Menyebut nama Pantai Parangtritis (Bantul, DI Yogyakarta), benak
kita langsung melayang pada pemandangan matahari terbenamnya yang romantis di
kala senja dan mitos Nyai Rara Kidul. Banyak orang percaya Pantai Parangtritis
adalah gerbang kerajaan gaib Nyai Rara Kidul yang menguasai laut selatan.
Selain itu Parangtritis juga dikenal dengan ombak besar dan bukit-bukit pasirnya, atau biasa disebut
gumuk. Pada musim kemarau biasanya angin bertiup lebih kencang, dan ombaknya
rata-rata setinggi dua sampai tiga
meter. Sebagai kawasan wisata, Parangtritis dikelola cukup baik oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Bantul. Mulai dari
fasilitas penginapan sampai pasar yang menjajakan souvernir khas tersedia di
Parangtritis.
Pantai ini hanya 27 km dari Kota Yogya. Untuk mencapai
Parangtritis, Anda dapat menggunakan mobil pribadi atau angkutan umum, yaitu
bus kota. Untuk yang memilih angkutan umum, Anda dapat naik dari Terminal
Umbulharjo. Ada dua pilihan rute: melalui Imogiri-Siluk atau Kretek. Jika Anda
ingin memanjakan mata selama perjalanan pilihlah rute Imogiri-Siluk. Melalui
rute Imogiri-Siluk, Anda akan melewati pemakaman keluarga kerajaan dan disuguhi
pemandangan bukit kapur yang indah dan unik. Tapi jika Anda ingin cepat sampai
ke Parangtritis, pilihlah rute Kretek.
Sebagai lokasi wisata pantai, kerapkali kita mendengar sejumlah
wisatawan hilang terbawa arus laut di Pantai Parangtritis.
Repotnya, orang
kerap pula menghubungkan kasus ini dengan mitos mistis Nyai Rara Kidul. Padahal,
menurut kajian ilmu kebumidan, penyebab utama hilangnya sejumlah wisatawan di
Pantai Parangtritis, Bantul, adalah akibat terseret rip current (arus balik). Dengan kecepatan mencapai 80 kilometer
per jam, arus balik itu tidak hanya kuat, namun juga amat mematikan.
Kepala Laboratorium Geospasial Parangtritis I Nyoman Sukmantalya
mengatakan, sampai sekarang informasi mengenai rip current sangat minim. Akibatnya, masyarakat masih sering
mengaitkan peristiwa hilangnya korban di pantai selatan Yogyakarta dengan
hal-hal yang berbau mistis. Padahal, musibah tersebut dapat dijelaskan secara
ilmiah.
Arus balik merupakan aliran air gelombang datang yang membentur
pantai dan kembali lagi ke laut. Arus itu bisa menjadi amat kuat karena
biasanya merupakan akumulasi dari pertemuan dua atau lebih gelombang datang.
"Bisa dibayangkan kekuatan seret arus balik beberapa kali
lebih kuat dari terpaan ombak datang. Wisatawan yang tidak waspada dapat dengan
mudah hanyut," jelas Nyoman beberapa waktu lalu.
Rapotnya, arus balik terjadi demikian cepat, bahkan cuma dalam
hitungan detik. Pun arus itu bukan hanya berlangsung di satu tempat, melainkan
berganti-ganti lokasi sesuai dengan arah datangnya gelombang yang juga
menyesuaikan dengan arah embusan angin dari laut menuju darat.
Nyoman menerangkan, korban mudah terseret arus balik lantaran
berada terlalu jauh dari bibir pantai. Ketika korban diterjang arus balik,
posisinya akan mudah labil karena kakinya tidak memijak pantai secara kuat. "Gara-gara
terseret secara tiba-tiba dan tidak bisa berpegangan pada apa pun, korban mudah
panik, dan tenggelam karena kelelahan," lanjutnya.
Secara terpisah, Staf Ahli Pusat Studi Bencana Universitas
Gadjah Mada, Djati Mardianto, menambahkan, apabila korban tetap tenang saat
terseret arus, sangat mungkin bisa selamat kembali ke permukaan. "Karena
arus berputar di dasar laut sehingga materi di bawah bisa naik lagi," ujar
Djati.
Setelah mengapung, korban bisa berenang ke tepi laut, atau
membiarkan diri terempas gelombang datang ke arah pantai. Setidak-tidaknya,
korban memiliki kesempatan untuk melambaikan tangan atau berteriak minta
tolong.
Bagaimana dengan korban hilang? Djati menjelaskan, hal itu dapat
terjadi bilamana korban terlalu kuat melawan arus saat berada di dalam air
sehingga urung mengapung. Dan, korban akan semakin jauh terseret arus bawah
laut dan bisa tersangkut karang atau masuk ke dalam patahan yang berjarak sekitar
satu kilometer dari bibir pantai. Di dasar patahan yang kedalamannya mencapai
ratusan meter itu, korban akan semakin sulit bergerak karena ia bercampur
dengan aneka material padat yang terbawa dalam arus.
Korban akan diperlakukan sama seperti material, yakni
diendapkan. Korban baru bisa kembali terangkat ke permukaan jika ada arus lain
yang mengangkat sedimen dari dasar laut. Namun, Dajti mengingatkan, hal itu
butuh waktu lama.
Meski sulit, diperkirakan kedatangannya, arus balik sebenarnya relatif
gampang dikenali. Menurut Nyoman, permukaan arus balik terlihat lebih tenang
daripada gelombang datang yang berbuih. Selain itu, arus balik biasa terjadi di
ujung-ujung cekungan pantai dan warnanya keruh lantaran membawa banyak material
padat dari pantai.
Persoalannya, banyak wisatawan yang justru senang bermain di
pantai yang tenang karena dianggap lebih aman. "Padahal, lokasi tersebut
amat berbahaya," ujar Nyoman mengingatkan.
Sejauh ini, cara terbaik untuk mengurangi risiko bencana
terseret arus di pantai adalah dengan tidak bersikap nekat berenang ke tengah
laut. Pengunjung harus benar-benar mematuhi rambu larangan berenang yang
dipasang tim search and rescue (SAR)
di sepanjang pantai.
Selain itu, kondisi cuaca juga harus dipertimbangkan. Gelombang
laut akan membesar di musim penghujan karena terpengaruh angin barat. Berenang
di laut pada malam hari pun sebisa mungkin dihindari mengingat arus balik akan
menguat akibat pengaruh air pasang.
Menurut kedua pakar geomorfologi pesisir itu, tidak ada pantai
di wilayah DI Yoyakarta yang aman. Semua memiliki potensi arus balik yang kuat.
Bahkan, di sejumlah pantai di Gunung Kidul, arus balik kian diperkuat oleh
buangan air sungai bawah tanah.
Sebaiknya kita mesti memahami benar ihwal penyebab bencana laut akibat
arus balik ini. Ada baiknya pula, informasi disampaikan secara terbuka
lokasi-lokasi strategis Pantai Parangtitis agar wisatawan dapat meningkatkan
kewaspadaan. Bila pila informasi ini dikemas ke dalam leaflet yang berisi penjelasan singkat, harus bagaimana dan di mana
jika ingin mencebur ke laut. * dari berbagai sumber
Tips Aman
dari Arus Balik
· Ketinggian air sepaha orang dewasa sudah cukup bagi
arus balik untuk menyeret orang ke tengah laut. Paling aman, usahakan air hanya
sampai ketinggian mata kaki.
·
Jika terperangkap dalam arus balik ke tengah laut,
jangan mencoba berenang melawan arus (ke tepi pantai).
·
Tenanglah untuk sementara mengikuti arus.
·
Secepat arus balik berada di luar penghalang, atau
kecepatan arus melambat dan kita merasa sedikit bebas dari pergerakan air yang
cepat, berenanglah ke area di sebelah kiri/kanan kita dan baru kemudian
berenang kembali ke arah pantai (atau mengikuti gelombang menuju pantai).
·
Tentu saja kita harus tetap menjaga diri untuk tetap
berada di luar arus balik tersebut.
No comments:
Post a Comment