Selain
distribusi dokter yang belum merata, jumlah dokter yang masih minim pun dirasa
menjadi kendala utama dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Ide
untuk memboyong dokter asing pun mulai muncul ke permukaan.
Ide
tersebut disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Hasbullah Thabrany. Menurutnya, kebutuhan mendesak akan adanya
tenaga dokter spesialis di tanah air bisa terpenuhi dari impor dokter. Sebab,
akan diperlukan waktu yang cukup lama jika hanya mengandalkan
"olahan" perguruan tinggi.
Saat
ini, menurutnya, Indonesia hanya memiliki sekitar 25 ribu dokter spesialis.
Padahal kebutuhan dokter spesialis ini mencapai 45 ribu. Akibatnya, banyak
kasus yang membutuhkan penanganan spesialis seperti jantung, kanker, stroke dan
penyakit lainnya yang tak tertolong.
"Belum
lagi dokter-dokter tersebut hanya ada di kota-kota besar. Padahal sasaran JKN
kan merata seluruh Indonesia," ujarnya di Jakarta, kemarin (7/3/2014).
Hasbulloh
mengatakan, impor dokter ini pun tidak akan dilakukan secara asal.
Dokter-dokter yang diboyong dari luar negeri harus memiliki kemampuan yang
benar-benar mumpuni. Tak hanya itu, mereka juga harus mau ditempatkan di
daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Sementara
itu, mengenai ketakutan dokter lokal atas persaingan yang akan terjadi,
Hasbulloh secara terang-terangan mengatakan bahwa hal itu tidak perlu terjadi.
Dengan adanya dokter asing ini, kata dia, justru dapat dijadiakan pacuan untuk
bersaing dengan baik.
"Seharusnya
tidak perlu takut, justru itu bisa dijadikan pacuan. Mereka bisa menunjukkan
kualitas terbaik mereka," katanya.
Pemerintah
pun dimintanya tidak mempersulit kemungkinan ini. Sebab, kebutuhan dokter
spesialis saat ini sangat penting bagi pelaksanaan JKN.
Berbeda
dengan Hasbulloh, pihak pemerintah masih kekeuh untuk menolak impor dokter ini.
Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan, masalah ini sebaiknya
bisa diatasi oleh Indonesia sendiri. Meski dikatakan mendesak sejalipun.
"Tidak
perlu impor dari asing, bahkan Indonesia selama ini mendidik dokter-dokter
asing. Kenapa tidak mendidik sendiri," tandasnya.
Untuk
distribusi sendiri, ia mengklaim hal itu merupakan kewenangan pemerintah pusat.
Meski hingga kini masih belum sepenuhnya tercapai. "Paling tidak untuk empat
spesialis dasar sehingga terjadi pemerataan tidak kebanyakan di kota
besar," katanya.
Sebelumnya,
pemerintah menyatakan bahwa kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan
dokter umum dilayanan primer. Namun menurut Hasbulloh, dokter di layanan primer
saat ini sudah sangat cukup. "Yang harus diperbaiki itu kapitasi untuk
mereka, bukan penambahan jumlah mereka," tandasnya. (www.jpnn.com)
No comments:
Post a Comment