Ilustrasi/Foto: Istimewa
Direktur Utama Askrida Ai Sobaryadi mengatakan kondisi bisnis memang sedang tidak terlalu baik. Hal ini karena melambatnya penyaluran kredit perbankan rupanya berdampak bisnis perseroan.
"Dampaknya tren pelepasan kredit oleh perbankan daerah melambat. Tapi kami yakin, kondisi di semester kedua akan lebih baik,” ujar Ai saat ditemui di Jakarta, Rabu (2/7/2014).
Dia mengatakan sekitar 60% dari aktivitas usaha Askrida mengandalkan asuransi kredit yang memang bisnis inti perseroan. Namun jika dilihat dari pertumbuhan year on year, premi perseroan masih tetap tumbuh sekitar 5%. Begitu pula dengan laba (periode berjalan) yang tercatat tumbuh sekitar 5% menjadi Rp67 miliar.
Perseroan membukukan premi bruto sebesar Rp1,082 triliun di 2013 lalu. Angka itu tercatat tumbuh 25%. Perseroan menargetkan pertumbuhan premi bruto sebanyak 80% tahun ini. Sedangkan proyeksi laba ditargetkan dapat mencapai Rp180 miliar di tahun ini. Ini berarti ada pertumbuhan dari laba tahun lalu yang mencapai Rp153 miliar.
Sebelumnya PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menetapkan peringkat kesehatan perseroan pada level idA+ dengan prospek stabil. Peringkat yang berlaku dari 10 April 2014 hingga 1 April 2015 itu mencerminkan sinergi perusahaan yang kuat dengan para pemegang saham, permodalan yang baik, dan kinerja operasional yang kuat. Namun, peringkat tersebut dibatasi oleh ketatnya persaingan di sektor bukan bank pembangunan daerah (non-BPD).
Askrida dimiliki secara bersama-sama oleh BPD, termasuk beberapa dana pensiun dari BPD, sekitar 59,54% dan pemerintah provinsi di seluruh Indonesia 40,46%.
Pendirian Askrida bertujuan untuk mendukung perkembangan industri asuransi di tingkat nasional dan daerah. Askrida menawarkan berbagai macam produk asuransi, seperti kebakaran, gempa bumi, kendaraan bermotor, asuransi kredit, kecelakaan diri, kargo, konstruksi, rangka kapal, penjaminan, tanggung gugat, dan lain-lain. (ekbis.sindonews.com)
No comments:
Post a Comment