Ayahnya Jabir adalah seorang syuhada yang meninggal di perang Uhud. Dia meninggalkan utang yang demikian besar. Tetapi berkat keberkahan Rasulullah utang itu dapat terlunasi.
Jabir bin 'Abdullah al-Anshari r.a. berkata, “Ayahku meninggal sebagai
syahid pada perang Uhud dan meninggalkan enam orang anak perempuan serta utang.
Ketika tiba musim panen buah kurma, aku menemui Rasulullah dan berkata, ‘Wahai Rasulullah,
sungguh engkau telah mengetahui bahwa ayahku telah mati syahid di medan perang
Uhud, dan dia meninggalkan utang yang sangat banyak, dan aku suka bila para pemberi
utang itu dapat melihat engkau.’ Beliau berkata, ‘Pegilah kamu ke kebunmu dan
pisahkanlah masing-masing kurma sesuai jenisnya.’ Lalu aku kerjakan perintah Rasulullah
hingga selesai. Setelah itu, aku memanggil beliau. Ketika mereka (pemberi
utang) melihat Rasulullah, mereka segera saja mendesakku untuk melunasi utang
pada saat itu juga.
Tatkala Rasulullah melihat apa yang mereka lakukan kepadaku, beliau
mengelilingi salah satu tempat menebah kurma yang paling besar sebanyak tiga
kali lantas duduk di dekatnya lalu berkata, ‘Panggillah sahabat-sahabatmu.’ Dan
beliau menimbangkan kurma untuk mereka hingga akhirnya Allah menyelesaikan
amanah ayahku. ‘Demi Allah, aku ridha dengan terlunaskannya amanah ayahku dan
aku pulang ke saudara-saudara perempuanku tidak membawa sebutir buah kurma satu
pun. Dan demi Allah, tempat menebah kurma masih utuh seperti sebelumnya seolah
tidak berkurang sebutir.’ Lalu aku memenuhi shalat maghrib bersama Rasulullahdan
dan akupun menceritakan hal itu kepadanya. Beliau hanya tersenyum dan berkata, ‘Temuilah
Abu Bakar dan Umar lalu beritahukan hal itu kepada keduanya.’ Ketika aku
memberitahukan hal itu kepada keduanya, mereka berkata, ‘Sungguh kami telah
tahu bahwa bila Rasulullah berbuat pasti akan terjadi’.”[1]
Emas Sebesar Telur Lebih Berat daripada Gunung Uhud
Salman al-Farisi
r.a. mengisahkan, “Suatu hari, Rasulullah berkata kepadaku,
‘Mintalah kepada majikanmu untuk bebas, wahai Salman!’ Maka majikanku
membebaskan aku dengan tebusan 40 pohon kurma yang harus aku tanam untuknya dan
40 batang emas.
Kemudian Rasulullah
mengumpulkan para sahabat dan berkata, ‘Berilah bantuan kepada saudara kalian
ini (Salman al-Farisi).’ Mereka pun membantuku dengan memberi pohon (tunas)
kurma. Seorang sahabat ada yang memberiku 5 pohon, ada pula yang 10 pohon. Masing-masing
sahabat memberiku pohon kurma sesuai dengan kadar kemampuan mereka, sampai
terkumpul 40 pohon.
Setelah pohon-pohon
itu terkumpul, Rasulullah berkata kepadaku, ‘Berangkatlah wahai Salman dan
tanamlah tunas kurma itu untuk majikanmu. Setelah selesai datanglah ke mari.’ Dengan
dibantu para sahabat, aku lalu menanamnya. Usai menanam, aku menghadap Rasulullah.
Selanjutnya, Rasulullah keluar bersamaku menuju kebun yang aku tanami kurma itu.
Kami dekatkan tunas kurma itu kepada beliau dan Rasulullah pun meletakkannya di
tangannya. Beliau berdo’a, ‘Demi jiwa Salman yang berada di Tangan-Nya, tidak
ada sebatang pohon pun yang mati dan semua pohon berbuah setiap tahunnya.’
Untuk
tebusan pohon kurma sudah terpenuhi, tetapi aku masih mempunyai tanggungan uang
sebesar 40 batang emas. Tiba-tiba Rasulullah
membawakan emas sebesar telur ayam hasil dari
rampasan perang. Lantas aku dipanggil, beliau berkata, ‘Ambillah emas ini,
gunakan untuk melengkapi tebusanmu, wahai Salman!’
Kemudian
aku pun mengambilnya. Rasulullah telah menolongku dengan emas sebesar telur. Apabila
dibandingkan dengan Gunung Uhud, maka emas ini terasa lebih berat.”[2]
440 Sahabat
Mengambil Kurma Tetapi Kurma Itu tak Berkurang Sedikitpun
Dukain bin Sa'id al-Khats'ami berkata, "Kami mendatangi Rasulullah untuk meminta
makanan, sementara jumlah kami ada empat ratus empat puluh orang. Rasulullah kemudian berkata
kepada Umar, ‘Berdiri dan berilah mereka makanan.’ Umar berucap, ‘Wahai Rasulullah,
aku tidak mempunyai makanan kecuali Qaizh[3] dan Syibyah[4].’ Beliau kembali berkata, ‘Berdiri dan berikanlah mereka
makanan.’ Umar berucap, ‘Baik Rasulullah, aku mendengar dan taat kepadamu.’
Umar lalu berdiri dan kami ikut berdiri bersamanya memasuki ruangan miliknya.
Umar kemudian mengeluarkan kunci dari ikatan kainnya dan membukan pintu. Ternyata
dalam bilik itu terdapat tumpukan kurma yang menyerupai anak unta yang sedang
menderum. Umar berpesan, ‘Ambillah terserah kalian.’ Dan setiap dari kami
mengambil sesuai dengan kebutuhan dan sesuka hati. Setelah kami selesai
mengambil kurma itu, aku menoleh ke kanan dan ke kiri, ternyata aku adalah yang
terakhir dari mereka. Dan seolah-olah kami belum mengurangi sebiji kurma pun
darinya."[5]
[1]Hadits Shahih, HR Bukhari (5/46, 171, 237,
319, 6/462, 463), HR Abu Dawud (2/15), dan HR Al-Nasai (2/127, 128).
[2]Hadits Hasan, HR Ahmad (5/444), Ibnu Hisyam (1/214).
[3]Qaizh adalah sejenis
makanan Arab yang cukup untuk dikomsumsi selama empat bulan.
[4]Sejenis minuman manis yang khas Arab.
[5] HR Ahmad (4/174).
No comments:
Post a Comment