Thursday, March 27, 2014

Kesembuhan Al-Bukhari Berkat Doa Ibunya



 Ahmad bin al-Fadhl al-Balkhi bercerita, "Kedua mata Muhamad bin Ismail al-Bukhari buta waktu dia kecil. Lalu dalam mimpi, ibunya melihat Nabi Ibrahim al-Khalil a.s. berkata, "Allah akan mengembalikan penglihatan anakmu karena tangisan dan doamu yang banyak." Pagi harinya, Allah  SWT telah mengembalikan penglihatannya.[1]

Kesembuhan Seorang Ibu yang Lumpuh Berkat Doa Ahmad bin Hanbal
Seorang laki-laki meriwayatkan, "Aku mempunyai ibu yang lumpuh selama 20 tahun. Lalu ibunya berpesan, "Pergilah ke tempat Ahmad bin Hanbal dan mintalah agar dia mendoakan aku."
Ketika laki-laki tiba di depan rumahnya, Ahmad bin hanbal bertanya, "Siapa itu?"
Laki-laki itu menjawab, "Seorang dari kampung anu yang diminta oleh ibunya yang lumpuh sejak lama agar aku memintamu berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya." Lalu laki-laki itu mendengar suara orang yang marah, "Kami lebih berhak untuk kalian doakan."
Kemudian ketika laki-laki itu mau pulang, tiba-tiba keluar seorang nenek dari dalam rumah Ahmad bin Hanbal dan bertanya, "Kau tadi yang aku ajak bicara?"
Laki-laki itu menjawab, "Ya."
Nenek tersebut berkata, "Aku tadi meninggalkannya (Ahmad bin Hanbal) sedang berdoa kepada Allah SWT."
Laki-laki itu berkata, "Aku segera pulang. Ketika sampai pintu rumahku, ibuku keluar dengan berjalan.” Ibunya laki-laki itu mengucap, "Allah SWT telah memberiku kesembuhan."

Doa Imam Malik
Dari al-Abbas bin Raziq al-Sulami, dia bertemu Imam Malik. Dia bercerita, "Seorang wanita terkena penyakit beri-beri di perutnya dan terus bertambah parah.” Lalu wanita itu menemui Imam malik dan memohon, "Wahai Abu Yahya, berdoalah kepada Allah untukku." Kemudian Imam Malik berkata, "Kalau aku berada di majlis maka berdirilah agar aku bisa melihatmu." Lantas wanita itu datang menemui Imam Malik di majlis. Selanjutnya Imam Malik berkata kepada murid-muridnya, "Wanita ini terkena musibah seperti yang kalian lihat. Dia meminta bantuan kita, maka berdoalah kalian kepada Allah untuk kesembuhannya." Dan Imam Malik berdoa, "Wahai Yang Memiliki Pemberian, wahai Yang Maha Agung, wahai Yang tidak ada Tuhan selain Engkau, sembuhkan wanita itu dan berilah dia kemudahan." Lalu perut wanita itu kempis dan sembuh. Sehingga dia bisa berbicara dengan wanita kaumnya.[2]

Melihat Kembali
Dari Syu'aib bin Mahraz, dia berkisah, "Pada zaman Muhamad bin Sulaiman bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas disebutkan kepadaku bahwa seorang wanita yang semula buta, kembali melihat pada malam ke-24 bulan Ramadhan. Lalu aku menemuinya di rumah Musa al-Muhtasib di Basrah.
Wanita itu berkata, "Duduklah sampai aku menemuimu." Lalu dia keluar sambil mengetuk pintu dengan pipinya lantas mengeluarkan matanya seakan-akan itu mata kijang dan dia tidak apa-apa. Syu’aib bertanya, "Ibu, dengan apa kau berdoa kepada Allah SWT?" Wanita itu menjawab, "Aku shalat pada permulaan malam di masjid kampungku sampai waktu sahur, lalu aku shalat di masjid rumahku, lantas aku berdoa kepada Allah SWT, ‘Wahai Yang Menghilangkan penyakit Ayub, wahai Yang Mmengasihi ketuaan Syu'aib, kembalikanlah penglihatanku’." Lalu wanita itu mengaku, "Seakan-akan ada orang yang mencopot mataku dan aku bisa melihat kembali."[3]

Allah SWT Memberinya Kemudahan
Sebagian mereka (laki-laki) berkata, "Aku memiliki seorang anak perempuan dan kedua matanya putih karena penyakit cacar, hal itu membuat kami resah. Lalu aku datang ke Abu al-Fadhl Yusuf bin Masrur, budak Najm al-Shairafi dan aku menemukannya tengah tersesat dan dia meletakkan kepalanya antar dua lengannya. Aku memberi salam kepadanya dan menceritakan kisahku.”
Lalu Abu al-Fadhl berkata, "Besok pada waktu seperti ini, bawa anak itu ke sini." Laki-laki itu beranjak darinya lalu terdengar suara, "Kamu tersesat." Kemudian suara itu berteriak kepada laki-laki itu, "Jangan kau menggerak-gerakkannya dan jangan kau bawa dia ke sini. Allah akan memberinya kesembuhan dengan cara yang dia tidak ketahui dan tidak dia rasakan."
Kemudian aku pulang ke rumah dan aku dapati anakku sedang tidur. Lalu aku membangunkannya dan kedua matanya kubuka dan ternyata lebih indah dari sebelumnya dan tidak ada penyakit lagi."[4]


[1]Thabaqât al-Hanabilah (1/274), Târikh Baghdad (2/10, Imam al-Subki, Thabaqât al-Syafi'yyah (2/216).
[2]Ibn Abi Dunya, Mujâb al-Da'wah (80).
[3]Mujâb al-Da'wah (113).
[4]Al-Gharnathi, Jannah al-Ridha (2/122, 123).

No comments:

Post a Comment