Wednesday, February 13, 2013

Mengabdi Bersama Rakyat




Perencanaan pembangunan itu harus bertumpu pada prinsip dari, oleh dan untuk rakyat.
Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat 1861-1865

Kabupaten Tana Tidung merupakan kabupaten ke-14 di Provinsi Kalimantan Timur yang disetujui pembentukannya melalui Sidang Paripurna DPR RI pada tanggal 17 Juli 2007. Kabupaten ini sebagai hasil proses pemekaran dari 3 wilayah kecamatan (Kecamatan Sesayap, Sesayap Hilir dan Tanah Lia) di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur. Sejak tahun 2012, kabupaten ini menjadi bagian dari Provinsi Kalimantan Utara --seiring dengan pemekaran provinsi ke-34 Republik Indonesia tersebut dari Provinsi Kalimantan Timur.
Secara historis, cikal bakal Kabupaten Tana Tidung dimulai dari sebuah deklarasi yang dilakukan sejumlah tokoh masyarakat dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan. Deklarasi, yang sekaligus pembentukan presidium untuk memperjuangkan pembentukan wilayah otonomi Kabupaten Tana Tidung, waktu itu tepatnya dilaksanakan pada tanggal 28 November 2002 di Kayan Restoran Hotel Tarakan Plaza, Kota Tarakan. Acara yang dihadiri sekitar 148 tokoh dari berbagai etnis masyarakat Kalimantan Utara itu berlangsung dalam nuansa yang sangat kental kultural. Mulai dari pembacaan pantun dalam bahasa Tidung, hingga tarian dan pakaian adat, mewarnai malam pendeklarasian Kabupaten Tana Tidung ketika itu.
Tak ketinggalan pula, sejumlah pejabat pemerintahan dan muspida se Kalimantan Utara turut hadir dalam acara yang mengusung tema utama mendeklarasikan keinginan warga masyarakat untuk membentuk sebuah wilayah otonomi atau kabupaten baru yang dinamai Kabupaten Tana Tidung.
Kendati pendeklarasian aspirasi pembentukan Kabupaten Tana Tidung berlangsung relatif mulus. Namun, perjuangan presidium yang telah disepakati pada malam tanggal 28 November 2002 untuk memperjuangkan pembentukan Kabupaten Tana Tidung itu berjalan bukan tanpa hambatan. Berbagai argumen bernada kontra muncul ketika wilayah otonomi baru Kabupaten Tana Tidung mulai diwacanakan. Bahkan, berbagai istilah miring pun mulai mewarnai wacana pembentukan wilayah otonom dengan penduduk asli Suku Tidung dan Suku Dayak Berusu ini.
Pembentukan Kabupaten Tana Tidung (KTT) sempat dicap sebagai jalan untuk memenuhi ambisi politik beberapa gelintir orang. Sampai-sampai muncul pula anggapan bahwa KTT sekadar media untuk mengejar dan bagi-bagi jabatan oleh para pejabat luar daerah yang tidak memperoleh jabatan di daerah asalnya. Tidak hanya sebatas itu, penamaan Kabupaten Tana Tidung dianggap rawan konflik dan sangat menonjolkan semangat kesukuan. Sebuah alasan yang dapat dianggap masuk akal bisa pula tidak masuk di akal.
Berkaca pada sejumlah daerah dan kabupaten yang ada di Indonesia, tidak sedikit daerah yang menggunakan nama etnis dalam nomenklatur pemerintahannya. Tentu menjadi sebuah pertanyaan besar, mengapa saat KTT memakai nama Tidung muncul reaksi yang berlebihan.
Saat itu sebagian besar orang memang belum dapat memperkirakan bagaimana kelanjutan perjuangan aspirasi pembentukan Kabupaten Tana Tidung ini. Meski demikian, perjuangan semua anggota presidium untuk menggemakan dan menguatkan aspirasi pembentukan Kabupaten Tana Tidung nyaris tidak pernah berhenti. Dengan hanya menampilkan beberapa personil yang kerap muncul di media massa, perjuangan pembentukan Kabupaten Tana Tidung ini terus berlanjut. Semula, memang, perjuangan Kabupaten Tana Tidung ini masih terasa cukup solid. Para anggota presidium yang ada tetap melakukan berbagai upaya untuk menyosialisasikan rencana ini.
Presidium Kabupaten Tana Tidung melakukan upaya keras untuk menyosialisasikan dan menyakinkan rencana pembentukan Kabupaten Tana Tidung ini kepada DPRD Kabupaten Nunukan dan DPRD Kabupaten Bulungan waktu itu. Barangkali Kabupaten Tana Tidung saat itu dianggap sebagai sebuah cita-cita yang muluk-muluk. Ada saja pihak-pihak tertentu yang tidak antusias menerima wacana ini. Bahkan, dalam suatu kesempatan, tim yang akan melakukan sosialisasi hanya berhadapan dengan beberapa orang pejabat lokal. Meski begitu, presidium Kabupaten Tana Tidung tidak patah arang, tetap terus melanjutkan upaya yang telah dirintis tersebut.
Bersyukur, meski Kabupaten Tana Tidung saat itu belum mendapat dukungan dana dari sponsor khusus, namun dengan tekad kuat para deklarator, akhirnya presidium berhasil mengumpulkan dana sekitar Rp200 juta untuk mulai memperjuangkan Kabupaten Tana Tidung kala itu.
“Waktu itu, dari dana urunan sejumlah tokoh yang mendukung pembentukan Kabupaten Tana Tidung ini, kami berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp200 juta,” ungkap Undunsyah yang ikut aktif memperjuangkan aspirasi pembentukan Kabupaten Tana Tidung..
Dana itu kemudian dikelola oleh presidium sebagai dana untuk melakukan sosialisasi ke dua pemerintah daerah (Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan), hingga melakukan sosialisasi dan menumbuhkan keyakinan kepada warga masyarakat di daerah yang akan dibentuk tersebut.
Setelah melalui berbagai jalan panjang nan berliku, pada tanggal 17 Juli 2007 DPR RI menyetujui disahkannya UU Nomor 34 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Tana Tidung (KTT). Dan diangkatlah Ir. Zaini Anwar, MM menjadi Pejabat (Pj) Bupati Tana Tidung untuk mengantarkan sampai terpilih bupati definitif.
Setelah melalui proses pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung pada tahun 2009, di putaran pertama, pasangan Undunsyah – Markus Yungkin mengantongi 28.43% suara dan tampil di urutan pertama. Memasuki putaran kedua, pasangan Undunsyah - Markus Yungkin dinyatakan menang dengan perolehan 52,21% mengungguli pasangan Djaya Putra – Hendrik yang hanya meraih 47,79%. “Menurut saya, kita tidak boleh percaya keberuntungan. Tapi kita harus percaya pada usaha kita sendiri,” ujar Undunsyah. Dan, yang tidak kalah penting, Undunsyah menekankan, “Bekerja dan berdoa sungguh-sungguh, selanjutnya kita serahkan kepada Allah SWT.”  
Dan pasangan terpilih Undunsyah - Markus Yungkin dilantik oleh Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak menjadi Bupati dan Wakil Bupati Tana Tidung periode 2010-2015 pada tanggal 18 Januari 2010.

A. Siap Turun ke Bawah Membangun KTT
Butuh waktu panjang untuk mengubah besi menjadi pedang yang tajam. Sebab itu, pemimpin pilihan tidak dilahirkan secara instan. Begitulah yang dirasakan Undunsyah ketika menerima amanah sebagai Bupati Tana Tidung periode 2010-2015.
Dari sebuah kesenyapan yang disulut api semangat dan mimpi yang panjang, Undunsyah menyadari benar bahwa masyarakat Tana Tidung masih membutuhkan arah yang jelas terhadap masa depan KTT. Sebagai sosok bupati yang pernah aktif memperjuangkan pembentukan KTT, Undunsyah ingin mengantarkan KTT meretas masa depan yang lebih berpengharapan. “Inilah yang kemudian menggugah saya untuk maju dalam pencalonan dan akhirnya rakyat memberikan mandat untuk memimpin Kabupaten Tana Tidung. Namun bupati bukanlah tujuan akhir saya memperjuangan KTT, saya ingin membangun daerah ini menjadi lebih baik,” ujar Undunsyah penuh kesungguhan.
Membangun Kabupaten Tana Tidung (KTT) jelas sangat membutuhkan keseriusan dan kerja keras. Betapa tidak? Daerah yang baru lahir pada tahun 2007 ini masih banyak kekurangan --terutama minim sarana infrastruktur seperti jalan dan bangunan. Jangan heran, bila Anda melihat daerah yang mayoritas penduduknya Suku Tidung ini sampai berumur hampir dua tahun belum memiliki jalan beraspal yang representatif. Bukan hanya jalan, listrik di Tana Tidung ketika itu juga dibatasi cuma 12 jam tiap hari. Bahkan ada ibukota kecamatan yang tidak terjangkau aliran listrik PLN sama sekali. Air bersih pun hanya menjangkau 30 persen dari populasi penduduk. Di awal pemekaran, jumlah penduduk Kabupaten Tana Tidung tak lebih dari 12.000 jiwa dan tersebar di tiga kecamatan bekas wilayah Kabupaten Bulungan yakni Sesayap, Sesayap Hilir dan Tana Lia dengan luas wilayah sekitar 4.828 Km2. Dari luas wilayah tersebut, lebih dari 70 persen daerah yang memiliki ibukota Tideng Pale ini masih berupa hutan belantara.
Dengan dilepasnya tiga kecamatan itu, secara tak langsung tanggung jawab Kabupaten Bulungan terasa lebih ringan karena hanya mengurus 10 kecamatan. Potensi sumber daya alam yang cukup melimpahlah, yang menjadi alasan utama mengapa Kabupaten Bulungan menyerahkan tiga kecamatan yang jaraknya jauh dari pusat pemerintahan tersebut. Terdapat beberapa potensi yang bisa jadi modal membangun KTT. Mulai dari lahan efektif budidaya untuk pertanian, perikanan, hutan, dan perkebunan yang mencapai 1.448,56 Km2. Batubara di Sesayap dan Sesayap Hilir, minyak dan gas bumi yang telah dan tengah dieksplorasi oleh Medco di daerah Tana Lia dan Sesayap Hilir.
Pada sisi lain, yang harus diperhatikan pemerintah pusat, pembentukan daerah baru di utara wilayah Kaltim (sekarang menjadi bagian provinsi baru Kalimantan Utara) sebenarnya baik bagi aspek keamanan dan persatuan wilayah Indonesia. Alasannya, Tana Tidung tergolong daerah perbatasan. Dengan adanya daerah baru, keutuhan NKRI di perbatasan tetap terus dijaga. Untuk itu, Pemkab Bulungan telah memutuskan akan memberi suntikan dana Rp5 miliar per tahun selama 2 tahun bagi pemerintah Kabupaten Tana Tidung. Selain itu, sekitar 75 hingga 100 PNS asal Pemkab Bulungan didorong untuk bisa mendukung roda pemerintahan kabupaten baru ini.
Benar, bila melihat ibukota Tideng Pale, KTT masih jauh tertinggal dibandingkan kabupaten-kabupaten lain. Sepintas Tideng Pale adalah ‘kota’ kecil yang cukup dengan berjalan kaki saja Anda dapat mengitari setiap sudutnya. Menyusuri setiap sudutnya, Anda akan disuguhi potret daerah yang tengah berbenah. Terlihat beberapa konstruksi bangunan yang sedang dikerjakan, terlihat alat berat yang tengah membangun jalan dan terpampang beberapa papan plakat yang menerangkan akan dibangunnya bangunan mewah di areal yang masih kosong.
Akses transportasi yang dapat digunakan untuk menuju kota kabupaten Tideng Pale adalah melalui jalur air dan jalur darat. Dari kota Tarakan, dapat menggunakan armada kapal cepat (speed boat) dengan waktu tempuh sekitar dua jam perjalanan dengan harga tiket Rp150.000 per penumpang. Sementara jalur darat dapat ditempuh melalui kota kabupaten Tanjung Selor (Bulungan) ataupun dari kota kabupaten Malinau. Untuk transportasi dalam kota sendiri, belum tersedia angkutan memadai. Hanya ada transportasi roda dua atau ojek.
Tideng Pale menjadi terasa ramai karena perekrutan tenaga pegawai negeri sipil untuk menduduki pos-pos pemerintahan yang memang baru berbenah. Sebab itu, tak mengherankan, pemandangan kota ini terlihat diramaikan pegawai pemerintahan yang wara-wari di dalam kota yang masih teramat sederhana. Dan transportasi kendaraan plat berwarna merah nan mewah menjadi pemandangan yang kontras di antara debu jalanan dan rumah penduduk yang tak megah. Masih banyak yang harus didandani di kabupaten ini, suara tak sedap acap terdengar dari pendatang yang menilai belum pantasnya kota ini disebut sebagai kota kabupaten.
Nama Tideng Pale sendiri diambil dari bahasa Tidung yang merupakan suku mayoritas kabupaten ini, selain Suku Dayak Berusu. Tideng berarti gunung, sementara Pale berarti tawar atau hambar. Tideng Pale berarti Gunung Hambar. Gunung hambar (bukit hambar) adalah sebuah bukit yang di kaki bukitnya mengalir Sungai Sesayap yang bilamana musim kemarau, sungai ini akan tercampur dengan air laut. Maka daerah ini disebut sebagai daerah pembatas antara air asin dan air tawar. Masih banyak peluang usaha di kabupaten ini, tentunya pendatang akan menyinggahi kota Tideng Pale sebagai pintu masuknya. Ada tiga penginapan di kota kecil ini. Terlihat dua bank yang beroperasi, yaitu Bank Kaltim dan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Kuliner khas di daerah ini adalah Udang Sungai, meski tak terlihat mendominasi namun masih menjadi pilihan pendatang untuk dapat mencicipinya. Buah-buahan khas Kalimantan seperti Cempedak (seperti nangka) dan buah Elai (seperti durian), akan terlihat di sepanjang jalan di waktu-waktu tertentu.
Dengan kondisi yang masih relatif sederhana itu, jelas membutuhkan langkah cepat, ligat dan kuat. Untuk membangun KTT tidak bisa dengan cara biasa. “Kami harus ‘berlari’ untuk mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah lain yang ada di Indonesia,” ujar Bupati KTT Undunsyah.
Tak dapat dibayangkan betapa pusing tujuh keliling seorang Undunsyah tatkala menerima tongkat kepemimpinan dari rakyat Tana Tidung untuk membangun kabupaten dengan 70% wilayahnya masih berupa hutan belantara ini. Dalam kondisi serba minimalis, Undunsyah bertekad kuat jangan sampai kabupaten yang dipimpinnya dianggap sebagai ‘halaman belakang’ negeri tercinta Indonesia. Undunsyah menyadari betul bahwa membangun Kota Roma tidak dapat dilakukan dalam sehari.
Dalam keadaan yang serba memprihatinkan, Undunsyah menguatkan tekadnya ingin menjadikan Tana Tidung sebagai salah satu wilayah sentra agroindustri pertanian dan perikanan berbasis masyarakat di kawasan utara Kalimantan Timur. “KTT memiliki potensi luar biasa. Tinggal bagaimana kita mengelola dan memanfaatkannya untuk kepentingan masyarakat. Memang perlu sebuah grand design yang tepat. Itulah dambaan saya sejak awal,” Undunsyah menandaskan.
Keseriusan Undunsyah untuk segera membenahi KTT sangat terlihat terang benderang. Pada tempo kurang dari 100 hari kerja, dia sudah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) periode 2010-2014 di KTT. Dalam RPJM itu, tampak jelas upaya dan langkah untuk menyetarakan KTT sejajar dengan kabupaten-kabupaten lainnya di Indonesia. Baik pembangunan sumber daya manusia (SDM) maupun pembangunan ketersediaan infrastruktur dasar bagi masyarakat yang memadai.
Undunsyah memahami benar, dalam memimpin daerah tidak hanya kekuasaan yang dibutuhkan. Dibutuhkan pula pemikir-pemikir yang matang dan memahami keilmuan secara teoritis maupun praktis. Karena itu, dia menempatkan banyak praktisi dari beragam profesi dan disiplin ilmu di jajaran pemerintahannya. Mulai dari kalangan akademisi sampai para birokrat. “Guna mewujudkan mimpi dan cita-cita itu, selain kerja keras dan kerja cerdas, saya juga harus didukung oleh team work yang kompak dan solid,” kata Undunsyah singkat.
Undunsyah sudah demikian memahami apa dan bagaimana KTT harus didandani sehingga tampil menjadi ‘puteri cantik’ yang memikat hati investor dan memakmurkan masyarakat setempat. Langkah awal yang dilakukan lelaki ramah nan humoris ini adalah turun langsung ke bawah (turba) agar dapat menyerap aspirasi dan berkomunikasi secara langsung dengan warga masyarakat. Kendati harus menggunakan long boat menyusuri sungai, bahkan sekali waktu mesti menanggalkan sepatunya yang mengkilap berganti sepatu boot saat masuk-keluar kampung dengan kondisi jalan berliku dan berlumpur, Undunsyah tak ambil peduli.
Gara-gara kesibukan bergerilya dan cross country, Undunsyah nyaris tidak punya hari libur bersama keluarga terkasih. Pun demikian dengan hobi mancing yang sejak dulu dilakoninya sebelum terpilih dan menjabat Bupati Tana Tidung, kini tak bisa dinikmatinya lagi. Kini waktu Undunsyah lebih banyak dihabiskan buat mengabdi kepada masyarakat, berada di lapangan untuk mengawal pembangunan KTT dalam rentang waktu 2010-2015.
Yang terpenting bagi Undunsyah adalah dia dapat melihat secara langsung kondisi sesungguhnya yang terjadi di relung-relung masyarakat dan aspirasi yang diinginkan oleh rakyat Tana Tidung. “Dari situ saya dapat memperoleh gambaran sebelum menentukan kebijakan apa saja yang akan dilaksanakan guna membangun daerah,” tuturnya dalam satu kesempatan turba.
Itulah salah satu langkah awal bagaimana seorang Undunsyah berakrobat guna mempercepat perubahan KTT menjadi lebih baik daripada kondisi sekarang. Langkah berikutnya adalah sharing dan berdiskusi dengan sesama bupati, antara lain Drs. H. Budiman Arifin (Bupati Bulungan) dan H. Udin Hianggio (Walikota Tarakan). “Buat saya, diskusi dengan para senior hal mutlak yang harus dilakukan. Karena saya berprinsip di atas langit masih ada langit,” ujarnya berfilosofi.
Apa yang dilakukan oleh Undunsyah ini dapat dikatakan di luar kebiasaan seorang kepala daerah. Kebanyakan kepala daerah hanya menerima laporan dari bawahan. Undunsyah tak mau asal menerima laporan bawahan tanpa tahu apa yang sesungguhnya terjadi dan dihadapi warga masyarakat. Bahkan, dia sempat menjadikan rumah pribadinya di Tarakan sebagai ‘kantor’ kedua pada hari Sabtu dan Ahad untuk berkoordinasi dengan para pejabat strategis KTT yang kebetulan datang ke Tarakan sampai larut malam.
Benar, semangat dan spirit Undunsyah untuk mempercepat pembangunan di Tana Tidung tidak pernah meredup. Sepanjang hari, yang ada di benaknya adalah bagaimana langkah mempercepat pembangunan di KTT. Undunsyah menyadari benar bahwa KTT tidak akan terbangun hanya bermodalkan semangat. Dengan kondisi prasarana dan sarana yang amat terbatas, KTT membutuhkan dana sangat besar buat menyejahterakan rakyat. Undunsyah terus melakukan lobi-lobi ke pemerintah pusat dan pemerintah provinsi agar mengucurkan lebih banyak dana demi percepatan pembangunan di wilayah yang berbatasan dengan wilayah Sabah (Malaysia) ini.
Walhasil, dalam tahun pertama dia mengemban amanah Bupati Tana Tidung 2010-2015, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) KTT mencapai angka yang cukup bersar, yakni lebih dari Rp800 miliar. Dan di tahun 2012, APBD KTT mencapai angka sekitar Rp1,5 triliun. Sebuah angka yang relatif besar bagi sebuah kabupaten yang belum lama terbentuk.

B. Kristalisasi Visi dan Misi Pembangunan
Kendati berusaha mempercepat pembangunan KTT agar lebih berpengharapan, Undunsyah tidak mau berjalan tanpa perencanaan dan target pembangunan yang jelas. Untuk itu dia menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) KTT 2010-2014. Dalam hal ini dia mengedepankan satu filosofi pembangunan yang memiliki cakrawala yang luas dan mampu menjadi pedoman bagi daerah untuk menentukan visi, misi, dan arah pembangunan selama lima tahun kepemimpinannya.
Filosofi pembangunan daerah Kabupaten Tana Tidung digali dari filosofi luhur nenek moyang masyarakat Tana Tidung yang dikenal dengan Istilah “UPUNTAKA” yang melahirkan Konsep “PINEKINDI” yang secara filosofis merupakan dasar membangun dengan pondasi yang kokoh. Secara rinci, PINEKINDI dapat dijabarkan sebagai berikut:
·         Piawai, berarti bahwa kinerja aparatur yang bekerja cakap, pandai dan mampu memberikan pelayanan prima bagi masyarakat.
·         Indah, berarti bahwa kelestarian dan kebersihan lingkungan bersinergi dengan keindahan alam merupakan faktor pendukung pariwisata.
·         Ekonomis, berarti bahwa perhitungan matang dengan ketepatan dan keakuratan yang tinggi berdampak positif kepada hasil pembangunan  yang tepat sasaran dan dirasakan seluruh kalangan masyarakat.
·         Intelektual, berarti bahwa pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki akan berjalan optimal dan berkelanjutan tergantung pada sumber daya manusia yang berkualitas.
·         Dinamis, berarti bahwa bersemangat dan bergerak cepat memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
·         Mandiri, berarti bahwa ketekunan, kerja keras dan motivasi tinggi membawa kehidupan masyarakat yang mampu berpijak di atas kakinya sendiri. Mandiri dimaksudkan berdiri di atas kemampuan sendiri, bebas dari sifat ketergantungan, tetapi tetap memiliki keterikatan dengan lingkungan.
Selain filosofi pembangunan tersebut, untuk mengkristalisasi visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Tana Tidung, Undunsyah juga memperhatikan beberapa hal penting:
(1) Sebagai daerah otonomi baru, Kabupaten Tana Tidung saat ini merupakan periode awal dalam pembangunan 5 (lima) tahun ke depan sehingga belum memiliki acuan dan data awal pembangunan periode sebelumnya;
(2)  Penekanan pembangunan Kabupaten Tana Tidung 5 (lima) tahun ke depan diletakkan pada penguatan peningkatan ekonomi berbasis masyarakat dengan memanfaatkan potensi agroindustri, perdagangan dan pertanian dalam rangka mendorong perbaikan kualitas kehidupan warga masyarakat;
(3)  Indikator masyarakat Tana Tidung yang maju terletak pada tatanan kehidupan yang demokratis, berbudaya, religius, sehat dan cerdas, serta memiliki komitmen untuk maju dan berkembang;
(4)  Basis dari masyarakat Tana Tidung yang maju terletak pada persatuan dan kerukunan antar-umat beragama, antar-etnis maupun antar-daerah, kesejahteraan yang berkualitas serta menjunjung tinggi kesadaran masyarakat yang majemuk.
Mengacu pada permasalahan dan perspektif tersebut, Visi Pembangunan Kabupaten Tana Tidung 2010–2014 dirumuskan: “MEWUJUDKAN KABUPATEN TANA TIDUNG SEBAGAI SENTRA AGROINDUSTRI PERTANIAN DAN PERIKANAN BERBASIS MASYARAKAT”.
Visi ringkas nan padat tersebut mengandung pengertian dan makna dari beberapa kata kunci, antara lain:
Sentra Agroindustri, sebuah kegiatan dengan ciri: (a) meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan, digunakan atau dikonsumsi, (c) meningkatkan daya simpan, dan (d) menambah pendapatan dan keuntungan produsen. Pengembangan agroindustri dengan bahan baku yang tersedia dalam jumlah dan waktu yang sesuai, merupakan syarat kecukupan untuk berproduksi secara berkelanjutan. Optimalisasi nilai tambah dicapai pada pola industri yang berintegrasi secara langsung dengan usaha tani keluarga dan perusahaan pertanian.
Pertanian, berarti bahwa proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Cakupan obyek pertanian dimaksud meliputi budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan), kehutanan dan peternakan.
Perikanan, mengandung arti bahwa proses menghasilkan produk-produk perikanan baik tangkap maupun budidaya --termasuk peningkatan nilai tambah berbasis teknologi tepat guna-- yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Berbasis Masyarakat, berarti bahwa pendekatan pembangunan yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya di mana masyarakat tersebut terlibat aktif dalam proses pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.
Dari visi turun ke misi pembangunan. Atas dasar visi yang telah diformulasikan tersebut, maka Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tana Tidung tahun 2010-2014 mengemban delapan misi, sebagai berikut:
(1)  Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing;
(2)  Menyediakan sarana dan prasarana serta infrastruktur fasilitas umum dan fasilitas sosial;
(3)  Memberikan pelayanan publik yang cepat, mudah, murah, adil dan transparan;
(4)  Memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) secara berkelanjutan;
(5)  Mengembangkan budaya dan pariwisata yang berbasis lokal;
(6)  Menjamin keamanan dan masyarakat yang sadar hukum;
(7)  Membangun kemitraan antar-daerah di wilayah utara Kalimantan Timur;
(8)  Mengembangkan agroindustri pertanian dan perikanan.
Berangkat dari visi dan misi tadi, maka RPJM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2014 menyoroti 8 (delapan) aspek yang menjadi prioritas pembangunan, yaitu: (1) peningkatan kualitas SDM sehingga bisa menjadi aset utama keunggulan kompetitif; (2) pembangunan dan perbaikan infrastruktur sarana dan prasarana untuk menjangkau daerah-daerah yang masih terisolir; (3) memberikan pelayanan publik yang cepat, murah, mudah, adil dan transparan; (4) pengelolahan dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang lestari; (5) mengembangkan budaya dan pariwisata berbasis lokal; (6) peningkatan keamanan dan ketertiban masyarakat; (7) membangun kemitraan antar-daerah di wilayah utara Kaltim; (8)  pengembangan Agroindustri dan pertanian dalam arti luas sehingga dapat menghasilkan produk unggulan yang mampu bersaing di pasar lokal, nasional, dan internasional.

C. Wujudkan Sentra Agroindustri Memakmurkan Rakyat
Melakukan city branding Kabupaten Tana Tidung sebagai “sentra agroindustri pertanian dan perikanan berbasis masyarakat di kawasan utara Kalimantan Timur” bukanlah pekerjaan gampang. Segudang pekerjaan rumah harus diselesaikan oleh Undunsyah dengan cara aktif mengawal pelaksanaan RPJM KTT 2010-2014.
Sebagai seorang Bupati, Undunsyah adalah pemegang kendali pemerintahan yang mesti cermat dan teliti mengeluarkan kebijakan dan langkah strategis yang dituangkan ke dalam delapan misinya tadi.
Pertama, misi Meningkatkan SDM yang  berkualitas dan berdaya saing. Mengapa Undunsyah menempatkan SDM di urutan pertama sejak awal dirinya dilantik? Pada dasarnya, kata Undunsyah, manusia lah yang menjadi pelaku dan penentu. Sebab itu, dibutuhkan SDM yang memiliki moral baik (good morality), kemampuan memimpin (leadership), kemampuan manajerial (managerial skill), dan kemampuan teknis (technical skill). Seorang kepala daerah perlu didukung oleh aparatur yang mempunyai empat kualifikasi tersebut di berbagai level jabatan dan fungsi.
Dengan memiliki SDM berkualitas dan berdaya saing, membuktikan bahwa Bupati Tana Tidung memiliki komitmen yang sangat kuat untuk menjadikan kualitas SDM dan kualitas pendidikan, serta kualitas kesehatan yang mandiri di segala bidang sebagai modal dasar dan andalan dalam mewujudkan apa yang diinginkan masyarakat Tana Tidung sebagai kabupaten agroindustri modern.
Misi ini juga membuktikan adanya komitmen yang kuat yang menempatkan manusia dan masyarakat sebagai tujuan utama pembangunan dalam arti kepentingan masyarakat secara keseluruhan ditempatkan pada posisi utama dan mendorong masyarakat untuk menjadi pelaku aktif pembangunan melalui model perencanaan pembangunan partisipatif (Participatory Planning Development Model).
Moral yang baik menjadi prasyarat utama. Karena, tanpa moral yang baik, semua kebijakan, sistem, program dan kegiatan yang dirancang akan sia-sia. Moral yang baik akan menghasilkan sebuah pemerintahan yang bersih dari tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) pada kepentingan pribadi atau golongan tertentu saja. “Dan saya harus bisa menjadi contoh dan teladan buat anak buah dan jajaran yang terkait di bawah saya,” aku Undunsyah.
Kedua, misi Menyediakan Sarana dan Prasarana (Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial). Misi ini membuktikan bahwa Bupati Tana Tidung memiliki komitmen yang sangat kuat untuk menyediakan dan mengelola sarana dan prasarana minimal wajib (standar prasarana minimum wajib yang dibutuhkan masyarakat dan menjadi hak masyarakat). Misi ini juga memperlihatkan adanya komitmen yang kuat untuk menyediakan layanan minimal wajib atas dasar prinsip (standar pelayanan minimum) terhadap semua layanan yang diperlukan masyarakat secara cepat, adil, murah, mudah, merata, dan diberikan dengan ramah.
Ketiga, misi Memberikan Pelayanan Publik yang cepat, mudah, murah, adil dan transparan. Misi ini membuktikan bahwa Bupati Tana Tidung memiliki komitmen yang kuat untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat  yang bisa dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pelayanan yang merata, cepat, transparan, murah, mudah, dan adil. Arti kata, Pemerintah Kabupaten Tana Tidung menjamin memberikan pelayanan yang menjadi hak masyarakat tanpa harus diminta.
Keempat, misi Memanfaatkan dan Memberdayakan Potensi Sumber Daya Alam (SDA) Secara Lestari. Misi ini membuktikan bahwa Bupati Tana Tidung memiliki komitmen yang sangat kuat untuk memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) dan tata ruang secara bijaksana, adil atas dasar pengelolaan lingkungan yang bijaksana dan berkelanjutan sesuai dengan pilar-pilar utama Kabupaten Tana Tidung.
“Saya berharap sumber daya alam yang ada dikelola untuk kepentingan masyarakat saat ini dan yang akan datang. Sebab itu, diperlukan pola dan cara pengolahan yang memperhatikan aspek lingkungan,” tutur Undunsyah.
Kelima, misi Mengembangkan budaya dan pariwisata yang berbasis lokal. Misi ini membuktikan bahwa Bupati Tana Tidung memiliki komitmen yang sangat kuat untuk mendorong berkembangnya pariwisata dan budaya lokal sebagai pilar masyarakat KTT sehingga dapat meningkatkan daya saing wisata dan budaya lokal di era persaingan global seperti sekarang ini melalui kebijakan pemberdayaan potensi wisata dan budaya lokal.
Keenam, misi Menjamin Keamanan, Sadar Hukum, sebagai dasar tercapainya masyarakat yang adil dan sejahtera. Misi ini membuktikan bahwa Bupati Tana Tidung memiliki komitmen yang sangat kuat untuk menciptakan kondisi kehidupan yang aman, tertib, dan sadar hukum sebagai modal untuk mencapai kesejahteraan yang berkeadilan, khususnya masyarakat yang tidak memiliki akses ekonomi, produksi, dan modal yang merupakan masalah mendasar yang belum terpecahkan sampai sekarang di Kabupaten Tana Tidung.
Ketujuh, misi Membangun Kemitraan antar-daerah di wilayah utara Kalimantan Timur. Misi ini membuktikan bahwa Bupati Tana Tidung memiliki komitmen dan tekad yang sangat kuat untuk membangun kemitraan dan kerja sama antar-daerah dalam wilayah utara Kaltim pada khususnya dan Kaltim pada umumnya serta daerah-daerah lain yang dapat menjalin kerja sama dengan Kabupaten Tana Tidung dalam membantu memajukan masyarakat Tana Tidung.
Komitmen ini juga membuktikan bahwa Bupati Tana Tidung terus mendorong masyarakat Kabupaten Tana Tidung untuk berperan serta aktif menjalin kerja sama dan kemitraan dengan masyarakat antar-daerah di wilayah utara Kaltim dan daerah-daerah lain yang dapat membantu memajukan masyarakat Tana Tidung.
Dan kedelapan, misi Membangun dan Memberdayakan Sentra Agroindustri dalam arti luas, yang meliputi pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, kehutanan dan perikanan. Misi ini membuktikan bahwa Bupati Tana Tidung memiliki komitmen yang sangat kuat untuk menjadikan Kabupaten Tana Tidung sebagai kabupaten agroindustri modern, perdagangan modern (Modern Business Society) dan jasa (Services), dengan mendorong skala ekonomi, pertumbuhan, investasi, dan pemerataan, serta pemberdayaan ekonomi lokal berupa pemberian peluang dan kesempatan yang sama kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi.
Ihwal keberadaan Sentra Agroindustri, Undunsyah menjelaskan, sentra ini diupayakan untuk: meningkatkan nilai tambah; menghasilkan produk yang dapat  dipasarkan, digunakan atau dikonsumsi; meningkatkan daya simpan; serta menambah pendapatan dan keuntungan produsen. Pengembangan agroindustri dengan bahan baku yang tersedia dalam jumlah dan waktu yang sesuai merupakan syarat kecukupan untuk berproduksi secara berkelanjutan. Optimalisasi nilai tambah pada pola industri yang berintegrasi langsung dengan usaha tani keluarga dan perusahaan pertanian.
Dalam hal pertanian, berarti bahwa proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Cakupan obyek pertanian dimaksud meliputi budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan), kehutanan dan peternakan.
Untuk perikanan berarti bahwa proses menghasilkan produk-produk perikanan baik tangkap maupun budidaya (termasuk peningkatan nilai tambah berbasis teknologi tepat guna) yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan berbasis masyarakat, berarti bahwa pendekatan pembangunan yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya di mana masyarakat tersebut terlibat aktif dalam proses pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.
Ya, Pilkada merupakan milestone atau tahapan menuju masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Pemahaman yang sama tentang visi antara masyarakat atau stakeholders, sebagai penerima mandat dan subyek pembangunan, dan pemerintah sebagai fasilitator dan penyedia layanan (service provider), menjadi landasan yang kokoh dan kuat menjamin keberhasilan implementasi pembangunan. Pemaknaan suatu pembangunan akan membumi (grounded) dan menjangkar (anchored) pada semua pihak yang berkepentingan terhadap proses pembangunan.
Tentu harapan itu tidak mudah diwujudkan. Kekuatan visi dan kompetensi kepala daerah terpilih menjadi salah satu kunci penentu, selain faktor-faktor lain yang juga cukup berpengaruh. Tantangan terberat bagi kepala daerah terpilih adalah melaksanakan visi, misi dan janji-janji semasa kampanye, yang hampir semuanya baik.
Bupati Undunsyah berusaha mewujudkan visi dan misinya yang telah tertuang dalam cetak biru-nya selama memimpin Kabupaten Tana Tidung. Dan orang pun mengenal Kabupaten Tana Tidung dengan city brand “Sentra agroindustri pertanian dan perikanan berbasis masyarakat di kawasan utara Kalimantan Timur”.
Semua itu dapat tercapai bilamana Undunsyah didukung tim kerja (team work) yang kuat dan solid. Sebuah tim aparatur bermental baja sebagai pelayan masyarakat yang baik dan mumpuni. Termasuk kultur kerja yang proaktif dan cepat tanggap terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat. Pun demikian, masyarakat KTT mesti memberikan dukungan penuh bagi terciptanya iklim kerja aparatur yang benar-benar melayani. Sehingga, meminjam ujaran Presiden Amerika Serikat 1861-1865 Abraham Lincoln,  ladang pengabdian seorang Undunsyah betul-betul bertumpu pada prinsip dari, oleh dan untuk rakyat. ***

No comments:

Post a Comment