Keinginan yang mendalam untuk memahami kehidupan adalah rahasia sukses orang-orang kreatif.
Leo
Burnett, Miliarder Periklanan
KOTA JAYAPURA, medio April 2013. Beragenda
pertemuan Monitoring Meja Bappeda dengan seluruh SKPD Pemerintah Kota Jayapura
yang langsung dipimpin oleh Walikota Jayapura, Benhur Tomy Mano. Pada
perhelatan itu Benhur Tomy Mano yang akrab disapa Tomy mengaku kecewa terhadap
bawahannya yang masih rendah dan minim realisasi pelaksanaan kinerja Satuan
Kerja Perangkat Derah (SKPD).
“Saya
masih melihat sangat rendah kinerja dan program nyata dari pelaksanaan visi dan
misi saya, yang seharusnya monitoring triwulan pertama sudah mencapai 60
persen,” aku Tomy. Seharusnya, kata dia, Pemerintah Kota Jayapura lebih awal
menyusun APBD 2013 dan lebih awal menyerahkan DPA ke SKPD, Kelurahan, Puskesmas
dan Kepala Sekolah.
Untuk
itu, lanjut Tomy, harus secepatnya direalisasikan karena jika terlambat akan
berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Mengingat, program-program tersebut bersentuhan secara langsung ke
rakyat. “Bila kita menunggu sampai akhir tahun maka kita akan kejar target sehingga
akan membuat fisik dan relaisasi tidak
sesuai dengan kualitas yang kita ingingkan,” ujar Mano.
Bertolak
dari itu, Tomy mendorong SKPD dan seluruh penerima DPA agar segera
meralisasikan program-program yang telah dicanangkan sesuai dengan visi dan
misi serta renstra (rencana strategis) di masing-masing SKPD. “Semua Kepala
Sekolah, Kepala Kelurahan dan Kepala SKPD harus ‘menggenjot’ dan meningkatkan
realiasasinya secara cepat. Setiap bulan harus dilaporkan ke Bappeda dan
Keuangan,” tuturnya.
“Seringakali
saya telah menginstruksikan agar adanya budaya inovasi, kreasi dan pemahaman
Walikota Jayapura di mana saya berlari mereka juga harus ikut berlari untuk mencapai
tujuan idaman demi kesejahteraan warga masyarakat Kota Jayapura,” tegas Tomy
mengenai sikap SKPD yang dinilai masih lamban.
Sementara
itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( Bappeda) Kota Jayapura,
Frans Pekey, mengungkapkan, hingga triwulan pertama, realisasi fisik rata-rata
baru mencapai 1,62 persen dari total kegiatan sebanyak 535 kegiatan di tahun
2013. Terkait realiasi keuangan, lanjutnya, rata-rata baru mencapai 1,94 persen
dari dana sebesar Rp333.714.307.361. Memang relatif kecil.
Menapaki
tahun kedua kepemimpinannya, Tomy tidak mau tinggal diam menghadapi kenyataan
kinerja bawahannya yang kurang menggembirakan. Bersama Wakil Walikota DR. H.
Nur Alam, SE,M.Si, Mano berkomitmen membangun budaya kerja yang baik dengan melanjutkan
penataan kepemerintahan yang lebih baik dengan dukungan kapasitas birokrasi
yang profesional demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Karena
itu, dalam upaya untuk meningkatkan budaya kerja yang lebih baik, menurut Tomy,
perlu dilakukan pembenahan kapasitas birokrasi yang adalah pemimpin di semua
tingkatan sehingga mampu melakukan pelayanan yang secara optimal dan maksimal
kepada warga masyarakat.
Berkaitan
dengan hal itu, Walikota Tomy Mano mengungkapkan bahwa dirinya telah siap
mengganti sejumlah Kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang tidak
edukatif dan kreatif. “Itu hak proregatif saya sebagai Walikota, dan saya telah
melakukan penilaian terhadap sejumlah Kepala SKPD yang tidak bisa bekerja secara
baik, terpadu, dan tidak bisa memanage stafnya secara baik, karena itu dalam
waktu dekat saya akan mengganti mereka, tinggal tunggu waktu saja,”tandas Tomy.
Walikota
Tomy Mano menegaskan, tujuan kepemimpinannya adalah untuk mensejahterakan
rakyat di Kota Jayapura, hadir sebagai pelayan masyarakat. “Jika pemimpin SKPD
tidak melakukan hal-hal baru, untuk apa dipertahankan,” tegasnya.
Menurut
lelaki kelahiran Tobati tanggal 30 April 1965 ini, ketidak-selarasan antara
ucapan dan tindakan akan mengakibatkan warga masyarakat tidak percaya terhadap
pemimpinnya. Dia berharap pemimpin yang bekerja di Kota Jayapura harus
menunjukkan integritasnya melalui pencapaian kinerja secara maksimal dengan
mengerahkan segala kemampuan dan sumber daya yang dimiliki serta berupaya untuk
tertib dalam segala hal.
Kristalisasi Filosofi
Melayani
Walikota
Benhur Tomy Mano merasa tidak perlu mengajarkan hal-hal yang bersifat teknis
atau doktriner dalam hal pelayanan kepada warga masyarakat. Yang diajarkannya
adalah filosofi pelayanan. “Mereka sudah bekerja puluhan tahun di sini, masa
belum bisa melayani,” ujarnya suatu kali. Prinsipnya, benak para aparatur sudah
cukup dibebani dengan berbagai tugas di lingkup kerjanya, jadi tidak perlu lagi
menghafal bagaimana cara menyapa warga masyarakat yang datang. Dengan memahami
filosofi pelayanan, orang akan mampu mengembangkan sendiri sikap melayani
sebagai personal trait.
Bahwa
sikap (attitude) mempengaruhi semua
hal. Sikap yang baik akan membuka pintu, membuat orang tersenyum, membuat orang
gembira, dan membuat orang ingin melakukan hal-hal yang baik pula kepada kita.
Tidak
segan-segan Walikota Tomy Mano mengundang aparatur yang kurang memberikan
pelayanan yang baik untuk berbicara empat mata. Dia mengajarkan personal grooming, bagaimana berpakaian
yang rapi, merawat kebersihan, sehingga warga masyarakat merasa senang
berhadapan dengan aparatur yang rapi, bersih dan ramah.
Benhur
Tomy Mano tidak sebatas mengajari dan memberi teladan kepada aparatur tentang service behavior yang spesifik. Lebih
daripada itu, dia mengajak segenap aparatur Pemerintah Kota Jayapura untuk
mencintai pekerjaan masing-masing. Dalam satu cerita sufistik, dikisahkan
tentang seseorang yang membuat minuman anggur sembari menggerutu, sehingga
minuman itu rasanya lebih mirip cuka yang asam. Orang yang mencintai
pekerjaannya akan melakukan pekerjaannya dengan baik sepenuh hati.
Semua
agama besar di dunia mengajarkan konsep bahwa melayani bukanlah pekerjaan yang
hina atau rendah. Sebaliknya, melayani adalah pekerjaan yang luhur. Dalam
kapasitas kita masing-masing, kita akan selalu melakukan pelayanan. Melayani
adalah sifat Tuhan, kata Tomy Mano. Tuhan melayani manusia 24 jam sehari serta
tujuh hari dalam sepekan. Tuhan tidak pernah berhenti melayani umatnya, memberi
maaf, memberi cinta kasih, memberi berkat dan rahmat. Cinta kasih kita kepada
sesama manusia merupakan bukti cinta kasih kita kepada Tuhan Yang Maha Kasih.
“Bagaimana kita bisa mencintai Tuhan yang tidak tampak, bila kita tidak bisa
mencintai orang yang tampak di sekeliling kita,” ujar Tomy Mano.
Sebagai
umat Kristiani, Tomy Mano meyakini benar prinsip kepemimpinan ajaran Alkitab
yang bertumpu pada sikap melayani. Alkitab mengajarkan bahwa kepemimpinan
(rohani) adalah kepemimpinan yang menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa. Identitas pemimpin Kristen adalah sebagai “hamba.” Kepemimpinan Kristen
bukan untuk mencari keuntungan, baik materi maupun non-materi, melainkan untuk
pelayanan (Lukas 22:26). Dalam Perjanjian Lama, para raja bukan untuk
meninggikan diri atas rakyat (Ulangan 17:20). Korah ditegur dan dihukum lantaran
sikap kepemimpinan yang mengutamakan kedudukan (Bilangan [Kitab Bilangan]
16:933). Paulus memandang jabatan rasul bukan untuk kemuliaan dirinya,
melainkan untuk bekerja keras dalam pelayanan (2Korintus 11-12; 1Korintus
15:910). Para penatua gereja dipanggil untuk menggembalakan dan memelihara umat
Allah (Ibrani 13:17; 1Petrus 5:23). Yesus mengajarkan kepemimpinan sebagai
“menjadi hamba” dan Dia menegaskannya melalui keteladanan-Nya (Markus 10:3545).
Masih
menurut ajaran Alkitab, Walikota Tomy Mano meyakini bahwa kepemimpinan
harus menempatkan posisinya di bawah
kontrol Kristus. Seorang pemimpin Kristen bukan menjadi orang nomor satu dalam
gereja, sebab Kristus adalah Kepala Gereja. Ia memimpin namun juga dipimpin
oleh Pemimpin Agung, Tuhan Yesus (Yohanes 13:13). Dengan demikian kerendahan
hati dalam kepemimpinannya akan riil dalam praktiknya. Kerendahan hati yang
melihat baik kebenaran tentang dirinya maupun keterbukaan untuk terus belajar
akan kepemimpinan yang lebih baik, termasuk keunggulan dalam orang lain.
Kemudian,
sebagai pemimpin pembaharu (agen perubahan), Walikota Tomy Mano menyandarkan
model kepemimpinan yang berdasarkan pada karakter yang baik. Kepemimpinan
Kristen sangat menekankan pada karakter yang teruji. Otentisitas kepemimpinan
Kristen bergantung pada ketaatannya kepada Kristus dan meneladani Kristus.
Dengan otentisitas tersebut maka kepemimpinan Kristen memiliki legitimasi dan
otoritas untuk memimpin.
Sekali
lagi, sebagai umat Kristiani, Benhur Tomy Mano juga menerapkan prinsip
kepemimpinan yang bergantung pada Roh Kudus. Pemimpin Kristen bukan dilahirkan
atau dibentuk melalui usaha manusia, melainkan kemampuannya terutama karena
karunia Roh Kudus (Roma 12:6; 1Korintus 12:7). Karunia kepemimpinan adalah satu
dari banyak karunia rohani dalam gereja. Sebab itu, kemampuan kepemimpinan
rohani harus bersandar pada Roh Kudus.
Dalam
memimpin masyarakat Kota Jayapura untuk mencapai kemajuan, Walikota Tomy Mano
mengaplikasikan kepemimpinan yang berdasarkan pada motivasi Kristen.
Kepemimpinan sekuler pada umumnya berdasarkan kekuatan manusiawi dan bertujuan
untuk meraih keuntungan pribadi (Markus 10:42). Sedangkan kepemimpinan rohani
harus menanggalkan pementingan diri dan motivasinya demi kepentingan orang lain
dan kemuliaan Tuhan. Karena itu, dia dimotivasi oleh kasih Kristus.
Dan,
dalam upaya terus memajukan masyarakat Kota Jayapura, kepemimpinan Benhur Tomy
Mano mendasarkan otoritasnya pada pengorbanan. Sebab itu, pemimpin (Kristen)
yang sejati disebut “pemimpin pelayan” (a
servant leader). Cacat terdalam dalam kepemimpinan sekuler berakar pada
arogansi yang membuatnya bertindak dominan berdasarkan rasa superioritas. Yesus
mengajarkan bahwa ciri khas dan kebesaran pemimpin spiritual terletak bukan
pada posisi dan kuasanya, melainkan pada pengorbanannya. Hanya melalui sikap-tindak
melayani, seseorang menjadi besar (Markus 10:43-44). Pemimpin yang memberi
keteladanan dan pengorbanan akan memiliki wibawa spiritual untuk memimpin orang
lain.
Dalam
iman Kristen, Benhur Tomy Mano meyakini benar ketegasan Yesus soal kepemimpinan
yang bertumpu pada religiusitas dan kepemimpinan sekuler. Yesus menegaskan
adanya perbedaan esensial antara pemimpin Kristen dan pemimpin sekuler dengan
menyatakan, "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa
memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan
kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu.
Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia
menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:42-45).
Benhur
Tomy Mano berusaha menanamkan (kristalisasi) benar nilai, sikap dan tindak
melayani kepada segenap jajaran aparatur Pemerintah Kota Jayapura. Dia berupaya
menanamkan melalui berbagai media, forum dan kesempatan berkomunikasi dengan
seluruh jajaran aparatur Pemerintah Kota. Dari sana lah dia ingin segenap
aparatur, perlahan namun pasti, semakin memahami arti penting sikap dan tindak
melayani warga masyarakat. Dengan begitu, tidak hanya warga masyarakat yang
merasa nyaman berurusan dengan aparatur birokrasi namun juga pada investor dan
kalangan usahawan yang hendak berpartisipasi menggerakkan roda pembangunan di
wilayah ibukota Provinsi Papua tersebut.
Membangun Kerjasama
dan Soliditas Tim
Dengan
kristalisasi kultur melayani, Walikota Benhur Tomy Mano menegaskan, Pemerintah
Kota Jayapura mengusung sekaligus membumikan visi membangun Jayapura sebagai
kota yang bersih, indah dan nyaman, modern, mandiri, bersatu dan sejahtera
berbasis kearifan lokal.
Visi
itu kemudian diejawantahkan ke dalam misi: 1) mewujudkan Kota Jayapura yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) mewujudkan Kota Jayapura yang Beriman:
bersih, indah, aman dan nyaman; 3) mewujudkan Kota Jayapura yang modern,
mandiri, bersatu dan sejahtera; 4) mewujudkan Kota Jayapura sebagai pusat jasa,
perdagangan, pendidikan dan pariwisata; 5) mewujudkan Kota Jayapura yang
berbudaya dalam arti, menghargai nilai-nilai kearifan lokal yang
berperikemanusiaan dan berkeadilan; dan 6) mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik dan bersih.
Langkah
membenahi aparatur Pemerintah Kota Jayapura tidak lain merupakan bagian dari
upaya Walikota Benhur Tomy Mano untuk mengukur bagaimana segenap aparatur
Pemkot memahami visi dan misi yang telah digariskan dan disepakati bersama.
Kita ingat pemikiran pakar kepemimpinan Jack Welch tentang bagaimana
mengelompokkan kemampuan dan sikap karyawan (termasuk pula aparatur sebagai
karyawan pemerintahan) dan kemudian dari pengelompokan tersebut dibuat rencana
pemberdayaan.
Menurut
Jack Welch, terdapat empat tipe orang dalam kaitannya sebagai sumber daya
manusia (SDM) di sebuah lembaga atau instansi, yaitu:
Kompetensi
|
Visi
|
Rencana
Pemberdayaan
|
Tidak kompeten
|
Tak sevisi
|
>dipersilakan
keluar
|
Tidak kompeten
|
Sevisi
|
>diberi bekal
pelatihan atau pembelajaran
|
Kompeten
|
Tak sevisi
|
>dipersilakan
keluar
|
Kompeten
|
Sevisi
|
>dipersiapkan
menjadi future leaders
|
Kendati
diakui, bahwa prinsip rumusan Jack Welch tersebut terasa terlalu keras bila
diterapkan secara konsisten di Indonesia –tak terkecuali di Kota Jayapura.
Namun setidaknya dapat dijadikan sebagai reference
point buat menunjukkan betapa pentingnya bagi semua karyawan (tak
terkecuali aparatur pemerintahan) untuk terlebih dulu menyamakan visi. Karena
itu, Walikota Benhur Tomy Mano berusaha meluangkan waktu untuk berdialog (salah
satu di antaranya melalui sidak) dengan staf dan aparatur pemerintahan kota
dalam rangka sharing vision and values.
Visi
merupakan alat yang paling ampuh untuk melakukan alignment (penyelarasan) terhadap semua sumber daya yang dimiliki
oleh lembaga (termasuk pemerintahan). Bilamana sumber daya tidak dapat
disatu-arahkan buat mencapai visi, maka sumber daya itu harus disingkirkan atau
disesuaikan. Kita tidak perlu lagi membuang-buang waktu. Secara simplistis,
pertanyaan yang kita ajukan adalah: are
you with me, or are you not with me.
Sampai
batas-batas tertentu, Benhur Tomy Mano sependapat dengan pemikiran Jack Welch
yang tidak terlalu peduli dengan action
plan dan strategic plan. Tapi,
prinsip yang ingin dikembangkan oleh Benhur Tomy Mano adalah bahwa visi lebih
penting daripada rencana. Vision-driven
instead of plan-driven. Visi yang besar membuat semua orang tertantang
untuk bergerak maju.
Dalam
kompetisi yang sangat ketat dewasa ini, bila kita terlalu terpaku pada
rencana-rencana –baik rencana tahunan maupun lima tahunan—kita akan terlalu
gampang terjebak pada rutinitas untuk sekadar melakukan pekerjaan berdasarkan
rencana-rencana di atas kertas. Kita lupa menyimak perkembangan di luar yang demikian
cepat berubah. Boleh jadi peta konsumsi telah berubah, barangkali peta
kompetisi pun sudah bergeser, sementara kita berpikir bahwa pekerjaan kita
beres dikerjakan sesuai dengan rencana kerja awal.
Walikota
Benhur Tomy Mano percaya pula bahwa visi dan misi merupakan alat pemersatu yang
kuat dalam setiap lembaga. Passion comes
from a direct connection to purpose. Karyawan (aparatur) yang memahami dan
menghayati visi dan misi lembaga adalah karyawan yang gampang dimobilisasi
untuk melakukan perubahan guna mencapai sasaran-sasaran lembaga. Dan karyawan
yang mudah diajak bekerja-sama dan bersama bekerja dalam soliditas tim yang
kuat.
Bukan
saja lantaran Benhur Tomy Mano sadar bahwa waktunya di institusi Pemerintah Kota
Jayapura relatif tidak akan terlalu lama, namun upaya untuk menyamakan visi
memerlukan prioritas tinggi dan harus dilakukan dalam waktu singkat guna
memperoleh hasil yang optimal. Visi adalah satu hal yang tampaknya sepele,
tetapi berdampak sangat besar. Visi itu bagai virus. Virus yang bahkan tak
tampak oleh mata dapat membuat tubuh orang yang paling kuat sekalipun menggigil
dan tak mampu berdiri. Kecepatan virus mewabah juga luar biasa. Dalam sebuah
epidemi penyakit yang disebabkan oleh virus, kita melihat bahwa perubahan terjadi
secara drastis, bukan secara gradual.
Tomy
Mano ingin proses menyamakan visi menjadi seperti penyebaran virus. Social epidemics bisa bertingkah laku
sama dengan epidemi penyakit. Tetapi, sebagaimana virus, harus ada media untuk
menularkannya. Kita memerlukan messengers
dan connectors untuk membuat virus
visi ini secara cepat dan serentak mendemamkan semua orang (aparatur) di
pemerintahan Kota Jayapura.
Pemerintahan
Kota Jayapura sudah terlalu lama tidur. Sebagai orang yang telah lama berkarir
di lingkungan Pemerintah Kota Jayapura, Benhur Tomy Mano menyadari bahwa lembaga
ini harus segera dihentakkan bangun, dan digoyang dengan irama yang membuat
orang tidak berhenti bekerja. Mereka tidak lagi mimpi sendiri-sendiri dalam
tidur nyenyak mereka, tetapi mengejar impian bersama secara bersama pula.
Fokus Menggali
Potensi
Upaya
pengelolaan pemerintahan yang baik tidak semata-mata bertujuan demi perbaikan
kualitas aparatur dan kerja sama antar-unit pemerintahan. Hal ini diharapkan
mampu memantik perwujudan masyarakat yang sejahtera dan mandiri melalui
pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal. Untuk itu Walikota
Benhur Tomy Mano memfokuskan pembangunan wilayah Kota Jayapura di sektor perdagangan,
industri, jasa dan pariwisata.
Fokus
menjadi faktor penting dalam menggapai keberhasilan suatu proses pembangunan.
Dalam arti umum, fokus adalah sesuatu yang secara terus-menerus
dikonsentrasikan kepada satu kegiatan. Dan, peranannya sangat penting bagi
kehidupan manusia karena fokus memberikan energi dan kekuatan pada hampir semua
hal. Pemerintahan yang fokus akan sangat kokoh dan dipercaya oleh warga
masyarakat. Secara luas, masa depan bisnis, pekerjaan atau karir seseorang
tergantung pada fokus yang ia berikan pada hal tersebut. Kalau tidak fokus maka
ia tidak akan memperoleh apa-apa.
Penulis
kenamaan John C. Maxwell, dalam bukunya yang berjudul The 21 Indispensable Qualities of a Leader, menjelaskan bahwa kunci
untuk memiliki fokus adalah tahu prioritas dan memiliki konsentrasi. Seseorang,
terlebih bila ia seorang pemimpin, yang mengetahui prioritas namun kurang
konsentrasi melaksanakan apa yang harus dilaksanakannya, maka ia tidak akan
mencapai keberhasilan. Sebaliknya, seseorang yang memiliki konsentrasi tapi
tidak mempunyai prioritas maka ia tidak akan mengalami kemajuan yang berarti.
Bila ia mengetahui prioritas dan memiliki konsentrasi maka ia berpotensi
menggapai hal-hal besar. Untuk fokus, misalkan, kita sebaiknya membagi sebagai
berikut: 70 persen untuk hal-hal yang kita kuasai, 25 persen untuk hal-hal
baru, dan 5 persen untuk kelemahan kita. Jadi, sebagian besar kita fokus pada
apa yang dapat kita kerjakan secara baik yang akan membuat kita sukses.
Curahkan waktu, energi, serta sumber daya untuk bidang yang sesuai dengan talenta
(potensi) yang ada dalam diri kita.
Sekali
lagi, kunci fokus adalah prioritas dan konsentrasi. Lantas, apa fokus Walikota
Benhur Tomy Mano dalam langkah membangun Kota Jayapura kini dan ke depan.
Setelah mendengarkan, berpikir dan menilai, Walikota Benhur Tomy Mano
memprioritaskan sektor perdagangan dengan konsentrasi mensinergikan kelompok
usaha kecil, kelompok menengah dan kelompok usaha besar, serta menarik
investasi.
Mulai
tahun 2012, Pemerintah Kota Jayapura berusaha memfokuskan diri pada implementasi
Program Kota Layak Investasi. Program Kota Layak Investasi ini merupakan sistem
pembangunan kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan
dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak ekonomi dan
kesejahteraan warga masyarakat. Pengembangan Kota Layak Investasi ini
diprioritaskan pada:
·
Identifikasi
proyek-proyek investasi yang mempunyai prospek bisnis yang menguntungkan dan
menarik.
·
Membuat
studi kelayakan terhadap setiap proyek.
·
Menawarkan
proyek-proyek investasi tersebut secara aktif kepada para investor potensial,
baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
·
Menghilangkan
hambatan-hambatan (barriers) serta
menyederhanakan prosedur investasi di Kota Jayapura.
Selain
itu, untuk tahun 2012-2016, arah kebijakan Pemerintah Kota Jayapura tetap fokus
mendukung program-program menuju kota metropolitan dengan kebijakan sebagai
berikut: pertama, Merencanakan pengembangan
kawasan perdagangan dan jasa melalui program-program yang akan dilaksanakan
oleh SKPD yang terkait. Kedua,
Mengefektifkan Industri Batik Papua sebagai media pengembangan industri dan
pariwisata yang cukup menarik di Kota Jayapura.
Beberapa
fokus lainnya yang juga penting adalah: Mendukung pencapaian Millenium
Development Goal’s 2015, Pemberian beasiswa bagi siswa tidak mampu, Bantuan
peningkatan dan kualitas dan kesejahteraan guru, Pembangunan dan perbaikan
sarana dan prasarana transportasi, dan Penataan ruang dan pengembangan wilayah.
Secara
agak makro, Walikota Benhur Tomy Mano memfokuskan pembangunan Kota Jayapura
pada pembangunan infrastruktur, pembinaan mental-spiritual, peningkatan skill aparatur dalam memberikan
pelayanan masyarakat dan menempatkan aparatur sesuai dengan kemampuan serta
kapasitas yang mereka miliki.
Pembinaan
mental, demikian penjelasan Benhur Tomy Mano, dilakukan melalui tokoh-tokoh
agama dan tokoh masyarakat sehingga diharapkan mampu menyentuh akar
permasalahan. “Tokoh agama ini bisa lewat gereja, masjid, atau perkumpulan
keagamaan, di mana kita perlu melakukan pembinaan masyarakat agar kembali
kepada UUD 1945 dan Pancasila. Karena di dalam Pancasila terdapat bhinneka
tunggal ika. Saya melihat belakangan ini Pancasila dan UUD 1945 mulai
ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak nilai utama yang terkandung
dalam Pancasila yang harus kembali kita eja-wantahkan sehingga masyarakat
menjadi tertib, adil dan makmur,” tegas Benhur Tomy Mano.
Sekali
lagi, Benhur Tomy Mano berusaha memimpin masyarakat Kota Jayapura dengan segala
daya upaya membentuk tim yang tangguh, pemimpin yang yang aktif sebagai agen
perubahan, pemimpin yang kreatif di tengah keterbatasan, dan pemimpin yang
mampu mentransformasikan nilai-nilai adaptif di tengah arus kuat perubahan
zaman. ***
No comments:
Post a Comment