Foto NTV/Richard Susilo
Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang, Norihisa Tamura jumpa pers, Jumat (6/6/2014).
Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang, Norihisa Tamura, Jumat (6/6/2014) malam kepada pers mengungkapkan akan meningkatkan perputaran uang pensiun Jepang yang berjumlah 129 triliun yen agar pertumbuhannya semakin cepat dan semakin banyak. Dalam rangka membantu kesejahteraan kalangan usia lanjut di Jepang dan kesejahteraan masyarakat Jepang umumnya.
"Penggunaan uang dari pajak saja tidak cukup. Oleh karena itu perlu
digali dan dikembangkan lebih lanjut penggunaan dana pensiun tersebut
agar perputaran investasi lebih baik lagi di masa mendatang khususnya
oleh GPIF (Government Pension Investment Fund) mulai tahun depan," papar
Tamura.
GPIF nantinya diperkirakan akan menjadi motor bagi kesejahteraan rakyat Jepang. Oleh karena itu akan dikelola secara profesional seperti perusahaan (BUMN) yang akan sangat menguntungkan. Antara lain dengan investasi di bidang saham, ikut serta dalam perdagangan saham, baik di dalam maupun di luar Jepang. Dari total dana tersebut, sebanyak 12 persen akan diputarkan di pasar modal.
Uang dana pensiun inilah yang selama ini diincar pihak finansial Amerika Serikat dengan menawarkan bunga bank yang lebih tinggi dari pada di Jepang, yang bunga banknya saat ini hanya sekitar 0,1 persen per tahun. Dana pensiun ratusan triliun yen ini memang sudah diincar sejak puluhan tahun lalu oleh Amerika dan baru bisa bergerak sedikit pada masa pemerintahan PM Junichiro Koizumo yang melakukan reformasi di perposan Jepang, khususnya dana pensiun di pos Jepang. Hal inilah yang memungkinkan sedikit dana pensiun Jepang diinvestasikan ke lembaga finansial Amerika.
Investasi dari perdagangan saham yang menguntungkan besar, tetapi beresiko rendah, aman dan efektif, menjadi filosofi mendasar GPIF nantinya.
Pelipatgandaan uang pensiun tersebut akan dipercepat karena pertumbuhan lansia Jepang juga sangat cepat akhir-akhir ini, sementara anak muda semakin sedikit dan jumlah anak lahir juga semakin sedikit di Jepang.
Meskipun demikian satu kali tahun 2006 (saat dipimpin PM Shinzo Abe), Jepang mengalami kasus ketidakpercayaan nasional karena uang pensiun pemerintah Jepang pernah disalahgunakan oleh pejabat tinggi yang mengelola dana pensiun saat itu.
Tanda terima pembayaran masyarakat ternyata aspal (asli tapi palsu) yang dilakukan oknum pejabat dana pensiunan Jepang saat itu, sehingga sampai kini kepercayaan masyarakat Jepang terhadap pengelolaan dana pensiun pemerintah Jepang, masih belum pulih sepenuhnya. (www.tribunnews.com)
GPIF nantinya diperkirakan akan menjadi motor bagi kesejahteraan rakyat Jepang. Oleh karena itu akan dikelola secara profesional seperti perusahaan (BUMN) yang akan sangat menguntungkan. Antara lain dengan investasi di bidang saham, ikut serta dalam perdagangan saham, baik di dalam maupun di luar Jepang. Dari total dana tersebut, sebanyak 12 persen akan diputarkan di pasar modal.
Uang dana pensiun inilah yang selama ini diincar pihak finansial Amerika Serikat dengan menawarkan bunga bank yang lebih tinggi dari pada di Jepang, yang bunga banknya saat ini hanya sekitar 0,1 persen per tahun. Dana pensiun ratusan triliun yen ini memang sudah diincar sejak puluhan tahun lalu oleh Amerika dan baru bisa bergerak sedikit pada masa pemerintahan PM Junichiro Koizumo yang melakukan reformasi di perposan Jepang, khususnya dana pensiun di pos Jepang. Hal inilah yang memungkinkan sedikit dana pensiun Jepang diinvestasikan ke lembaga finansial Amerika.
Investasi dari perdagangan saham yang menguntungkan besar, tetapi beresiko rendah, aman dan efektif, menjadi filosofi mendasar GPIF nantinya.
Pelipatgandaan uang pensiun tersebut akan dipercepat karena pertumbuhan lansia Jepang juga sangat cepat akhir-akhir ini, sementara anak muda semakin sedikit dan jumlah anak lahir juga semakin sedikit di Jepang.
Meskipun demikian satu kali tahun 2006 (saat dipimpin PM Shinzo Abe), Jepang mengalami kasus ketidakpercayaan nasional karena uang pensiun pemerintah Jepang pernah disalahgunakan oleh pejabat tinggi yang mengelola dana pensiun saat itu.
Tanda terima pembayaran masyarakat ternyata aspal (asli tapi palsu) yang dilakukan oknum pejabat dana pensiunan Jepang saat itu, sehingga sampai kini kepercayaan masyarakat Jepang terhadap pengelolaan dana pensiun pemerintah Jepang, masih belum pulih sepenuhnya. (www.tribunnews.com)
No comments:
Post a Comment