Jozef Darmawan Angkasa, Presiden Direktur  PT Asuransi Mitra Maparya Tbk
Jozef Darmawan Angkasa, Presiden Direktur PT Asuransi Mitra Maparya Tbk (sumber: Istimewa)
Apa yang sesungguhnya paling berpengaruh terhadap pengembangan sebuah perusahaan? Jawaban utamanya adalah sumber daya manusia (SDM). Sayangnya, faktor tersebut kerap diabaikan banyak pimpinan, pengelola, atau pemilik perusahaan. Sedikit sekali di antara mereka yang peduli, bahkan mungkin memiliki prespektif kuat terhadap pola pengelolaan SDM.
Melupakan pengelolaan SDM yang tepat bukan hanya terjadi di perusahaan kecil, tapi juga di perusahaan besar. Tak pelak lagi, tanpa disadari, SDM kompeten yang mereka miliki terkadang hilang begitu saja.
Inilah yang menjadi perhatian khusus Jozef Darmawan Angkasa dalam mengembangkan perusahaan yang dinakhodainya, PT Asuransi Mitra Maparya Tbk. “Agar perusahaan ini tumbuh dan berkembang, kami menitikberatkan pengembangan SDM, selain teknologi,” kata pria kelahiran Jakarta, 20 Maret 1968 itu.
Untuk mengetahui pemikiran dan pandangan Jozef Darmawan Angkasa dalam mengelola emiten asuransi kerugian yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham ASMI itu, berikut wawancara dengan ayah tiga anak tersebut di Jakarta, baru-baru ini. Berikut petikan lengkapnya.
Alasan Anda terjun ke bidang asuransi?
Saya awalnya bukan di asuransi. Saya baru dalam industri ini, new kids on the block. Saya lama di PT Kalbe Farma Tbk, memulainya dari bawah. Sekarang pun saya masih komisaris Kalbe Farma. Saya masuk ke asuransi dimulai dari komisaris wakil pengembangan saham. Karena direksi mengundurkan diri, saya masuk. Persisnya saya memimpin perusahaan ini sejak 2011, masih baru. Tapi menjadi komisaris sejak 2009.
Bisa Anda jelaskan profil Asuransi Mitra?
Asuransi Mitra Maparya adalah perusahaan asuransi kerugian swasta nasional yang merupakan bagian dari Kalbe Group. Awalnya, perusahaan ini bernama PT Asuransi Patriot yang didirikan pada 1956. Pada 1991, perusahaan diakuisisi Kalbe Group dan berganti nama menjadi PT Asuransi Mitra Maparya atau lebih dikenal dengan sebutan Asuransi Mitra.
Produk-produk Asuransi Mitra sangat beragam, seperti produk asuransi kendaraan bermotor, kebakaran, pengangkutan, rekayasa, kecelakaan diri, tanggung gugat, dan produk lainnya, termasuk asuransi kesehatan dan surety bond.
Kami baru punya 18 kantor di seluruh Indonesia. Jadi, untuk go retail belum bisa. Tahun lalugross premi cuma Rp 300 miliar, aset baru Rp 400 miliar. Berarti kami butuh feeder.
Kami bersyukur awal tahun ini Asuransi Mitra bisa melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham. Kami berubah dari perusahaan tertutup menjadi terbuka. Pasca-IPO, pemegang saham berubah lagi, sekarang pemegang saham pengendalinya PT Kresna Graha Sekurindo Tbk (berdasarkan data terakhir BEI, pemegang saham Asuransi Mitra adalah PT Mega Inti Supra 55,93 persen, PT Kresna Graha Sekurindo Tbk 12,39 persen, Citibank Singapore S/A BK Julius Baer CO LTD-Client A/C 9,36 persen, PT Kresna Graha Sekurindo Tbk S/A Nexus Alpha Capital Management 5,64 persen, dan publik 16,68 persen).
Dengan perubahan tersebut, tentunya secara internal kami harus memperbaiki sistem. SDM juga ditingkatkan. Apalagi kami akan menambah kantor. Karyawan kami 220 orang. Untuk penambahan karyawan tergantung kebutuhan.
Perasaan Anda saat pertama kali memimpin Asuransi Mitra?
Untuk prinsip kepemimpinan, mengelola perusahaan itu sama. Cuma, perbedaannya, dulu waktu berjualan Extra Joss, harga pokoknya ketahuan, termasuk bahan bakunya. Kalau dolar AS naik, kami bisa naik. Sekarang harga pokoknya kan klaim. Klaim tidak bisa diketahui dan tidak bisa diprediksi. Saya hanya bisa berdoa jangan terjadi klaim. Hal lain yang sangat penting adalah loyalitas customer. Itu yang perlu saya adaptasikan.
Gaya kepemimpinan Anda seperti apa?
Leadership saya lebih mengajak anak buah. Ayo dayung sama-sama. Cara mencapainya bersama-sama dan melakukannya secara bersama-sama pula.
Terobosan yang sudah Anda lakukan?
Mungkin lebih ke misi go public. Tidak sekadar go public, tapi menjadikan perusahaan kosong punya kerangka dan bobot.
Saya lebih menekankan pengembangan SDM, selain TI, karena itu hal terpenting dalam bisnis ini. Agar perusahaan ini menjadi besar, kualitas SDM-nya harus ditingkatkan, TI-nya pun terus di-update.
Selain itu, kami perlu menambah kantor. Waktu saya masuk cuma 10 kantor, cuma ada di Medan, Pekanbaru, Palembang, Bandar Lampung, Banjarmasin, Makassar. Di Jabodetabek cuma ada di Jakarta dan Bogor, kemudian kami perkuat Tangerang dan Bekasi. Di Jawa Timur ada di Surabaya dan Malang. Kami juga memperkuat Yogyakarta. Di Jawa Tengah, kami ada di Solo. Kami memperkuatnya supaya penetrasi lebih baik.
Anda punya pemahaman khusus soal SDM?
Intinya, saya ingin organisasi ini tumbuh berkesinambungan. Tidak harus saya direktur utamanya. Bagi saya, kaderisasi sangat penting, bagaimana mereka bisa memimpin. Saya suka dinamisme. Tidak harus mencari orang baru kalau di dalam bisa digenjot lagi.
SDM merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap pengembangan sebuah perusahaan. Tapi faktor ini sering diabaikan banyak pimpinan atau pemilik perusahaan. Tak hanya terjadi di perusahaan kecil, tapi juga perusahaan besar. Akibatnya, tanpa disadari, SDM yang berkompeten terkadang hilang begitu saja. Intinya, SDM tidak boleh disepelekan atau dilupakan. Jangan anggap enteng masalah SDM.
Filosofi hidup Anda?
Selalu improvement. Semangatnya hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin. Yang penting mensyukuri apa yang didapat sekarang dan happy.
Cara Anda membagi waktu pekerjaan dan keluarga?
Kalau malam saya paling malas dinner di luar. Mending makan di rumah karena bisa berkumpul dengan keluarga. Saya punya anak tiga, yang paling besar di Fakultas Kedokteran tingkat dua, yang kedua di SMA, yang ketiga meninggal saat masih berumur 4 bulan, yang keempat berumur 4 tahun. Semua perempuan.
Prinsip apa yang Anda tanamkan kepada anak-anak?
Yang penting jangan tergantung kepada orang lain, harus mandiri. Kalau sudah dewasa, mereka harus punya waktu untuk keluarga.
Obsesi Anda?
Karier sudah cukup. Saya sudah sampai di posisi ini. Jarang lho mendapatkan kesempatan di dua bidang, finansial dan consumer.
Aktivititas Anda di luar pekerjaan?
Saya senang mengajar, saya mengajar di Binus, sudah 7 tahun. Saya mengajar management trainee. Kebetulan mahasiswa magisternya tak banyak dan kelasnya enak.
Pandangan Anda tentang perkembangan industri asuransi di Indonesia?
Industri asuransi adalah industri yang sangat teregulasi, karena industri ini berkaitan langsung dengan kepercayaan konsumen. Konsumen memberikan kepercayaan kepada kami, kemudian kami memberikan perlindungan kepada mereka.
Kompetisinya lumayan ketat. Pada asuransi kerugian pemainnya cukup banyak, sekitar 80 pemain. Yang big boys ada beberapa perusahaan, termasuk AXA, Sinarmas, dan Astra. Kemudian Adira, baru sesudah itu perusahaan asuransi dengan modal di bawah Rp 1 triliun.
Yang big boys jumlahnya sedikit, tapi market share-nya mungkin 65 persen. Sisanya diperebutkan yang lain. Gambaran kasarnya seperti itu. Kompetitif sih kompetitif, produknya hampir mirip, produk utama mobil, properti, kargo, dan kesehatan.
Prospek bisnisnya bagaimana?
Prospeknya sangat cerah, apalagi jika perekonomian bertumbuh lebih pesat, daya beli masyarakat meningkat, dan kelas menengah terus bertambah.
Jika ekonomi bertumbuh baik, customer akan spending ke arah yang lebih baik, seperti perumahan, kendaraan, dan lainnya. Spending akan dibantu bank dan lembaga pembiayaan.
Industri asuransi bisa dibilang sebagai gerbong ketiga perekonomian. Setelah lokomotifnya menarik gerbong, pasti gerbongnya akan ikut sesuai pertumbuhan.
Itu sebabnya, kami bermitra dan bersinergi dengan industri perbankan atau industri pembiayaan.
Apa nilai lebih Asuransi Mitra?
Kami sedang memperkuat rekanan jaringan karena jaringan ini merupakan aset yang nggak kelihatan dan mahal. Semua kan akhirnya kembali ke service.
Strategi Anda?
Tahun ini kami mencanangkan untuk memperluas jaringan kantor. Sekarang 18 kantor, kemungkinan besar kami akan menambah jumlah kantor pada akhir tahun, minimal satu atau dua kantor lagi.
Kami belum ada di Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara, juga di Sulawesi Utara. Membuka kantor kan sebetulnya gampang, tapi mencari orang lokal yang kulturnya sama dan bisa diajak kerja sama sangat sulit, itu lebih memusingkan. (http://www.beritasatu.com/)