islamiyah menjadi pondasi utama marketing perusahaan air minum dalam kemasan yang telah dirintisnya sejak 2009. “Mungkin ini proses Ilahiah yang harus saya lewati. Menyadarkan dan lebih meyakinkan saya dan keluarga bahwa materi itu tidak menentukan untuk bahagia,” ujar ayah dari dua orang anak ini.    
Ukhuwah menjadi kata kunci Ardju dalam mengembangkan sayap usaha air minum dalam kemasan Ufia. Menurut Imam Hasan Al Banna, ukhuwah Islamiyah mengandung keterikatan hati dan jiwa antara satu dan yang lain yang dilandaskan akidah. Ukhuwah Islamiyah ini sangat erat hubungannya, lebih erat daripada ikatan darah.
Ukhuwah adalah nikmat Allah, pemberian Allah yang khusus diperuntukkan buat mereka yang terpilih. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran[3]: 103)
Ukhuwah seperti tali tasbih. Bila kita perhatikan tasbih yang terbuat dari butiran-butiran kecil yang disatukan dalam satu tali. Seperti itulah ukhuwah, kita disatukan pada tali agama Allah agar kita menyatu tak bercerai-berai. “Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.” (QS Az Zukhruf [43]: 67)
Bahwa ukhuwah merupakan arahan Rabbani dan memiliki makna empati. “Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya turut merasakannya.” (HR Imam Muslim)                                 
Kini, melalui Ufia, Ardju ingin berinvestasi dunia-akhirat. Bilamana sekarang Ufia belum memberikan hasil duniawi yang menggembirakan maka Ardju berharap hasil yang lebih berkah dan nikmat ukhrawi yang menenteramkan hati.
“Insya Allah, dengan meminum air Ufia, Anda akan mendapatkan kenikmatan berupa kesegaran, kesehatan dan keberkahan hidup serta memperoleh kenikmatan akhirat berupa pahala,” pesan Ketua Umum Baznas Prof. Dr. Didin Hafidhuddin dalam satu kesempatan. ***


No comments:

Post a Comment