Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa diwajibkan atas Rasulullah Saw. untuk mendirikan shalat sebanyak lima puluh kali dalam sehari semalam. Kemudian bilangan itu dikurangi hingga hanya menjadi lima kali dalam sehari. Ketahuilah wahai Muhamad, bahwa bilangan itu sudah tidak bisa dirubah lagi. Dan, pahala shalat pada bilangan lima ini sama dengan pahala shalat yang ada pada bilangan lima puluh.” (HR. Imam Ahmad, Imam Nasa’i dan Imam Tirmidzi).
Diriwayatkan juga dari Amru bin
Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Perintahkanlah
putra-putri kalian untuk mendirikan shalat saat mereka sudah mencapai umur
tujuh tahun. Dan berikanlah pelajaran – jika mereka tidak mengerjakan shalat – pada saat mereka sudah berumur
sepuluh tahun. Serta
ajarkan juga
pada mereka untuk tidur sendiri.” (HR. Imam Ahmad dan Imam Abu Daud).
Pembagian
Waktu Shalat
Diriwayatkan dari Jabir bin
Abdullah r.a. bahwa Rasulullah Saw. didatangi oleh Jibril a.s (pada waktu
dzuhur). Jibril a.s berkata, “Berdirilah dan shalatlah pada
waktu ini.” Rasulullah Saw. pun lalu shalat
dzuhur sampai matahari mulai menjauh – tidak
lagi tepat di atas kepala. Kemudian Jibril a.s mendatangi lagi Rasulullah Saw. pada waktu ashar,
lalu berkata, “Berdirilah dan shalatlah.” Rasulullah
Saw. pun shalat ashar pada waktu itu, yaitu waktu dimana ukuran panjang
bayangan segala sesuatu sama persis dengan aslinya. Lalu Jibril a.s mendatangi Rasulullah
Saw. di waktu maghrib, dan
berkata, “Berdirilah dan
laksanakanlah shalat.” Rasulullah Saw. pun melaksanakan shalat maghrib ketika matahari
telah terbenam.
Kemudian Jibril a.s. datang lagi
pada waktu isya’ dan berkata, “Berdirilah dan kerjakanlah shalat.” Rasulullah
Saw. pun mendirikan shalat isya’ ketika cahaya matahari telah
benar-benar hilang. Lalu kemudian Jibril a.s mendatangi lagi Rasulullah Saw. pada waktu subuh
dan berkata, “Bangunlah dan dirikanlah shalat.”
Rasulullah Saw. lantas
bergegas
mendirikan shalat subuh ketika langit mulai berkilat (tidak hitam pekat lagi). (HR.
Imam Ahmad, Imam Nasa’i dan Imam Tirmidzi).
Diriwayatkan pula dari ‘Aqabah bin
‘Amir r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Ketahuilah bahwa umatku akan
senantiasa berada pada kebaikan selama mereka tidak mengakhirkan shalat maghrib
hingga mulai nampak bintang-gumintang.” (HR. Imam Ahmad dan Imam Abu Daud).
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a.
bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “ketika kilatan mega merah di langit
menghilang, maka shalat (isya’) telah wajib.” (HR. Imam Darul Quthni).
Diceritakan dari Abu Barzah al-Aslami
bahwa Rasulullah Saw. menyarankan untuk sedikit mengakhirkan shalat isya’
ketika kaum muslimin masih berdoa hingga hari benar-benar gelap. Dan Rasulullah
Saw. tidak menyukai tidur sebelum hari benar-benar gelap (sebelum melaksanakan shalat
isya).” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
Diceritakan pula dari Ibnu Mas’ud
r.a. bahwa Rasulullah Saw. memberikan peringatan kepada kita untuk tidak
terlalu lama mengobrol (berbincang-bincang) setelah shalat isya’.” (HR. Imam Ibnu Majah).
Pelurusan
Barisan dalam Shalat
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
“Samakanlah (luruskanlah) barisan shalat kalian. Karena
sesungguhnya menyamakan (meluruskan) barisan merupakan sebagian dari sifat
kesempurnaan shalat.”
Dalam riwayat lain, dari al-Nu’man bin
Basyir r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw. selalu mengatur barisan kami sebelum
mendirikan shalat. Ketika barisan kami telah sama
(lurus), barulah beliau
takbir. (HR.
Imam Abu Daud).
Tumakninah
(Diam Sejenak) dalam Gerakan Shalat
Diriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a. bahwa “Suatu ketika, Rasulullah Saw. memasuki masjid. Tak selang beberapa
lama, ada seorang pria yang memasuki
masjid, lalu ia pun shalat. Kemudian setelah selesai, ia mendatangi Rasulullah
Saw. dan
mengucapkan
salam kepadanya.
Rasulullah Saw. tak
menjawab salamnya, seraya bersabda, “Kembalilah, dan shalatlah. Karena
sesungguhnya engkau belum shalat.” Pria itu pun lalu shalat lagi. Setelah selesai, ia mendatangi Rasulullah Saw. dan
mengucapkan salam kepadanya.
Rasulullah Saw. bersabda
lagi, “Kembalilah, dan shalatlah lagi.
Karena sesungguhnya engkau belum benar-benar shalat.”
Kejadian ini terjadi sebanyak tiga kali.
Lalu Rasulullah Saw. bersabda,
“Jika engkau hendak mendirikan shalat, maka bertakbirlah, lalu bacalah
ayat-ayat al-Qur’an yang mudah. Kemudian rukuklah sehingga engkau dapat
memaknai gerakan rukukmu dengan diam sejenak agar engkau benar-benar rukuk.
Lalu berdirilah dan diam sejenak pahami i’tidalmu agar engkau benar-benar berdiri
dengan tegak. Kemudian sujudlah, hayati makna sujud dengan diam sejenak agar
engkau telah benar-benar bersujud. Lalu bangunlah dari sujud, sempurnakan
kondisi dudukmu agar engkau benar-benar dalam posisi duduk yang sempurna.
Kemudian lanjutkan sujudmu, hayati makna sujud dengan diammu sejenak agar engkau benar-benar dalam
posisi bersujud. Lakukanlah semua tata-cara ini
dalam setiap shalatmu.”
Tata-Cara
Melakukan Ibadah Shalat
Diriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a. bahwa “Ketika Rasulullah Saw. mendirikan shalat beliau awali dengan ucapan
takbir. Lalu beliau bertakbir lagi ketika rukuk, seraya mengucapkan, “Sami’allahu Liman Hamidah.” Ketika beliau bangkit dari rukuknya, beliau mengucapkan, “Rabbana wa Laka al-Hamdu.” Kemudian beliau bertakbir ketika akan
melakukan sujud. Lalu beliau bertakbir lagi ketika mengangkat kepalanya
(bangun dari sujud). Kemudian beliau bertakbir lagi lalu sujud kembali. Kemudian bertakbir lagi ketika mengangkat
kepalanya (bangun dari sujud). Beliau melakukan semua tata-cara ini dalam
setiap gerakan shalatnya sampai beliau
benar-benar menyelesaikan shalatnya. Dan beliau
pun bertakbir ketika hendak berdiri dari duduk selepas sujud (setelah melakukan
sujud kedua pada shalat yang lebih dari dua rakaat).
Diriwayatkan dari sahabat Anas r.a
bahwa Rasulullah Saw. dalam shalatnya setelah bertakbir beliau diam sejenak sebelum membaca surat al-Fatihah. Suatu ketika, aku
menanyakan hal itu kepadanya, “Wahai Rasulullah Saw., demi ayah dan ibuku, apakah
aku telah benar-benar menyaksikan bahwa engkau diam sejenak diantara takbiratul
ihram dan sebelum membaca surat al-Fatihah? Apa yang engkau baca wahai Rasulullah
Saw.? Rasulullah Saw. menjawab, “Yang aku baca adalah
untain doa:
اللهم بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كما بَاعَدْتَ بين الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ . اللهم نَقِّنِي من الْخَطَايَا كما يُنَقَّى الثَّوْبُ
الْأَبْيَضُ من الدَّنَسِ . اللهم اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ
وَالْبَرَدِ
“Ya Allah Ya
Tuhanku, Jauhkanlah antara aku dengan kesalahan-kesalahanku sebagaimana telah
Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah Ya Tuhanku, murnikan dan
sucikanlah diriku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana halnya baju putih yang
telah disucikan dari bercak-bercak kotoran. Ya Allah Ya Tuhanku, basuhlah
kesalahan-kesalahanku dengan menggunakan air, salju dan air yang dingin.” (HR. Mutafaq ‘Alaih, selain Imam Tirmidzi).
Diriwayatkan pula dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang mendirikan shalat
dan tidak membaca surat al-Fatihah, maka shalatnya tidaklah sempurna.” Dan Rasulullah
Saw. mengatakan hal ini sebanyak tiga kali. Abu Hurairah r.a sendiri pernah
diberitahu oleh seseorang bahwa suatu ketika ia berada di belakang sang imam,
dan imam tadi pun mengatakan kepadanya, “Bacalah al-Fatihah dalam batinmu.
Karena sesungguhnya aku telah mendengar bahwa Rasulullah Saw. Saw. bersabda:
“Allah Swt. telah berfirman, “Aku bersumpah bahwa shalat
merupakan hubungan perantara paling istimewa antara Aku dengan para hamba-Ku. Dan untuk para hamba-Ku, akan Aku kabulkan semua permintaannya. Maka ketika seorang
hamba membaca:
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala puji
hanyalah milik Allah semata, Tuhan penguasa alam jagad raya.”
Allah Swt. berfirman, “Hambaku telah benar-benar memuji
dan bersyukur kepa-Ku.” Lalu ketika seorang hamba membaca:
الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
“Yang Maha Pemurah, lagi Maha
Penyayang.”
Allah Swt berfirman,”Hamba-Ku
telah benar-benar memuji-Ku.” Ketika seorang hamba membaca:
مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ
“Yang menguasai (pemilik) hari pembalasan.”
Allah Swt. berfirman, “Hamba-Ku telah benar-benar
mengagungkan-Ku.” Ketika seorang hamba membaca:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkau lah kami
menyembah, dan hanya kepada Engkau lah kami memohon pertolongan.”
Allah Swt. berfirman, “Inilah hubungan atau jalinan
kasih sayang antara Aku dengan para hamba-Ku. Dan untuk para hamba-Ku, akan Aku kabulkan semua
permintannya.” Dan ketika seorang hamba membaca:
اهدِنَا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ صِرَاطَ
الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
“Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Maka Allah Swt. berfirman, “Aku akan mengabulkan permintaaan
para hamba-Ku dalam segala hal yang mereka
minta.”
Diriwayatkan juga dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Jika seorang imam sampai pada
bacaan, “Ghairil Maghdhubi ‘Alaihim Wala al-Dhâllin”, maka sahutlah
dengan bacaan, “Âmin.” Ketahuilah, karena ucapan seorang hamba – dalam posisi ini – adalah sama halnya dengan yang
diucapkan oleh para malaikat. Dan, ia akan diampuni dari segala dosa-dosanya.”
Diceritakan dari Ibnu Mas’ud r.a.
bahwa ketika pertama kali dirinya melaksanakan shalat, ia meletakkan tangan
kirinya di atas tangan kanannya. Ternyata Rasulullah Saw. melihatnya. Beliau segera membenarkan dan meletakkan tangan kanannya di atas
tangan kirinya.
(HR. Imam Abu Daud,
Imam Nasa’i dan Imam Ibnu Majah).
Diriwayatkan pula dari al-Bara bin
‘Azib r.a. bahwa “Suatu ketika, kami shalat di belakang Rasulullah Saw. Ketika beliau
mengucapkan, “Sami’a Allahu Liman Hamidah.” tidak satupun dari
kami yang membengkokkan punggungya (untuk bersujud) sampai Rasulullah Saw. benar-benar
telah meletakkan keningnya di atas bumi (berada dalam posisi sujud yang
sempurna).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Tidakkah kalian khawatir, jika kalian
mengangkat kepala sebelum imam melakukannya (mendahului gerakan imam), maka Allah
Swt. akan menjadikan kepalanya seperti kepala keledai.”
Diceritakan dari Uqbah bin ‘Amir r.a. bahwa ketika ia
membaca:
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ
“Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Maha
Agung.”
Maka Rasulullah Saw. berkata
kepada kami, “Jadikanlah itu sebagai bacaan dalam rukuk kalian.” Dan ketika
kami membaca:
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى
“Sucikanlah nama Tuhanmu yang
Maha Tinggi.”
Rasulullah Saw. berkata, “Jadikanlah itu sebagai bacaan
dalam sujud kalian.” (HR. Imam Ahmad, Imam Abu Daud dan Imam
Ibnu Majah).
Diceritakan dari Hudzaifah r.a. bahwa
ketika ia shalat bersama Rasulullah Saw., dalam rukuknya beliau membaca:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ
“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung.”
Dan dalam sujudnya beliau membaca:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi.”
Dan ketika Rasulullah Saw. membaca
ayat-ayat tentang rahmat, beliau pasti berhenti sejenak dan berdoa meminta
kebaikan. Ketika beliau membaca
ayat-ayat yang menceritakan
tentang adzab, beliau pasti berdoa untuk meminta perlindungan.
Diriwayatkan dari ‘Aun bin
Abdillah bin Atabah dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Jika
kalian rukuk, maka bacalah, “Subhana Rabbiyal ‘Adzimi”, sebanyak tiga
kali. Jika kalian melakukan ini, ketahuilah rukuk kalian telah sempurna. Dan
ketika kalian sujud, maka bacalah, “Subhana Rabbiyal ‘A’la”, juga
sebanyak tiga kali. Jika kalian melakukannya, ketahuilah sujud kalian juga telah
sempurna.”
Diriwayatkan pula dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Jika sang imam mengucapkan:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
“Allah Swt. benar-benar telah mendengar orang yang
memujinya.”
Maka bacalah:
اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَ لَكَ الْحَمْدُ
“Ya Allah Ya Tuhan kami, hanya untuk-Mu lah
semua pujian.”
Ketahuilah, karena ucapan seorang hamba – dalam posisi ini – adalah sama halnya dengan yang
diucapkan oleh para malaikat. Dan, segala dosa-dosanya di masa lalu akan
diampuni.”
Diceritakan juga dari Ibnu Abbas
r.a. bahwa “Suatu ketika Rasulullah Saw. membuka tirai yang pada saat itu para
jamaah berada di belakang Abu Bakar. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda,“Wahai
para sahabatku, sesungguhnya tidak ada yang melebihi kabar bahagia dalam
risalah kenabian kecuali hal-hal yang menurut kalian sendiri dipandang baik. Ingatlah, aku dilarang membaca al-Qur’an
ketika
aku dalam posisi
rukuk atau pun sujud. Ketika kalian rukuk, agungkanlah
Tuhanmu. Dan ketika kalian sujud, berdoalah dengan sungguh-sungguh. Semoga apa
yang kalian minta, semuanya dikabulkan oleh Allah Swt.” (HR. Imam Ahmad, Imam Muslim, Imam Nasa’i
dan Imam Abu Daud).
Diceritakan pula dari Abu Hurairah
r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Allah Swt. tidak akan melihat (menerima) shalat
seseorang, jika ia tidak menyempurnakan tulang punggungnya agar benar-benar
tegak diantara gerakan rukuk dan sujudnya.” (HR.
Imam Ahmad).
Diceritakan dari Ibnu Abbas r.a.
bahwa ketika Rasulullah Saw. berada pada posisi duduk diantara dua sujud, beliau membaca:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي
وَارْزُقْنِي
“Ya Allah, ampunilah segala
dosa-dosaku, sayangilah aku, cukupkanlah segala kekuranganku, berikanlah
petunjuk kepadaku, dan lapangkanlah rezekiku.” (HR. Imam Tirmidzi dan Imam Abu
Daud).
Hanya
saja, Imam Abu Daud dalam riwayatnya mengatakan “Wa ‘Afini (وَعَافِنِي) berilah kesehatan kepadaku” sebagai pengganti kata “Wajburni
(وَاجْبُرْنِي) cukupkanlah segala kekuranganku.”
Dan
dikisahkan dari Abdullah bin al-Zubair bahwa “Ketika Rasulullah Saw. sedang
berada pada posisi duduk tasyahhud, beliau meletakkan tangan kananya di atas paha
kanannya, dan meletakkan tangan kirinya di atas paha kirinya. Beliau juga memberikan
isyarat dengan jari telunjuknya. Dan penglihatan beliau pun fokus pada isyarat jari telunjuknya tersebut.”
(HR. Imam Ahmad, Imam Nasa’i dan Imam Abu Daud).
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a.
bahwa, “Rasulullah Saw. telah mengajarkan kepadaku bagaimana tata-cara dalam
tasyahhud. Beliau juga mengajarkan kepadaku apa yang
dibaca saat dalam posisi tasyahhud:
التَّحِيَاتُ لِلّهِ , وَالصَّلَوَاتَ وَالطَّيِبَاتُ لِلّهِ
, السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِي الْكَرِيْم وَرَحْمَةُ اللهِ
وَبَرَكَاتُه , السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ ,
أَشْهَدُ أَن لآ اِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنِّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
“Segala
kehormatan bagi Allah, serta segala kebahagiaan dan kebaikan .Semoga keselamatan atasmu wahai Nabi Muhamad Saw. serta rahmat-Nya dan barakah-Nya. Semoga keselamatan atas kami, dan atas hamba-hamba Allah yang shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah hamba dan rasul-Nya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
Dalam redaksi lain, Rasulullah Saw. bersabda, “Jika kalian dalam posisi duduk saat shalat (duduk
tasyahhud), maka bacalah, “Attahiyâtu Lillah...”
Dalam redaksi lain, juga disebutkan bahwa ketika
kalian membaca:
وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
“Semoga keselamatan atas hamba-hamba Allah yang shaleh.”
Ketahuilah, sejatinya kalian telah memberikan salam kepada semua
hamba Allah Swt. yang shaleh yang ada di bumi dan di langit.
Dalam redaksi riwayat Imam Ahmad, dari Abu Ubaidah r.a. dari
Abdullah r.a. bahwa Rasulullah Saw. mengajarkan kepada Ibnu Mas’ud mengenai bacaan yang seharusnya diucapkan saat sedang tasyahhud.
Dan, Rasulullah Saw. pun memerintahkanya
utuk mengajarkan “Attahiyat Lillah” kepada semua umat muslim.
Imam Tirmidzi memberikan komentar bahwa hadits
yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. merupakan hadits paling shahih yang mengulas tentang bacaan dalam tasyahhud.
Dan, inilah yang diamalkan oleh
mayoritas sahabat, tabi’in dan para ahli ilmu.
Beberapa
Doa yang sangat
Dianjurkan oleh Rasulullah
Saw.
Rasulullah Saw. selalu berdoa
kapanpun dan di manapun. Berikut beberapa waktu dan lantunan doa yang beliau ajarkan kepada umatnya.
Diceritakan dari Abu Umamah bahwa “Suatu
hari Rasulullah Saw. ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah Saw., dari
sekian banyak waktu, pada waktu kapankah doa seorang hamba itu lebih didengar
oleh Allah Swt.? Rasulullah Saw. menjawab, “Sepertiga malam dan setelah
melaksanakan shalat wajib.” (HR. Imam Tirmidzi).
Dikisahkan juga dari Abu Hamid r.a.
dan Abu Sa’id r.a. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Barang siapa diantara
kalian yang hendak memasuki masjid, maka ucapkanlah:
اللَّهُمَّ افْتَحْ لَنَا أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
“Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu untuk kami.”
Dan ketika hendak keluar dari
masjid, maka bacalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ
“Ya Allah, sesungguhnya aku benar-benar memohon (segala sesuatu)
dari keutamaan-Mu.” (HR. Imam Ahmad, Imam Nasa’i, Imam Muslim dan Imam Abu Daud).
Diceritakan pula dari Fatimah al-Zahra r.a. bahwa “Ketika Rasulullah Saw. hendak masuk
ke dalam masjid, beliau membaca:
بِسْمِ اللهِ وَ السَّلَامُ عَلَى
رَسُوْلِ اللهِ , اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوْبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ
رَحْمَتِكَ
“Dengan menyebut nama Allah, dan shalawat atas utusan-Nya, ya Allah
ampunilah segala dosa-dosaku dan bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu untukku.”
Dan ketika beliau hendak keluar dari masjid, beliau membaca:
بِسْمِ اللهِ وَ السَّلَامُ عَلَى
رَسُوْلِ اللهِ , اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوْبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ
فَضْلِكَ
“Dengan menyebut nama Allah, dan shalawat atas utusan-Nya, ya Allah
ampunilah segala dosa-dosaku dan bukakanlah pintu-pintu keagungan-Mu untukku.” (HR. Imam Ahmad dan Imam Ibnu
Majah).
Dalam riwayat lain, “Suatu hari, sahabat
Muadz bin Jabal r.a. menemui Rasulullah Saw. Lalu ia diberi wasiat olehnya dengan bersabda, “Aku akan wasiatkan doa-doa
kepadamu, maka bacalah doa-doa tersebut dalam setiap shalatmu:
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ ، وَحُسْنِ
عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, jagalah aku agar senantiasa selalu mengingat-Mu, agar
senantiasa selalu bersyukur kepada-Mu serta senantiasa selalu dapat memberikan
ibadah terbaik kepada-Mu.” (HR.
Imam Ahmad, Imam Nasa’i dan Imam Abu Daud).
Dikisahkan pula dari sayidah Aisyah
r.a. bahwa suatu malam ia tidak mendapati Rasulullah Saw. pada ranjangnya. Ketika ia sadar ternyata Rasulullah
Saw. sedang bersujud. Dalam sujudnya beliau berdoa:
رَبِّ أَعْطِ نَفْسِي تَقْوَاهَا ، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ
مَنْ زَكَّاهَا ، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاهَا
“Ya Allah Ya Tuhanku, berikanlah ketakwaan pada jiwaku. Sucikan ia karena Engkaulah Dzat
Yang Maha Suci yang paling baik dan berhak untuk mensucikannya. Engkaulah
Penjaganya, serta Engkaulah Pemilik sejatinya.”
Diceritakan dari Ibnu Abbas r.a.
bahwa Rasulullah Saw. ketika shalat, dalam sujudnya beliau membaca:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا وَفِي بَصَرِي نُورًا
وَفِي سَمْعِي نُورًا وَفِي لِسَانِي نُورًا وَعَنْ يَمِينِي نُورًا وَعَنْ
يَسَارِي نُورًا , اللَّهُمَّ وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِي نُورًا وَمِنْ تَحْتِي
نُورًا وَاجْعَلْ أَمَامِي نُورًا وَمِنْ خَلْفِي نُورًا , اللَّهُمَّ وَأَعْظِمْ
لِي نُورًا
“Ya Allah, jadikanlan (berikanlah) cahaya pada lubuk hatiku, cahaya pada penglihatanku, cahaya
pada pendengaranku , cahaya pada ucapanku, cahaya pada bagian kananku dan
cahaya pada bagian kiriku. Ya Allah, jadikanlah (berikanlah) cahaya pada sisi
atasku, cahaya pada sisi bawahku, cahaya di hadapanku, dan cahaya di
belakangku. Ya Allah, muliakanlah aku dengan cahaya-cahaya(Mu).”
Dan diceritakan pula dari al-Mughirah
bin Sya’bah r.a. bahwa Rasulullah Saw. setiap selesai mendirikan shalat wajib, beliau
selalu berdoa:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ , لَهُ
الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ , وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ . اللَّهُمَّ لَا
مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ , وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ , وَلَا يَنْفَعُ ذَا
الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ .
“Tidak ada Tuhan kecuali Allah
sendiri, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nyalah kerajaan, dan bagi-Nyalah
segala pujian. Wahai Allah! Tak ada yang dapat mencegah terhadap apa yang
telah Engkau berikan. Tak ada yang dapat memberikan terhadap apa yang
telah Engkau cegah. Dan kemuliaan seseorang tak berguna baginya, hanya
dari Engkaulah kemuliaan itu.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Diceritakan dari Abdullah bin Umar
r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Ada dua hal yang bisa dijadikan sebagai
sebuah kebiasaan. Jika keduanya tersebut dilakukan oleh
seorang muslim secara istiqamah, ia akan masuk surga. Dua
perkara ini sangat mudah dan ringan. Hanya
saja, sangat sedikit yang melakukannya. Dua diantaranya adalah membaca tasbih, takbir, dan tahmid
masing-masing sebanyak sepuluh kali setiap selesai shalat.”
Lalu sahabat Abdullah bin Umar
berkata, “Sesungguhnya aku sendiri telah melihat Rasulullah Saw. menghitung
dengan tangannya masing-masing semuanya berjumlah sebanyak seratus lima puluh
kali yang diucapkan dengan lisan. Dan itu semua berubah menjadi sebanyak seribu
lima ratus pahala dalam timbangan (di akhirat nanti). Ketika Rasulullah Saw. hendak
tidur, beliau membaca tasbih, tahmid dan takbir sebanyak seratus kali, dan itu
berarti sama halnya mendapatkan pahala seribu kali di hari kiamat nanti.”
Dikisahkan pula dari Sa’ad bin Abi
Waqash r.a. bahwa ia mengajarkan kepada anak-anaknya tentang lantunan doa-doa,
sebagaimana para guru yang mengajarkan kepada murid-muridnya tentang bagaimana
caranya menulis. Dia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. setiap selesai shalat beliau pasti membaca:
للَّهُمَّ إنِّي أعُوذُ بِكَ مِنَ البُخْلِ، وَأَعوذُ بِكَ
مِنَ الجُبْنِ، وَأعُوذُ بِكَ أنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ العُمُرِ، وَأعُوذُ بِكَ
مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ
“Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu
dari sifat bakhil (pelit), aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut, aku
berlindung kepada-Mu dari umur yang terbuang begitu saja (tidak bermanfaat),
aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlindung kepada-Mu dari
siksa kubur.” (HR.
Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi).
Diriwayatkan juga dari Abu Bakar al-Shidiq
r.a. bahwa ia telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. sebuah doa yang harus
senantiasa ia baca dalam shalat. Doa tersebut adalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، وَلَا
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ. فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ،
وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Ya
Allah!
Sesungguhnya aku ini adalah seorang hamba yang selalu mendzalimi diriku
sendiri. Dan tidak ada Dzat Yang Maha Memaafkan segala bentuk dosa kecuali
hanya Engkau semata. Maka aku mohon ampunilah segala dosa-dosaku, dan berilah
aku kasih saying-Mu. Karena sesungguhnya hanya Engkaulah Dzat Yang Maha Memberi
Maaf lagi Maha Penyayang.” (HR.
Muttafaq ‘Alaih).
Dikisahkan juga dari Syadad bin
Aus r.a. bahwa Rasulullah Saw. dalam shalatnya selalu berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ، وَالْعَزِيمَةَ
عَلَى الرُّشْدِ، وَأَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ،
وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ، وَحُسْنَ عِبَادَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ قَلْبَاً
سَلِيمَاً، وَلِسَانَاً صَادِقَاً، وَأَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ،
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تَعْلَمُ،
إِنَّكَ أنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ
“Ya
Allah! Aku
memohon kepada-Mu agar senantiasa diberikan hidayah dalam setiap urusanku,
senantiasa diberi petunjuk, serta senantiasa selalu mendapatkan ampunan-Mu. Aku
memohon kepada-Mu rasa syukur atas nikmat-Mu dam kebaikan ibadahku kepada-Mu.
Aku memohon (diberikan) hati yang suci, dan lisan yang jujur. Aku memohon
kepada-Mu atas kebaikan segala sesuatu yang Engkau ketahui, dan aku berlindung
kepada-Mu dari hal-hal buruk yang Engkau ketahui. Serta aku memohon ampun
kepada-Mu atas segala hal yang Engkau ketahui, karena sesungguhnya hanya
Engkaulah Dzat Yang Maha Mengetahui apa-apa yang tidak kasat mata (ghaib).” (HR. Imam Nasa’i).
Diriwayatkan dari Aisyah r.a.
bahwa Rasulullah Saw. dalam rukuk dan sujudnya selalu memperbanyak bacaan doa:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا
وَبِحَمْدِكَ , اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي .
”Maha suci Engkau ya Allah, Tuhan kita dan atas sifat terpuji-Mu, ampunilah segala dosa-dosaku.”
Dalam riwayat lain, diceritakan dari Aisyah r.a. bahwa suatu
malam ia tidak mendapati Rasulullah Saw. berada di atas ranjangnya. Ternyata Rasulullah
Saw. sedang bersujud, dan dalam sujudnya beliau berdoa:
اللهمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ،
وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ ، وَأعُوذُ بِكَ مِنْكَ لا أُحْصِي ثَنَاءً
عَلَيكَ ، أنْتَ كَمَا أثْنَيْتَ عَلَى نَفسِكَ
“Ya
Allah! Dengan
ridla-Mu, aku berlindung dari kemarahan-Mu. Dengan kemurahan-Mu, aku
berlindung dari siksa-Mu. Dan dengan (nama)-Mu, aku berlindung dari-(murka)Mu.
Tidak akan pernah dapat aku hitung pujian atas diri-Mu (pujianku tidak akan
pernah setara dengan nikmat-nikmat yang telah Engkau berikan). Karena
sesungguhnya, Engkau adalah seperti apa yang telah Engaku puji atas diri-Mu sendiri.” (HR. Imam Tirmidzi).
Beberapa
Saran Rasulullah Saw. dalam Ibadah Shalat
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.
bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Jika kalian menjadi imam shalat bersama para
jama’ah, maka ringankanlah shalat kalian. Karena sebagian dari mereka ada yang sudah lemah, ada
yang masih kecil dan ada pula yang sudah tua. Namun, jika kalian shalat sendirian, maka panjangkanlah shalat
kalian sebagaimana yang kalian kehendaki.”
Diriwayatkan pula dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya aku
dalam shalatku selalu ingin melamakannya. Namun, ketika aku mendengar tangisan bayi, aku pun sedikit
lebih mempercepatnya. Karena aku tahu bahwa seorang ibu akan sangat tersiksa
jika ia mendengar tangisan anaknya.”
Dan, diriwayatkan dari Abu Ma’ud al-Anshari
r.a. bahwa suatu hari seorang pria mendatangi Rasulullah Saw. dan berkata,
“Wahai Rasulullah Saw., demi Allah aku akan senantiasa datang terlambat dalam shalat
karena Fulan (sang imam) selalu lama dan memanjangkan bacaan shalatnya.” Pria
itu pun berkata bahwa ia tidak pernah melihat Rasulullah Saw. semarah itu
ketika beliau memberikan mauidhah hasanah seperti dalam kasus
ini. Rasulullah Saw. bersabda, “Wahai para imam shalat, ketahuilah bahwa beberapa orang
dari jama’ah kalian pasti ada yang sedang dalam ketergesa-gesaan. Oleh karena
itu, shalatlah sebagaimana mestinya dan jangan engkau lama-lamakan. Karena beberapa
dari para jama’ah ada yang masih kecil, ada yang sudah lemah dan bahkan ada
yang masih memiliki urusan lain.”
Wanita
dan Masjid
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. bahwa
Rasulullah Saw. besabda, “Jika istri kalian meminta izin untuk pergi ke masjid,
maka izinkanlah. Karena kalian tidak diperkenankan untuk melarangnya.”
Pahala
Membangun Masjid
Diriwayatkan dari Usman bin Affan
r.a. bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang
membangun masjid karena Allah, niscaya Allah akan membangunkan untuknya tempat
yang istimewa di surga nanti.”
No comments:
Post a Comment