Friday, March 22, 2013

Proses Komunikasi





Dalam perkembangannya saat ini komunikasi sangat dibutuhkan untuk berperan-serta dalam memajukan masyarakat, di mana seorang komunikator harus lebih cakap dalam mengkomunikasikan pesan, gagasan atau ide dari buah pikiran yang ingin disampaikan.
Di dalam proses komunikasi memerlukan setidak-tidaknya dua orang yang berpartisipasi dalam suatu hubungan tukar informasi melalui seperangkat isyarat yang mengandung informasi. Dalam proses komunikasi tersebut terdapat komponen-komponen atau unsur-unsur yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi.
Komponen-komponen tersebut mencakup: Komunikator, adalah orang yang menyampaikan pesan kepada orang lain; Pesan, adalah pernyataan yang didukung oleh lambang-lambang yang memiliki makna dan arti tertentu; Media atau sarana, adalah alat yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan agar dapat sampai kepada komunikan; Komunikan, adalah orang yang menerima pesan; dan Efek. adalah dampak atau pengaruh dari pesan.
Proses komunikasi dengan komponen tersebut tergantung kepada teknik berkomunikasi yang baik, di mana teknik berkomuniasi adalah cara atau seni penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sehingga menimbulkan dampak tertentu terhadap komunikan. Pesan yang disampaikan kepada komunikator adalah pernyataan sebagai paduan dari pikiran, perasaan yang dapat berupa ide, informasi, seruan, imbauan, anjuran, dan sebagainya. Pernyataan tersebut dibawakan melalui lambang. Pada umumnya lambang yang dipergunakan dalam proses komunikasi adalah bahasa. Sebab, bahasa dapat menimbulkan pernyataan seseorang mengenai hal-hal kongkrit dan juga yang abstrak, baik yang terjadi pada saat sekarang, yang lalu maupun masa yang akan datang. Yang penting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. 
Secara sederhana, sebuah proses komunikasi berangkat dan berjalan dengan komponen dasar: pengirim pesan, penerima pesan dan pesan. Proses komunikasi  dapat dilihat pada skema di bawah ini : 












Gangguan
 

Gangguan
 






Pengirim Pesan
 

Penerima Pesan
 
 





                                                                                                       








 




 



                             Diagram 1 : Proses Komunikasi

Dari diagram di atas, dapatlah dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
·         Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Sedangkan pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan.  Pesan dapat verbal atau non-verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Kemudian materi pesan dapat berupa: Informasi, Ajakan, Rencana kerja, Pertanyaan dan sebagainya
·         Simbol/isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Seorang manajer, misalkan, biasanya menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata dan gerakan anggota badan (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan  penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap/perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
·         Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan, berupa antara lain TV, radio, surat kabar, papan pengumuman, dan telepon. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan  yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, dan situasi.
·         Mengartikan kode/isyarat
Setelah  pesan diterima  melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka  si penerima pesan harus dapat mengartikan simbol/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti/dipahaminya.
·         Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan  dari si pengirim  meskipun dalam bentuk kode/isyarat tanpa mengurangi arti pesan  yang dimaksud oleh pengirim
·         Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal ataupun non-verbal. Tanpa balikan, seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap si penerima pesan. Hal ini penting  bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan yang sudah dikirimkan dapat diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung  yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak.
Balikan yang diberikan oleh orang lain  didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku ataupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi dan saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan di antara komunikator dan komunikan. Balikan dapat pula memperjelas persepsi.
·         Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi namun mempunyai pengaruh dalam  proses komunikasi. Sebab, pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah  hal yang  merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan  yang diterimanya.
Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi antar-manusia secara umum. Proses komunikasi diawali oleh sumber (source), baik individu ataupun kelompok, yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:
Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation. Yaitu, penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan.  Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.
Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding. Yaitu, sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kata, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku non-verbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.
Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar atau melalui suatu tindakan tertentu.  Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan.  Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon.  Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis atau sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti televisi, kaset, video atau OHP (overhead projector). Sumber berusaha untuk membebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima sebagaimana yang dikehendaki.
Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan.  Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik. Karena jika penerima tidak mendengar, maka pesan tersebut akan hilang.  Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.  Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding dan  hanya terjadi dalam pikiran penerima.  Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respon terhadap pesan tersebut.
Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Respon atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.
Pada kehidupan sehari-hari, proses komunikasi dapat dilihat dalam beberapa perspektif. Di antaranya:
A. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis
Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Di muka telah ditegaskan bahwa pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, yakni isi pesan dan lambang. Isi pesan umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa. Walter Lippman menyebut isi pesan itu picture in our head, sedangkan Walter Hagemann menamakannya das Bewustseininhalte. Proses "mengemas" atau "membungkus" pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding berupa pesan itu selanjutnya ia transmisikan, operkan atau kirimkan kepada komunikan.
Kemudian giliran komunikan terlibat dalam proses komunikasi intrapersonal. Proses dalam diri komunikan ini disebut decoding, seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang ia terima dari komunikator tadi. Isi bungkusan tadi adalah pikiran komunikator. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi dapat terjadi. Sebaliknya, bilamana komunikan tidak mengerti, maka komunikasi pun macet.

B. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis
Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau "melemparkan" dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator oleh komunikan itu dapat dilakukan dengan indera telinga, indera mata, atau indera-indera lainnya. Proses komunikasi dalam perspektif ini kompleks atau rumit, sebab bersifat situasional, bergantung pada situasi tatkala komunikasi itu berlangsung. Adakalanya komunikan hanya seorang, maka komunikasi dalam situasi seperti itu dinamakan komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. Kadang-kadang juga komunikan berupa sekelompok orang; komunikasi dalam situasi seperti itu disebut komunikasi kelompok. Acapkali pula komunikannya tersebar dalam jumlah yang relatif amat banyak sehingga untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, maka komunikasi dalam situasi seperti itu dinamakan komunikasi massa.
Oleh karena jenis-jenis komunikasi yang termasuk komunikasi dalam perspektif mekanistis ini cukup banyak, seringkali menimbulkan permasalahan. Untuk lebih jelasnya proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat diklasifikasikan menjadi proses komunikasi secara primer dan secara sekunder.
a.    Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer (primary process) adalah proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media atau saluran. Lambang ini umumnya bahasa. Dalam situasi-situasi komunikasi tertentu, lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial (gesture), yakni gerak anggota tubuh, gambar, warna, dan lain sebagainya.
Dalam komunikasi, bahasa disebut lambang verbal (verbal symbol), sedangkan lambang-lambang lainnya yang bukan bahasa dinamakan lambang nirverbal (non-verbal symbol).
Lambang verbal. Dalam proses komunikasi, bahasa sebagai lambang verbal paling banyak dan paling sering digunakan. Karena, hanya bahasa yang mampu mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang kongkret maupun yang abstrak, yang terjadi masa kini, masa lalu dan masa yang akan datang. Kita dapat menelaah pikiran Scorates dan Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum Masehi, dari buku-buku berkat kemampuan bahasa. Hanya dengan bahasa pula kita dapat mengungkapkan rencana kita untuk minggu depan, bulan depan, atau tahun depan, yang tidak mungkin dapat dijelaskan dengan lambang-lambang yang lain.
Bagaimana pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia dipaparkan oleh Kong Hu Chu tatkala ia ditanya orang, apa yang pertama-tama akan dilakukan manakala diberi kesempatan mengurus negara. Kong Hu Chu menegaskan bahwa yang pertama-tama akan ia lakukan adalah membina bahasa, sebab apabila bahasa tidak tepat, apa yang dikatakan bukan yang dimaksudkan. Jika yang dikatakan bukan yang dimaksudkan, maka yang mestinya dikerjakan, tidak dilakukan. Jikalau yang harus dilakukan terus-menerus tidak dilaksanakan, maka seni dan moral menjadi mundur. Bila seni dan moral mundur, maka keadilan menjadi kabur, dan akibatnya rakyat menjadi bingung, kehilangan pegangan. Demikian Kong Hu Chu.
Lambang nirverbal. Sebagaimana telah disinggung di muka lambang nirverbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi, yang bukan bahasa, misalnya kial, isyarat dengan anggota tubuh, antara lain kepala, mata, bibir, tangan, dan jari.
Body communication atau non-verbal communication dalam bentuk gerak-gerik seperti disebutkan tadi telah banyak diteliti oleh para ahli. Ternyata banyak sekali gerakan yang sama mengandung arti yang berlainan, di antara bangsa yang satu dan bangsa yang lain. Sekadar contoh, orang Toda di India Selatan (sebagai tanda hormat) menekankan ibu jarinya pada batang hidungnya, lalu melambaikan keempat jari lainnya ke depan. Gerakan seperti itu bagi bangsa lain --termasuk bangsa Indonesia-- lain sekali artinya, yakni mengejek atau memperolok-olok.
Termasuk komunikasi non-verbal ialah isyarat dengan menggunakan alat. Siapa yang tidak mengenal bedug sebagai alat komunikasi yang dipergunakan oleh kaum muslimin di Indonesia, bendera oleh para kelasi, atau asap oleh orang Indian, dan sebagainya.
Pada zaman modern seperti sekarang ini, alat untuk berkomunikasi dengan isyarat bersifat modern pula. Seorang pengendara mobil yang akan belok tidak perlu menjulurkan tangannya, cukup dengan menjawel sakelar lampu sign-nya. Dengan berkedip-kedipnya lampu merah di depan dan di belakang mobilnya, orang tahu bahwa ia akan berbelok. Demikian pula polisi lalu-lintas tidak perlu lagi berdiri di bawah terik matahari tepat di perempatan jalan. Dengan menggunakan lampu pengatur lalu-lintas dengan warna merah, kuning, dan hijau, para pemakai jalan mengetahui kapan ia harus berhenti, kapan harus bersiap-siap, dan kapan boleh berjalan lagi.
Gambar adalah lambang lain yang dipergunakan dalam berkomunikasi nirverbal. Gambar dapat dipergunakan untuk menyatakan suatu pikiran atau perasaan. Dalam hal tertentu gambar bisa lebih efektif ketimbang bahasa. Tidak mengherankan, ada motto Tionghoa yang menyatakan bahwa gambar bisa memberi informasi yang sama dengan kalau diuraikan dengan seribu perkataan.
Lambang gambar dalam proses komunikasi mengalami perkembangan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat dan kemajuan teknologi. Jika dulu gambar itu ditulis, kemudian dicetak, maka kini dengan kamera foto bisa dipotret, bahkan dengan kamera film atau kamera video dapat diatur menjadi gambar hidup. Pada akhirnya, apabila gambar itu merupakan lambang untuk proses komunikasi secara primer, menjadi lambang untuk proses komunikasi secara sekunder.
b.    Proses Komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Komunikator menggunakan media kedua ini karena komunikan yang dijadikan sasaran komunikasinya jauh tempatnya, banyak jumlahnya atau kedua-duanya (jauh dan banyak). Kalau komunikan jarak jauh, dipergunakanlah surat atau telepon; jika jumlahnya banyak maka dipakailah perangkat pengeras suara; apabila jauh dan banyak maka dipergunakan surat kabar, radio atau televisi.
Komunikasi dalam proses secara sekunder ini semakin lama semakin efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang pula oleh teknologi-teknologi lain yang bukan teknologi komunikasi.
Surat, misalnya, sebagai media komunikasi sekunder yang pada mulanya terbatas sekali jangkauan sasarannya, dengan dukungan pesawat terbang jet, dapat mencapai komunikan di mana saja di seluruh dunia. Demikian pula media telepon, bila pada waktu ditemukan menggunakan kawat yang oleh sebab itu terbatas sekali wilayah jangkauannya, kini dengan radio, telepon dapat mencapai sasaran di kota lain, negara lain, dan bahkan benua lain.
Televisi siaran dewasa ini yang dipadu dengan komputer menjadi semakin mempesona, baik dalam segi visual maupun audial, selain jangkauannya semakin jauh dan luas berkat inovasi satelit komunikasi.
c.    Proses komunikasi secara linear
Istilah linear mengandung makna lurus. Jadi proses linear berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus. Dalam konteks komunikasi, proses secara linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
Komunikasi linear ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka (face-to-face communication) maupun dalam situasi komunikasi bermedia (mediated communication).
Komunikasi tatap muka, baik komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) maupun komunikasi kelompok (group communication), meskipun memungkinkan terjadinya dialog, tetapi adakalanya berlangsung linear. Contoh untuk ini, seorang ayah yang sedang memberikan nasihat kepada anaknya pada waktu si anak diam seribu bahasa, direktur perusahaan yang sedang memarahi anak buahnya, atau jaksa sedang membacakan tuduhan terhadap terdakwa di gedung pengadilan.
Proses komunikasi secara linear umumnya berlangsung pada komunikasi bermedia, kecuali komunikasi melalui media telepon. Komunikasi melalui telepon hampir tidak pernah berlangsung linear, melainkan dialogis, tanya-jawab dalam bentuk percakapan.
Oleh karena komunikasi bermedia, khususnya media massa, yakni surat kabar, radio siaran, televisi siaran, dan film teatrikal, bersifat linear, maka para komunikator media massa (seperti wartawan, penyiar radio, reporter televisi, dan sutradara film) menunjukkan perhatiannya yang sangat besar terhadap masalah ini. Dengan perencanaan komunikasi (communication planning) yang saksama, mereka berupaya agar pesan-pesan komunikasinya kepada khalayak sebagai komunikannya diterima secara inderawi (received) dan diterima secara rohani (accepted) dalam sekali penyiaran. Hal ini disebabkan para komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan-pesan komunikasi yang diterimanya itu.
d.    Proses komunikasi secara sirkular
Sirkular sebagai terjemahan dari perkataan "circular" yang secara harfiah berarti bulat, bundar atau keliling sebagai lawan dari perkataan linear tadi yang bermakna lurus.
Dalam konteks komunikasi, yang dimaksudkan dengan proses secara sirkular itu adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Oleh karena itu adakalanya feedback tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah "response" atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang ia terima dari komunikator.
Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting. Karena, dengan terjadinya umpan balik, komunikator mengetahui apakah komunikasinya itu berhasil atau gagal. Dengan lain perkataan apakah umpan baliknya itu positif atau negatif. Bila positif maka ia patut gembira. Sebaliknya, jika negatif maka menjadi permasalahan, sehingga ia harus mengulangi lagi dengan perbaikan gaya komunikasinya sampai menimbulkan umpan balik positif.
Dalam situasi komunikasi tatap muka, komunikator akan mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia sedang melontarkan pesannya. Umpan balik jenis ini dinamakan immediate feedback (umpan balik seketika atau umpan balik langsung).
Jika Anda sedang berpidato, yakni berkomunikasi tatap muka, di saat itu pula Anda mengetahui tanggapan komunikan Anda terhadap gaya pidato Anda dan pesan yang Anda bahas. Apabila hadirin asyik mendengarkan, dan sekali-sekali ada yang mengajukan pertanyaan, bertepuk tangan atau tertawa di saat ada yang mengesankan, itu pertanda umpan balik tersebut positif. Sebaliknya, di saat Anda sedang berpidato, hadirin asyik mengobrol atau di antaranya tidak sedikit yang tertidur, itu pertanda umpan balik negatif.

No comments:

Post a Comment