Sunday, May 4, 2014

Kesetiaan Istri


Diriwayatkan bahwa seorang dari Bani Uzrah mengeluhkan perbuatan Marwan bin al-Hakam Gubernur Madinah pada Amirul Mukminin Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Karena dia ingin memisahkan dirinya dan istrinya, juga tersebab dia jatuh miskin, dan Marwan ingin menikahinya lantaran istrinya amat cantik. Lalu Amirul Mukminin menyuruh menghadirkan istrinya. Ketika wanita itu berada di hadapannya, kecantikannya juga memukau Amirul Mukminin dan dia ingin juga memperistrinya. Lalu Amirul Mukminin berkata kepada suaminya, "Kami memilihnya untuk menjadi istri kami." Laki-laki itu menjawab, "Itu keputusanmu, wahai Amirul Mukminin." Lalu Mu'awiyah menuju wanita itu dan berkata, "Wahai Su'da, mana yang lebih kau sukai, Amirul Mukminin dengan kemuliaan, keagungan dan istana-istananya atau Marwan bin al-Hakam dalam rampasan dan permusuhannya, atau laki-laki Arab dalam kelaparan dan kesusahannya?" Lalu wanita itu menunjuk pada suaminya, dan berkata:
Orang ini meskipun lapar dan susah
Lebih mulia bagiku dari keluarga dan tetanggaku
Juga dari pemilik mahkota atau Marwan, gubernurnya
Dan semua pemilik dirham juga dinar
Kemudian wanita itu berkata, "Wahai Amirul Mukminin, demi Allah, aku tidak bisa mempermalukannya. Aku telah hidup tenang bersamanya dan aku lebih pantas untuk bersabar bersamanya dalam suka dan duka, susah dan senang, sehat dan sakit dan atas rezeki yang telah Allah tetapkan baginya." Mu'awiyah kagum pada kecerdasan dan kepribadian wanita itu, lalu dia memerintahkan untuk memberinya 10.000 dirham dan mencantumkan namanya dalam daftar orang yang berhak mendapat sedekah.

Dia Mengadukan Suami yang Menceraikannya
Seorang wanita datang menemui Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a. untuk mengeluhkan suami yang menceraikannya dan ingin mengambil anaknya dari sisinya. Dia berkata:
Wahai hamba-hamba Allah, berilah jalan
Aku akan memberi tahu sesuatu pada Amirul Mukminin
Hamil itu satu tahun dan menyusui itu dua tahun
Kemudian dia berkata, "Anakku ini pernah berada di perutku, pahaku menjadi tempatnya berbaring, tetekku menjadi tempat minumnya, lalu ketika dia telah berguna dan bermanfaat, ayahnya ingin mengambilnya dariku." Kemudian Umar r.a. melihat anak itu, yang ternyata telah tumbuh menjadi seorang pemuda, lalu Umar r.a. memberinya pilihan, mau tinggal bersama ibunya atau ayahnya.[1]

Ummu Aban binti Utbah dan Orang-orang yang Melamarnya
Umar bin Khattab melamar Ummu Aban binti Utbah bin Rabi'ah setelah suaminya, Yazid bin Abu Sufyan, wafat. Lalu Ummu Aban berkata, "Yang masuk hanyalah orang yang bermuka masam dan yang keluar juga yang bermuka masam, pintu-pintunya tertutup dan kebaikannya kurang."
Kemudian al-Zubair bin al-Awwam melamarnya, dia mengucap, "Dia ditunjukkan pada tanduk-tandukku dan dia menunjukkan pada kejatuhan."
Selanjutnya Ali bin Abi Thalib melamarnya, dia berujar, "Tidak ada wanita yang mendapat keuntungan darinya kecuali dia akan duduk di antara empat istrinya yang hanya memperoleh sesuatu darinya."
Kemudian Thalhah juga melamarnya, dia menerima. Thalhah pun menikahinya. Ali bin Abi Thalib datang menemuinya dan berkata, "Kau telah menolak orang yang melamarmu dan kau menikahi anak binti al-Hadhrami!" Ummu Aban berkata, "Ini sudah takdir." Ali berkata, "Kau telah menikahi laki-laki yang paling tampan di antara kami, yang paling pemurah dan paling baik pada keluarganya."


[1]Ibnu Abi Dunya, Makârim al-Akhlaq  (236).

No comments:

Post a Comment