Perencanaan pembangunan itu harus bertumpu pada
prinsip dari, oleh dan untuk rakyat.
Abraham
Lincoln, Presiden Amerika Serikat 1861-1865
Kabupaten
Tana Tidung merupakan kabupaten ke-14 di Provinsi Kalimantan Timur yang
disetujui pembentukannya melalui Sidang Paripurna DPR RI pada tanggal 17 Juli
2007. Kabupaten ini sebagai hasil proses pemekaran dari 3 wilayah kecamatan (Kecamatan
Sesayap, Sesayap Hilir dan Tanah Lia) di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur.
Sejak tahun 2012, kabupaten ini menjadi bagian dari Provinsi Kalimantan Utara
--seiring dengan pemekaran provinsi ke-34 Republik Indonesia tersebut dari
Provinsi Kalimantan Timur.
Secara
historis, cikal bakal Kabupaten Tana Tidung dimulai dari sebuah deklarasi yang
dilakukan sejumlah tokoh masyarakat dari sejumlah kecamatan di Kabupaten
Nunukan dan Kabupaten Bulungan. Deklarasi, yang sekaligus pembentukan presidium
untuk memperjuangkan pembentukan wilayah otonomi Kabupaten Tana Tidung, waktu
itu tepatnya dilaksanakan pada tanggal 28 November 2002 di Kayan Restoran Hotel
Tarakan Plaza, Kota Tarakan. Acara yang dihadiri sekitar 148 tokoh dari
berbagai etnis masyarakat Kalimantan Utara itu berlangsung dalam nuansa yang
sangat kental kultural. Mulai dari pembacaan pantun dalam bahasa Tidung, hingga
tarian dan pakaian adat, mewarnai malam pendeklarasian Kabupaten Tana Tidung ketika
itu.
Tak
ketinggalan pula, sejumlah pejabat pemerintahan dan muspida se Kalimantan Utara
turut hadir dalam acara yang mengusung tema utama mendeklarasikan keinginan warga
masyarakat untuk membentuk sebuah wilayah otonomi atau kabupaten baru yang dinamai
Kabupaten Tana Tidung.
Kendati
pendeklarasian aspirasi pembentukan Kabupaten Tana Tidung berlangsung relatif mulus.
Namun, perjuangan presidium yang telah disepakati pada malam tanggal 28
November 2002 untuk memperjuangkan pembentukan Kabupaten Tana Tidung itu berjalan
bukan tanpa hambatan. Berbagai argumen bernada kontra muncul ketika wilayah
otonomi baru Kabupaten Tana Tidung mulai diwacanakan. Bahkan, berbagai istilah
miring pun mulai mewarnai wacana pembentukan wilayah otonom dengan penduduk asli
Suku Tidung dan Suku Dayak Berusu ini.
Pembentukan
Kabupaten Tana Tidung (KTT) sempat dicap sebagai jalan untuk memenuhi ambisi
politik beberapa gelintir orang. Sampai-sampai muncul pula anggapan bahwa KTT
sekadar media untuk mengejar dan bagi-bagi jabatan oleh para pejabat luar
daerah yang tidak memperoleh jabatan di daerah asalnya. Tidak hanya sebatas
itu, penamaan Kabupaten Tana Tidung dianggap rawan konflik dan sangat
menonjolkan semangat kesukuan. Sebuah alasan yang dapat dianggap masuk akal
bisa pula tidak masuk di akal.
Berkaca
pada sejumlah daerah dan kabupaten yang ada di Indonesia, tidak sedikit daerah
yang menggunakan nama etnis dalam nomenklatur pemerintahannya. Tentu menjadi
sebuah pertanyaan besar, mengapa saat KTT memakai nama Tidung muncul reaksi
yang berlebihan.
Saat itu sebagian
besar orang memang belum dapat memperkirakan bagaimana kelanjutan perjuangan aspirasi
pembentukan Kabupaten Tana Tidung ini. Meski demikian, perjuangan semua anggota
presidium untuk menggemakan dan menguatkan aspirasi pembentukan Kabupaten Tana
Tidung nyaris tidak pernah berhenti. Dengan hanya menampilkan beberapa personil
yang kerap muncul di media massa, perjuangan pembentukan Kabupaten Tana Tidung
ini terus berlanjut. Semula, memang, perjuangan Kabupaten Tana Tidung ini masih
terasa cukup solid. Para anggota presidium yang ada tetap melakukan berbagai
upaya untuk menyosialisasikan rencana ini.
Presidium
Kabupaten Tana Tidung melakukan upaya keras untuk menyosialisasikan dan
menyakinkan rencana pembentukan Kabupaten Tana Tidung ini kepada DPRD Kabupaten
Nunukan dan DPRD Kabupaten Bulungan waktu itu. Barangkali Kabupaten Tana Tidung
saat itu dianggap sebagai sebuah cita-cita yang muluk-muluk. Ada saja
pihak-pihak tertentu yang tidak antusias menerima wacana ini. Bahkan, dalam
suatu kesempatan, tim yang akan melakukan sosialisasi hanya berhadapan dengan
beberapa orang pejabat lokal. Meski begitu, presidium Kabupaten Tana Tidung
tidak patah arang, tetap terus melanjutkan upaya yang telah dirintis tersebut.
Bersyukur,
meski Kabupaten Tana Tidung saat itu belum mendapat dukungan dana dari sponsor
khusus, namun dengan tekad kuat para deklarator, akhirnya presidium berhasil
mengumpulkan dana sekitar Rp200 juta untuk mulai memperjuangkan Kabupaten Tana
Tidung kala itu.
“Waktu itu,
dari dana urunan sejumlah tokoh yang mendukung pembentukan Kabupaten Tana
Tidung ini, kami berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp200 juta,” ungkap Undunsyah
yang ikut aktif memperjuangkan aspirasi pembentukan Kabupaten Tana Tidung..
Dana itu
kemudian dikelola oleh presidium sebagai dana untuk melakukan sosialisasi ke
dua pemerintah daerah (Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan), hingga
melakukan sosialisasi dan menumbuhkan keyakinan kepada warga masyarakat di
daerah yang akan dibentuk tersebut.
Setelah
melalui berbagai jalan panjang nan berliku, pada tanggal 17 Juli 2007 DPR RI
menyetujui disahkannya UU Nomor 34 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten
Tana Tidung (KTT). Dan diangkatlah Ir. Zaini Anwar, MM menjadi Pejabat (Pj)
Bupati Tana Tidung untuk mengantarkan sampai terpilih bupati definitif.
Setelah
melalui proses pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung pada tahun
2009, di putaran pertama, pasangan Undunsyah – Markus Yungkin mengantongi
28.43% suara dan tampil di urutan pertama. Memasuki putaran kedua, pasangan
Undunsyah - Markus Yungkin dinyatakan menang dengan perolehan 52,21%
mengungguli pasangan Djaya Putra – Hendrik yang hanya meraih 47,79%. “Menurut
saya, kita tidak boleh percaya keberuntungan. Tapi kita harus percaya pada
usaha kita sendiri,” ujar Undunsyah. Dan, yang tidak kalah penting, Undunsyah
menekankan, “Bekerja dan berdoa sungguh-sungguh, selanjutnya kita serahkan
kepada Allah SWT.”
Dan
pasangan terpilih Undunsyah - Markus Yungkin dilantik oleh Gubernur Kalimantan
Timur Awang Faroek Ishak menjadi Bupati dan Wakil Bupati Tana Tidung periode
2010-2015 pada tanggal 18 Januari 2010.
A. Siap Turun ke Bawah Membangun KTT
Butuh waktu
panjang untuk mengubah besi menjadi pedang yang tajam. Sebab itu, pemimpin
pilihan tidak dilahirkan secara instan. Begitulah yang dirasakan Undunsyah
ketika menerima amanah sebagai Bupati Tana Tidung periode 2010-2015.
Dari sebuah
kesenyapan yang disulut api semangat dan mimpi yang panjang, Undunsyah
menyadari benar bahwa masyarakat Tana Tidung masih membutuhkan arah yang jelas
terhadap masa depan KTT. Sebagai sosok bupati yang pernah aktif memperjuangkan
pembentukan KTT, Undunsyah ingin mengantarkan KTT meretas masa depan yang lebih
berpengharapan. “Inilah yang kemudian menggugah saya untuk maju dalam
pencalonan dan akhirnya rakyat memberikan mandat untuk memimpin Kabupaten Tana
Tidung. Namun bupati bukanlah tujuan akhir saya memperjuangan KTT, saya ingin
membangun daerah ini menjadi lebih baik,” ujar Undunsyah penuh kesungguhan.
Membangun
Kabupaten Tana Tidung (KTT) jelas sangat membutuhkan keseriusan dan kerja
keras. Betapa tidak? Daerah yang baru lahir pada tahun 2007 ini masih banyak kekurangan
--terutama minim sarana infrastruktur seperti jalan dan bangunan. Jangan heran,
bila Anda melihat daerah yang mayoritas penduduknya Suku Tidung ini sampai berumur
hampir dua tahun belum memiliki jalan beraspal yang representatif. Bukan hanya
jalan, listrik di Tana Tidung ketika itu juga dibatasi cuma 12 jam tiap hari.
Bahkan ada ibukota kecamatan yang tidak terjangkau aliran listrik PLN sama
sekali. Air bersih pun hanya menjangkau 30 persen dari populasi penduduk. Di
awal pemekaran, jumlah penduduk Kabupaten Tana Tidung tak lebih dari 12.000 jiwa
dan tersebar di tiga kecamatan bekas wilayah Kabupaten Bulungan yakni Sesayap,
Sesayap Hilir dan Tana Lia dengan luas wilayah sekitar 4.828 Km2. Dari luas
wilayah tersebut, lebih dari 70 persen daerah yang memiliki ibukota Tideng Pale
ini masih berupa hutan belantara.
Dengan
dilepasnya tiga kecamatan itu, secara tak langsung tanggung jawab Kabupaten Bulungan
terasa lebih ringan karena hanya mengurus 10 kecamatan. Potensi sumber daya
alam yang cukup melimpahlah, yang menjadi alasan utama mengapa Kabupaten Bulungan
menyerahkan tiga kecamatan yang jaraknya jauh dari pusat pemerintahan tersebut.
Terdapat beberapa potensi yang bisa jadi modal membangun KTT. Mulai dari lahan
efektif budidaya untuk pertanian, perikanan, hutan, dan perkebunan yang
mencapai 1.448,56 Km2. Batubara di Sesayap dan Sesayap Hilir, minyak dan gas
bumi yang telah dan tengah dieksplorasi oleh Medco di daerah Tana Lia dan
Sesayap Hilir.
Pada sisi
lain, yang harus diperhatikan pemerintah pusat, pembentukan daerah baru di
utara wilayah Kaltim (sekarang menjadi bagian provinsi baru Kalimantan Utara) sebenarnya
baik bagi aspek keamanan dan persatuan wilayah Indonesia. Alasannya, Tana
Tidung tergolong daerah perbatasan. Dengan adanya daerah baru, keutuhan NKRI di
perbatasan tetap terus dijaga. Untuk itu, Pemkab Bulungan telah memutuskan akan
memberi suntikan dana Rp5 miliar per tahun selama 2 tahun bagi pemerintah Kabupaten
Tana Tidung. Selain itu, sekitar 75 hingga 100 PNS asal Pemkab Bulungan didorong
untuk bisa mendukung roda pemerintahan kabupaten baru ini.
Benar, bila
melihat ibukota Tideng Pale, KTT masih jauh tertinggal dibandingkan
kabupaten-kabupaten lain. Sepintas Tideng Pale adalah ‘kota’ kecil yang cukup dengan
berjalan kaki saja Anda dapat mengitari setiap sudutnya. Menyusuri setiap
sudutnya, Anda akan disuguhi potret daerah yang tengah berbenah. Terlihat
beberapa konstruksi bangunan yang sedang dikerjakan, terlihat alat berat yang tengah
membangun jalan dan terpampang beberapa papan plakat yang menerangkan akan
dibangunnya bangunan mewah di areal yang masih kosong.
Akses
transportasi yang dapat digunakan untuk menuju kota kabupaten Tideng Pale adalah
melalui jalur air dan jalur darat. Dari kota Tarakan, dapat menggunakan armada
kapal cepat (speed boat) dengan waktu
tempuh sekitar dua jam perjalanan dengan harga tiket Rp150.000 per penumpang.
Sementara jalur darat dapat ditempuh melalui kota kabupaten Tanjung Selor (Bulungan)
ataupun dari kota kabupaten Malinau. Untuk transportasi dalam kota sendiri,
belum tersedia angkutan memadai. Hanya ada transportasi roda dua atau ojek.
Tideng Pale
menjadi terasa ramai karena perekrutan tenaga pegawai negeri sipil untuk
menduduki pos-pos pemerintahan yang memang baru berbenah. Sebab itu, tak mengherankan,
pemandangan kota ini terlihat diramaikan pegawai pemerintahan yang wara-wari di
dalam kota yang masih teramat sederhana. Dan transportasi kendaraan plat berwarna
merah nan mewah menjadi pemandangan yang kontras di antara debu jalanan dan
rumah penduduk yang tak megah. Masih banyak yang harus didandani di kabupaten
ini, suara tak sedap acap terdengar dari pendatang yang menilai belum pantasnya
kota ini disebut sebagai kota kabupaten.
Nama Tideng
Pale sendiri diambil dari bahasa Tidung yang merupakan suku mayoritas kabupaten
ini, selain Suku Dayak Berusu. Tideng berarti gunung, sementara Pale berarti
tawar atau hambar. Tideng Pale berarti Gunung Hambar. Gunung hambar (bukit
hambar) adalah sebuah bukit yang di kaki bukitnya mengalir Sungai Sesayap yang bilamana
musim kemarau, sungai ini akan tercampur dengan air laut. Maka daerah ini
disebut sebagai daerah pembatas antara air asin dan air tawar. Masih banyak
peluang usaha di kabupaten ini, tentunya pendatang akan menyinggahi kota Tideng
Pale sebagai pintu masuknya. Ada tiga penginapan di kota kecil ini. Terlihat
dua bank yang beroperasi, yaitu Bank Kaltim dan Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Kuliner khas di daerah ini adalah Udang Sungai, meski tak terlihat mendominasi
namun masih menjadi pilihan pendatang untuk dapat mencicipinya. Buah-buahan
khas Kalimantan seperti Cempedak (seperti nangka) dan buah Elai (seperti
durian), akan terlihat di sepanjang jalan di waktu-waktu tertentu.
Dengan
kondisi yang masih relatif sederhana itu, jelas membutuhkan langkah cepat,
ligat dan kuat. Untuk membangun KTT tidak bisa dengan cara biasa. “Kami harus
‘berlari’ untuk mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah lain yang ada di
Indonesia,” ujar Bupati KTT Undunsyah.
Tak dapat
dibayangkan betapa pusing tujuh keliling seorang Undunsyah tatkala menerima
tongkat kepemimpinan dari rakyat Tana Tidung untuk membangun kabupaten dengan
70% wilayahnya masih berupa hutan belantara ini. Dalam kondisi serba minimalis,
Undunsyah bertekad kuat jangan sampai kabupaten yang dipimpinnya dianggap
sebagai ‘halaman belakang’ negeri tercinta Indonesia. Undunsyah menyadari betul
bahwa membangun Kota Roma tidak dapat dilakukan dalam sehari.
Dalam
keadaan yang serba memprihatinkan, Undunsyah menguatkan tekadnya ingin
menjadikan Tana Tidung sebagai salah satu wilayah sentra agroindustri pertanian
dan perikanan berbasis masyarakat di kawasan utara Kalimantan Timur. “KTT
memiliki potensi luar biasa. Tinggal bagaimana kita mengelola dan
memanfaatkannya untuk kepentingan masyarakat. Memang perlu sebuah grand design yang tepat. Itulah dambaan
saya sejak awal,” Undunsyah menandaskan.
Keseriusan
Undunsyah untuk segera membenahi KTT sangat terlihat terang benderang. Pada
tempo kurang dari 100 hari kerja, dia sudah menetapkan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) periode 2010-2014 di KTT. Dalam RPJM itu, tampak jelas upaya
dan langkah untuk menyetarakan KTT sejajar dengan kabupaten-kabupaten lainnya
di Indonesia. Baik pembangunan sumber daya manusia (SDM) maupun pembangunan
ketersediaan infrastruktur dasar bagi masyarakat yang memadai.
Undunsyah
memahami benar, dalam memimpin daerah tidak hanya kekuasaan yang dibutuhkan.
Dibutuhkan pula pemikir-pemikir yang matang dan memahami keilmuan secara
teoritis maupun praktis. Karena itu, dia menempatkan banyak praktisi dari
beragam profesi dan disiplin ilmu di jajaran pemerintahannya. Mulai dari
kalangan akademisi sampai para birokrat. “Guna mewujudkan mimpi dan cita-cita
itu, selain kerja keras dan kerja cerdas, saya juga harus didukung oleh team work yang kompak dan solid,” kata
Undunsyah singkat.
Undunsyah
sudah demikian memahami apa dan bagaimana KTT harus didandani sehingga tampil
menjadi ‘puteri cantik’ yang memikat hati investor dan memakmurkan masyarakat
setempat. Langkah awal yang dilakukan lelaki ramah nan humoris ini adalah turun
langsung ke bawah (turba) agar dapat menyerap aspirasi dan berkomunikasi secara
langsung dengan warga masyarakat. Kendati harus menggunakan long boat menyusuri sungai, bahkan
sekali waktu mesti menanggalkan sepatunya yang mengkilap berganti sepatu boot saat masuk-keluar kampung dengan
kondisi jalan berliku dan berlumpur, Undunsyah tak ambil peduli.
Gara-gara
kesibukan bergerilya dan cross country,
Undunsyah nyaris tidak punya hari libur bersama keluarga terkasih. Pun demikian
dengan hobi mancing yang sejak dulu dilakoninya sebelum terpilih dan menjabat
Bupati Tana Tidung, kini tak bisa dinikmatinya lagi. Kini waktu Undunsyah lebih
banyak dihabiskan buat mengabdi kepada masyarakat, berada di lapangan untuk
mengawal pembangunan KTT dalam rentang waktu 2010-2015.
Yang terpenting
bagi Undunsyah adalah dia dapat melihat secara langsung kondisi sesungguhnya
yang terjadi di relung-relung masyarakat dan aspirasi yang diinginkan oleh
rakyat Tana Tidung. “Dari situ saya dapat memperoleh gambaran sebelum
menentukan kebijakan apa saja yang akan dilaksanakan guna membangun daerah,”
tuturnya dalam satu kesempatan turba.
Itulah
salah satu langkah awal bagaimana seorang Undunsyah berakrobat guna mempercepat
perubahan KTT menjadi lebih baik daripada kondisi sekarang. Langkah berikutnya
adalah sharing dan berdiskusi dengan
sesama bupati, antara lain Drs. H. Budiman Arifin (Bupati Bulungan) dan H. Udin
Hianggio (Walikota Tarakan). “Buat saya, diskusi dengan para senior hal mutlak
yang harus dilakukan. Karena saya berprinsip di atas langit masih ada langit,”
ujarnya berfilosofi.
Apa yang
dilakukan oleh Undunsyah ini dapat dikatakan di luar kebiasaan seorang kepala
daerah. Kebanyakan kepala daerah hanya menerima laporan dari bawahan. Undunsyah
tak mau asal menerima laporan bawahan tanpa tahu apa yang sesungguhnya terjadi
dan dihadapi warga masyarakat. Bahkan, dia sempat menjadikan rumah pribadinya
di Tarakan sebagai ‘kantor’ kedua pada hari Sabtu dan Ahad untuk berkoordinasi
dengan para pejabat strategis KTT yang kebetulan datang ke Tarakan sampai larut
malam.
Benar,
semangat dan spirit Undunsyah untuk mempercepat pembangunan di Tana Tidung
tidak pernah meredup. Sepanjang hari, yang ada di benaknya adalah bagaimana
langkah mempercepat pembangunan di KTT. Undunsyah menyadari benar bahwa KTT
tidak akan terbangun hanya bermodalkan semangat. Dengan kondisi prasarana dan
sarana yang amat terbatas, KTT membutuhkan dana sangat besar buat
menyejahterakan rakyat. Undunsyah terus melakukan lobi-lobi ke pemerintah pusat
dan pemerintah provinsi agar mengucurkan lebih banyak dana demi percepatan
pembangunan di wilayah yang berbatasan dengan wilayah Sabah (Malaysia) ini.
Walhasil,
dalam tahun pertama dia mengemban amanah Bupati Tana Tidung 2010-2015, Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) KTT mencapai angka yang cukup bersar, yakni
lebih dari Rp800 miliar. Dan di tahun 2012, APBD KTT mencapai angka sekitar
Rp1,5 triliun. Sebuah angka yang relatif besar bagi sebuah kabupaten yang belum
lama terbentuk.
B. Kristalisasi Visi dan Misi Pembangunan
Kendati
berusaha mempercepat pembangunan KTT agar lebih berpengharapan, Undunsyah tidak
mau berjalan tanpa perencanaan dan target pembangunan yang jelas. Untuk itu dia
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) KTT 2010-2014. Dalam hal
ini dia mengedepankan satu filosofi pembangunan yang memiliki cakrawala yang
luas dan mampu menjadi pedoman bagi daerah untuk menentukan visi, misi, dan
arah pembangunan selama lima tahun kepemimpinannya.
Filosofi
pembangunan daerah Kabupaten Tana Tidung digali dari filosofi luhur nenek
moyang masyarakat Tana Tidung yang dikenal dengan Istilah “UPUNTAKA” yang
melahirkan Konsep “PINEKINDI” yang secara filosofis merupakan dasar membangun
dengan pondasi yang kokoh. Secara rinci, PINEKINDI dapat dijabarkan sebagai
berikut:
·
Piawai, berarti
bahwa kinerja aparatur yang bekerja cakap, pandai dan mampu memberikan
pelayanan prima bagi masyarakat.
·
Indah, berarti
bahwa kelestarian dan kebersihan lingkungan bersinergi dengan keindahan alam
merupakan faktor pendukung pariwisata.
·
Ekonomis, berarti
bahwa perhitungan matang dengan ketepatan dan keakuratan yang tinggi berdampak
positif kepada hasil pembangunan yang
tepat sasaran dan dirasakan seluruh kalangan masyarakat.
·
Intelektual, berarti
bahwa pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki akan berjalan optimal dan
berkelanjutan tergantung pada sumber daya manusia yang berkualitas.
·
Dinamis, berarti
bahwa bersemangat dan bergerak cepat memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
·
Mandiri, berarti
bahwa ketekunan, kerja keras dan motivasi tinggi membawa kehidupan masyarakat
yang mampu berpijak di atas kakinya sendiri. Mandiri dimaksudkan berdiri di
atas kemampuan sendiri, bebas dari sifat ketergantungan, tetapi tetap memiliki
keterikatan dengan lingkungan.
Selain filosofi
pembangunan tersebut, untuk mengkristalisasi visi dan misi pembangunan daerah
Kabupaten Tana Tidung, Undunsyah juga memperhatikan beberapa hal penting:
(1) Sebagai
daerah otonomi baru, Kabupaten Tana Tidung saat ini merupakan periode awal
dalam pembangunan 5 (lima) tahun ke depan sehingga belum memiliki acuan dan
data awal pembangunan periode sebelumnya;
(2) Penekanan pembangunan Kabupaten Tana Tidung 5
(lima) tahun ke depan diletakkan pada penguatan peningkatan ekonomi berbasis
masyarakat dengan memanfaatkan potensi agroindustri, perdagangan dan pertanian
dalam rangka mendorong perbaikan kualitas kehidupan warga masyarakat;
(3) Indikator masyarakat Tana Tidung yang maju
terletak pada tatanan kehidupan yang demokratis, berbudaya, religius, sehat dan
cerdas, serta memiliki komitmen untuk maju dan berkembang;
(4) Basis dari masyarakat Tana Tidung yang maju
terletak pada persatuan dan kerukunan antar-umat beragama, antar-etnis maupun
antar-daerah, kesejahteraan yang berkualitas serta menjunjung tinggi kesadaran
masyarakat yang majemuk.
Mengacu
pada permasalahan dan perspektif tersebut, Visi Pembangunan Kabupaten Tana
Tidung 2010–2014 dirumuskan: “MEWUJUDKAN KABUPATEN TANA TIDUNG SEBAGAI SENTRA
AGROINDUSTRI PERTANIAN DAN PERIKANAN BERBASIS MASYARAKAT”.
Visi ringkas
nan padat tersebut mengandung pengertian dan makna dari beberapa kata kunci,
antara lain:
Sentra Agroindustri, sebuah
kegiatan dengan ciri: (a) meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan produk
yang dapat dipasarkan, digunakan atau dikonsumsi, (c) meningkatkan daya simpan,
dan (d) menambah pendapatan dan keuntungan produsen. Pengembangan agroindustri
dengan bahan baku yang tersedia dalam jumlah dan waktu yang sesuai, merupakan
syarat kecukupan untuk berproduksi secara berkelanjutan. Optimalisasi nilai
tambah dicapai pada pola industri yang berintegrasi secara langsung dengan
usaha tani keluarga dan perusahaan pertanian.
Pertanian, berarti bahwa proses
menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara
memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Cakupan obyek pertanian dimaksud
meliputi budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan), kehutanan dan peternakan.
Perikanan, mengandung arti bahwa
proses menghasilkan produk-produk perikanan baik tangkap maupun budidaya --termasuk
peningkatan nilai tambah berbasis teknologi tepat guna-- yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Berbasis Masyarakat, berarti
bahwa pendekatan pembangunan yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran
lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya di mana masyarakat
tersebut terlibat aktif dalam proses pengelolaan sumber daya alam yang
terkandung di dalamnya.
Dari visi
turun ke misi pembangunan. Atas dasar visi yang telah diformulasikan tersebut,
maka Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tana Tidung tahun
2010-2014 mengemban delapan misi, sebagai berikut:
(1) Meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing;
(2) Menyediakan sarana dan prasarana serta
infrastruktur fasilitas umum dan fasilitas sosial;
(3) Memberikan pelayanan publik yang cepat, mudah,
murah, adil dan transparan;
(4) Memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) secara
berkelanjutan;
(5) Mengembangkan budaya dan pariwisata yang
berbasis lokal;
(6) Menjamin keamanan dan masyarakat yang sadar
hukum;
(7) Membangun kemitraan antar-daerah di wilayah
utara Kalimantan Timur;
(8) Mengembangkan agroindustri pertanian dan perikanan.
Berangkat
dari visi dan misi tadi, maka RPJM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2010-2014
menyoroti 8 (delapan) aspek yang menjadi prioritas pembangunan, yaitu: (1)
peningkatan kualitas SDM sehingga bisa menjadi aset utama keunggulan
kompetitif; (2) pembangunan dan perbaikan infrastruktur sarana dan prasarana
untuk menjangkau daerah-daerah yang masih terisolir; (3) memberikan pelayanan
publik yang cepat, murah, mudah, adil dan transparan; (4) pengelolahan dan
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang lestari; (5) mengembangkan
budaya dan pariwisata berbasis lokal; (6) peningkatan keamanan dan ketertiban
masyarakat; (7) membangun kemitraan antar-daerah di wilayah utara Kaltim;
(8) pengembangan Agroindustri dan
pertanian dalam arti luas sehingga dapat menghasilkan produk unggulan yang
mampu bersaing di pasar lokal, nasional, dan internasional.
C. Wujudkan Sentra Agroindustri
Memakmurkan Rakyat
Melakukan city branding Kabupaten Tana Tidung sebagai
“sentra agroindustri pertanian dan perikanan berbasis masyarakat di kawasan
utara Kalimantan Timur” bukanlah pekerjaan gampang. Segudang pekerjaan rumah
harus diselesaikan oleh Undunsyah dengan cara aktif mengawal pelaksanaan RPJM
KTT 2010-2014.
Sebagai seorang
Bupati, Undunsyah adalah pemegang kendali pemerintahan yang mesti cermat dan
teliti mengeluarkan kebijakan dan langkah strategis yang dituangkan ke dalam
delapan misinya tadi.
Pertama, misi Meningkatkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing. Mengapa
Undunsyah menempatkan SDM di urutan pertama sejak awal dirinya dilantik? Pada
dasarnya, kata Undunsyah, manusia lah yang menjadi pelaku dan penentu. Sebab
itu, dibutuhkan SDM yang memiliki moral baik (good morality), kemampuan memimpin (leadership), kemampuan manajerial (managerial skill), dan kemampuan teknis (technical skill). Seorang kepala daerah perlu didukung oleh
aparatur yang mempunyai empat kualifikasi tersebut di berbagai level jabatan
dan fungsi.
Dengan
memiliki SDM berkualitas dan berdaya saing, membuktikan bahwa Bupati Tana
Tidung memiliki komitmen yang sangat kuat untuk menjadikan kualitas SDM dan
kualitas pendidikan, serta kualitas kesehatan yang mandiri di segala bidang
sebagai modal dasar dan andalan dalam mewujudkan apa yang diinginkan masyarakat
Tana Tidung sebagai kabupaten agroindustri modern.
Misi ini
juga membuktikan adanya komitmen yang kuat yang menempatkan manusia dan
masyarakat sebagai tujuan utama pembangunan dalam arti kepentingan masyarakat
secara keseluruhan ditempatkan pada posisi utama dan mendorong masyarakat untuk
menjadi pelaku aktif pembangunan melalui model perencanaan pembangunan
partisipatif (Participatory Planning
Development Model).
Moral yang
baik menjadi prasyarat utama. Karena, tanpa moral yang baik, semua kebijakan,
sistem, program dan kegiatan yang dirancang akan sia-sia. Moral yang baik akan
menghasilkan sebuah pemerintahan yang bersih dari tindakan korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) pada kepentingan pribadi atau golongan tertentu saja. “Dan saya
harus bisa menjadi contoh dan teladan buat anak buah dan jajaran yang terkait
di bawah saya,” aku Undunsyah.
Kedua, misi Menyediakan Sarana dan
Prasarana (Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial). Misi ini membuktikan bahwa
Bupati Tana Tidung memiliki komitmen yang sangat kuat untuk menyediakan dan
mengelola sarana dan prasarana minimal wajib (standar prasarana minimum wajib
yang dibutuhkan masyarakat dan menjadi hak masyarakat). Misi ini juga memperlihatkan
adanya komitmen yang kuat untuk menyediakan layanan minimal wajib atas dasar
prinsip (standar pelayanan minimum) terhadap semua layanan yang diperlukan
masyarakat secara cepat, adil, murah, mudah, merata, dan diberikan dengan
ramah.
Ketiga, misi Memberikan Pelayanan Publik
yang cepat, mudah, murah, adil dan transparan. Misi ini membuktikan bahwa
Bupati Tana Tidung memiliki komitmen yang kuat untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang bisa dinikmati oleh
segenap lapisan masyarakat sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pelayanan
yang merata, cepat, transparan, murah, mudah, dan adil. Arti kata, Pemerintah
Kabupaten Tana Tidung menjamin memberikan pelayanan yang menjadi hak masyarakat
tanpa harus diminta.
Keempat, misi Memanfaatkan dan Memberdayakan
Potensi Sumber Daya Alam (SDA) Secara Lestari. Misi ini membuktikan bahwa
Bupati Tana Tidung memiliki komitmen yang sangat kuat untuk memanfaatkan Sumber
Daya Alam (SDA) dan tata ruang secara bijaksana, adil atas dasar pengelolaan
lingkungan yang bijaksana dan berkelanjutan sesuai dengan pilar-pilar utama
Kabupaten Tana Tidung.
“Saya
berharap sumber daya alam yang ada dikelola untuk kepentingan masyarakat saat
ini dan yang akan datang. Sebab itu, diperlukan pola dan cara pengolahan yang
memperhatikan aspek lingkungan,” tutur Undunsyah.
Kelima, misi Mengembangkan budaya dan
pariwisata yang berbasis lokal. Misi ini membuktikan bahwa Bupati Tana Tidung
memiliki komitmen yang sangat kuat untuk mendorong berkembangnya pariwisata dan
budaya lokal sebagai pilar masyarakat KTT sehingga dapat meningkatkan daya
saing wisata dan budaya lokal di era persaingan global seperti sekarang ini
melalui kebijakan pemberdayaan potensi wisata dan budaya lokal.
Keenam, misi Menjamin Keamanan, Sadar
Hukum, sebagai dasar tercapainya masyarakat yang adil dan sejahtera. Misi ini
membuktikan bahwa Bupati Tana Tidung memiliki komitmen yang sangat kuat untuk
menciptakan kondisi kehidupan yang aman, tertib, dan sadar hukum sebagai modal
untuk mencapai kesejahteraan yang berkeadilan, khususnya masyarakat yang tidak
memiliki akses ekonomi, produksi, dan modal yang merupakan masalah mendasar
yang belum terpecahkan sampai sekarang di Kabupaten Tana Tidung.
Ketujuh, misi Membangun Kemitraan antar-daerah
di wilayah utara Kalimantan Timur. Misi ini membuktikan bahwa Bupati Tana
Tidung memiliki komitmen dan tekad yang sangat kuat untuk membangun kemitraan
dan kerja sama antar-daerah dalam wilayah utara Kaltim pada khususnya dan
Kaltim pada umumnya serta daerah-daerah lain yang dapat menjalin kerja sama
dengan Kabupaten Tana Tidung dalam membantu memajukan masyarakat Tana Tidung.
Komitmen
ini juga membuktikan bahwa Bupati Tana Tidung terus mendorong masyarakat
Kabupaten Tana Tidung untuk berperan serta aktif menjalin kerja sama dan
kemitraan dengan masyarakat antar-daerah di wilayah utara Kaltim dan
daerah-daerah lain yang dapat membantu memajukan masyarakat Tana Tidung.
Dan kedelapan, misi Membangun dan
Memberdayakan Sentra Agroindustri dalam arti luas, yang meliputi pertanian
tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, kehutanan dan perikanan. Misi
ini membuktikan bahwa Bupati Tana Tidung memiliki komitmen yang sangat kuat
untuk menjadikan Kabupaten Tana Tidung sebagai kabupaten agroindustri modern,
perdagangan modern (Modern Business
Society) dan jasa (Services),
dengan mendorong skala ekonomi, pertumbuhan, investasi, dan pemerataan, serta
pemberdayaan ekonomi lokal berupa pemberian peluang dan kesempatan yang sama
kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi.
Ihwal
keberadaan Sentra Agroindustri, Undunsyah menjelaskan, sentra ini diupayakan
untuk: meningkatkan nilai tambah; menghasilkan produk yang dapat dipasarkan, digunakan atau dikonsumsi;
meningkatkan daya simpan; serta menambah pendapatan dan keuntungan produsen. Pengembangan
agroindustri dengan bahan baku yang tersedia dalam jumlah dan waktu yang sesuai
merupakan syarat kecukupan untuk berproduksi secara berkelanjutan. Optimalisasi
nilai tambah pada pola industri yang berintegrasi langsung dengan usaha tani
keluarga dan perusahaan pertanian.
Dalam hal
pertanian, berarti bahwa proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta
produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan
hewan. Cakupan obyek pertanian dimaksud meliputi budidaya tanaman (termasuk
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan), kehutanan dan peternakan.
Untuk
perikanan berarti bahwa proses menghasilkan produk-produk perikanan baik
tangkap maupun budidaya (termasuk peningkatan nilai tambah berbasis teknologi
tepat guna) yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan
berbasis masyarakat, berarti bahwa pendekatan pembangunan yang meletakkan
pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar
pengelolaannya di mana masyarakat tersebut terlibat aktif dalam proses
pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.
Ya, Pilkada
merupakan milestone atau tahapan
menuju masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Pemahaman yang sama tentang
visi antara masyarakat atau stakeholders,
sebagai penerima mandat dan subyek pembangunan, dan pemerintah sebagai
fasilitator dan penyedia layanan (service
provider), menjadi landasan yang kokoh dan kuat menjamin keberhasilan
implementasi pembangunan. Pemaknaan suatu pembangunan akan membumi (grounded) dan menjangkar (anchored) pada semua pihak yang
berkepentingan terhadap proses pembangunan.
Tentu
harapan itu tidak mudah diwujudkan. Kekuatan visi dan kompetensi kepala daerah
terpilih menjadi salah satu kunci penentu, selain faktor-faktor lain yang juga
cukup berpengaruh. Tantangan terberat bagi kepala daerah terpilih adalah
melaksanakan visi, misi dan janji-janji semasa kampanye, yang hampir semuanya
baik.
Bupati
Undunsyah berusaha mewujudkan visi dan misinya yang telah tertuang dalam cetak
biru-nya selama memimpin Kabupaten Tana Tidung. Dan orang pun mengenal
Kabupaten Tana Tidung dengan city brand
“Sentra agroindustri pertanian dan perikanan berbasis masyarakat di kawasan
utara Kalimantan Timur”.
Semua itu
dapat tercapai bilamana Undunsyah didukung tim kerja (team work) yang kuat dan solid. Sebuah tim aparatur bermental baja
sebagai pelayan masyarakat yang baik dan mumpuni. Termasuk kultur kerja yang
proaktif dan cepat tanggap terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat. Pun
demikian, masyarakat KTT mesti memberikan dukungan penuh bagi terciptanya iklim
kerja aparatur yang benar-benar melayani. Sehingga, meminjam ujaran Presiden
Amerika Serikat 1861-1865 Abraham Lincoln, ladang pengabdian seorang Undunsyah
betul-betul bertumpu pada prinsip dari, oleh dan untuk rakyat. ***
No comments:
Post a Comment