Friday, May 9, 2014

Engkau Merdeka


Seorang jariyah datang menemui al-Husain bin Ali dengan membawa seikat raihan (tumbuhan yang wangi), lalu al-Husain berkata kepada jariyah itu, "Demi Allah, engkau bebas." Anas berkata kepada al-Husain, "Dia memberi salam dengan seikat raihan yang tidak berharga, lalu kau membebaskannya?" al-Husain menjawab, "Demikianlah Allah SWT mendidik kami." Lalu dia berkata:
"Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)." (QS An-Nisâ [4]: 86).

Wanita yang Cerdas
Syu'aib bin Harb ingin menikahi seorang wanita. Dia mengaku kepada wanita itu, "Aku ini berakhlak buruk." Lalu wanita itu menjawab, "Orang yang lebih buruk akhlaknya daripada kamu adalah orang yang membuatku menjadi orang yang buruk akhlaknya."

Ibu dan Anaknya
Muhamad bin al-Munkadir berbuat baik pada ibunya. Ja'far bin Sulaiman berkata bahwa Muhamad al-Munkadir meletakkan pipinya di tanah lalu mengucap kepada ibunya, "Bangkitlah, lalu letakkan kakimu di atas pipiku."[1]
Dari Abu Sanan dari Said bin Jubair, dia berkata, "Seekor kalajengking menggigitku lalu ibuku bersumpah akan meruqyahku. Lalu aku berikan tanganku yang tidak digigit pada tukang ruqyah dan aku tidak mau mengecewakannya."

Taubatnya Jariyah Hisyam bin Abdul Malik
Dari ayahnya, Muhamad bin Abdulrahman al-Hasyimi menceritakan bahwa disebutkan pada Hisyam bin Abdul Malik[2] seorang pengasuh wanita tua di Kufah yang memiliki kecantikan yang elok dan mempesona, dia membaca Kitab Allah SWT, meriwayatkan syair dengan kecerdasan dan kefasihan bahasa. Lalu Hisyam memerintahkan (secara tertulis) kepada wali Kufah agar membeli jariyah itu untuknya dan segera membawa ke hadapannya. Hisyam menghabiskan waktu bersamanya dan membawanya ke istana bersama dayang-dayang dan memberinya berbagai macam pakaian, perhiasan dan permadani.
Pada suatu hari, di saat dia sedang berduaan dengan jariyah itu di teras yang disiapkan dengan permadani dan wangi-wangian, mereka menyebut berita-berita yang lucu dan atsar-atsar yang indah, dia semakin gembira, tiba-tiba ada suara orang berteriak. Hisyam segera menengok, ternyata jenazah bersama satu rombongan lewat. Di belakang jenazah itu para wanita berteriak dan meratap, di antara mereka ada yang berkata, "Demi ayahku yang dibawa di atas keranda, yang berangkat ke tempat orang-orang mati, yang sendirian dalam kuburannya, yang terasing dalam lahadnya. Wahai orang yang diangkut, apakah kau termasuk orang yang menyeru rombongannya, Segerakan aku atau kau termasuk yang berseru, Kembalikan aku. Ke mana kalian akan membawaku?"  
Kedua mata Hisyam mengeluarkan air mata, lalu dia berpaling dari kelezatannya dan berkata, "Cukuplah kematian itu memberi nasehat." Lalu jariyahnya berkata, "Wanita yang meratap itu telah memutus gantungan hatiku." Kemudian Hisyam berkata, "Perkara ini serius." Dia memanggil pelayan, lalu turun dari singgasananya dan pergi. Sementara itu jariyahnya mengantuk, lantas datang seseorang dalam mimpinya. Orang itu berkata, "Kau terfitnah dengan kecantikanmu, terpedaya dengan kegemulaianmu, bagaimana kau ketika sangkakala ditiup, kubur dibangkitkan, lalu mereka keluar ke tempat dikumpulkan dan mereka akan dibalas dengan amal yang telah mereka kerjakan?"
Jariyah itu terbangun dalam keadaan menggigil ketakutan, kecantikannya hilang, dia  lalu memanggil dayang-dayangnya. Dia meminta air, lalu mandi. Kemudian dia lemparkan pakaian dan perhiasannya lantas dia memakai pakaian dari bulu domba dan bergabung ke majlis Hisyam. Ketika Hisyam melihatnya, dia mengingkarinya, lalu dia berseru, "Aku budak perempuanmu, pemberi peringatan telah datang kepadaku, ancamannya mengetuk telingaku. Kau telah memenuhi hajatmu dan aku datang kepadamu agar kau membebaskanku dari perbudakan dunia." Lalu Hisyam bertutur, "Keduanya ada di antara dua kegembiraan dan kau dalam kegembiraanmu! Pergilah, kau bebas merdeka karena Allah SWT." Kemudian Hisyam bertanya, "Kau mau ke mana?" Jariyah itu menjawab, "Aku mau ke Baitullah." Hisyam berujar, "Pergilah, tidak ada yang akan menghalangimu."
Lalu jariyah itu keluar dari istana dalam keadaan zuhud dari dunia, mengharap akhirat, berjalan sampai tiba di Makkah dan tinggal menetap di sana dengan berpuasa. Dia mencari makan dengan menenun dan jika malam tiba, dia melakukan thawaf, kemudian masuk ke Hijr Ismail dan berdoa, "Wahai modal dan bekalku, jangan putus harapanku, sampaikan aku pada keinginanku, baguskanlah tempat kembaliku dan lipat gandakan pemberianku." Dia terus berijtihad sampai warnanya berubah dan panjangnya shalat telah mengubah badannya, banyak menangis telah mengubah matanya dan alat tenun telah mengubah jari-jarinya, sampai dia wafat dia seperti itu. Rahimahallah. [3]


[1]Al-Hilyah (3/150), Ibnu Abi Dunya, Makârim al-Akhlaq  (230) dan Shifat al-Shafwah (2/143).
[2]Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan, seorang raja dari Daulah Umawiyyah di Syam. Lahir di Damaskus tahun 71 H  dan dibai'at setelah kematian saudaranya, Yazid, pada tahun 105 H. Dia seorang politikus ulung, melakukan pekerjaannya sendiri dan mengumpulkan harta dalam perbendaharaannya yang belum pernah dikumpulkan oleh raja-raja Bani Umayyah. Dia wafat tahun 125 H. lihat : al-A'lam (8/86), Târikh al-Thabari (8/283), Ibnu al-Atsir, al-Kâmil (5/96) dan al-Dzahabi, Târikh al-Islâm (5/170-172). 
[3]Ibnu Qudamah, Al-Tawwaabûn, hlm. 62.

No comments:

Post a Comment