Sunday, March 9, 2014

Rezeki Allah SWT untuk Wanita Arab yang Pandai Bersyair


Diceritakan bahwa satu kaum Arab menanam tanaman, ketika saat panen tiba, penyakit menyerang, tanaman itu musnah dan membuat mereka susah sampai mereka diimpikan. Lalu seorang wanita di antara mereka keluar dan berkata, "Kenapa aku melihat kalian pucat begini, hati kalian mati, Dia Tuhan kita, melakukan apa yang Dia ingin, rezeki kita berasal dari-Nya yang Dia berikan dengan cara apapun." Lalu dia bersenandung:
Kalau gunung di lautan begitu kokoh
Tegak berkumpul licin sisi-sisinya
Jiwa yang Allah beri rezeki, batu itu akan pecah
Sehingga menumpahkan apa yang ada di dalamnya
Atau ada di antara lapisan langit ketujuh
Allah pasti memudahkannya dalam menaiki tangga-tangganya
Sampai jika dia mendapat apa yang telah tertulis untuknya
Dia yang menghampirinya atau rezeki itu yang mendatanginya[1]

Kedermawanan Wanita Arab
Abu al-Hasan al-Madaini berkata, "Al-Hasan, al-Husain dan Abdullah bin Ja'far melakukan ibadah haji. Lalu bekal mereka hilang sehingga mereka kehausan dan kelaparan. Lantas mereka melewati seorang wanita tua di kemahnya. Mereka bertanya, "Apakah ada yang bisa diminum?"
Wanita itu menjawab, "Ya, ada."
Kemudian mereka turun dari untanya. Wanita itu hanya mempunyai seekor kambing betina di sudut kemahnya. Dia berkata, "Peraslah susunya dan minumlah." Dan mereka melakukannya.
Setelah itu mereka bertanya, "Apakah ada makanan?"
Wanita itu menjawab, "Tidak ada. Kecuali kambing ini, sembelihlah kambing itu. Aku akan menyiapkan makan untuk kalian."
Lalu salah seorang di antara mereka menyembelih dan mengulitinya. Kemudian wanita itu menyiapkan makanan untuk mereka. Mereka tinggal sampai penat mereka hilang.
Ketika mereka akan berangkat, mereka berkata kepada wanita itu, "Kami orang dari Quraisy ingin menuju arah ini. Kalau kami pulang dalam keadaan selamat, ketahuilah, kami akan berbuat baik padamu." Kemudian mereka pergi. Lalu datang suami wanita itu dan dia memberitahu suaminya tentang kedatangan mereka dan kambing yang telah dipotong. Suaminya marah dan berkata, "Celaka kau, kau sembelih kambing untuk kaum yang tidak kau kenal, kemudian kau katakan mereka dari Quraisy?"
Abul Hasan bercerita, "Setelah setahun, mereka ada keperluan di Madinah. Lalu mereka masuk ke Madinah, kemudian menjual unta tunggangannya dan hidup dari uang penjualan unta tersebut. Wanita tua ini melewati beberapa jalan Madinah. Lantas dia bertemu dengan al-Hasan bin Ali yang sedang duduk di depan pintu rumahnya. Al-Hasan mengenali wanita itu, tetapi wanita itu tidak mengenalinya. Kemudian dia mengirim utusan pada wanita itu untuk mengundangnya. Lalu Al-Hasan bertanya, "Ibu, apakah kau mengenal aku?" Wanita itu menjawab, "Tidak." Al-Hasan berkata, "Aku tamumu pada hari itu."
Lalu wanita itu berkata, "Demi ayah dan ibuku, kau orang itu?" Al-Hasan menjawab, "Ya." Lalu al-Hasan menyuruh pembantunya dan mereka membelikan 1.000 kambing untuk wanita itu, ditambah uang 1.000 dinar. Lalu dia menyuruh budaknya untuk mengantarkan wanita itu pada al-Husain. Lalu al-Husain bertanya kepada wanita itu, "Berapa saudaraku memberimu?" Wanita itu menjawab, "1.000 kambing dan 1.000 dinar." Lalu al-Husain menyuruh budaknya memberikan jumlah yang sama pada wanita itu dan menyuruh mereka mengantarkannya pada Abdullah bin Ja'far. Abdullah bertanya kepada wanita itu, "Berapa al-Hasan dan al-Husain memberimu?" Wanita itu menjawab, "2.000 kambing dan 2.000 dinar. Lalu Abdullah bin Ja'far menyuruh budaknya memberikan 2.000 kambing dan 2.000 dinar pada wanita itu. Lalu dia berkata kepada wanita itu, "Kalau kau mulai dari aku, aku akan mengikuti mereka berdua." Kemudian wanita tua itu pulang ke tempat suaminya dengan membawa 4.000 kambing dan 4.000 dinar. [2]

Doa di Waktu Sahur
Syu'aits bin Mahraz  meriwayatkan, "Disebutkan kepadaku bahwa pada zaman Muhamad bin Sulaiman bin Ali bin Abdillah bin Al-Abbas, ada seorang wanita yang buta. Lalu matanya sembuh pada malam ke -24 Ramadhan.
Lalu Syu’aits mendatangi wanita itu di rumah Musa al-Muhtasib di Basrah. Wanita itu berkata, "Duduklah sampai aku keluar." Lalu dia keluar dan mengeluarkan matanya seakan-akan itu mata kijang dan dia tidak apa-apa."
Syu’aits bertanya kepadanya, "Wahai ibu, dengan apa kau berdoa kepada Tuhanmu?"
Wanita buta itu menjawab, "Aku melaksanakan shalat pada awal malam di masjid kampung, sampai pada waktu sahur, lalu aku melaksanakannya di masjid rumahku. Kemudian aku berdoa, ‘Wahai yang menyingkap penyakit Ayub, wahai yang mengasihi ketuaan Syu'aib. Wahai yang mengembalikan Yusuf pada Ya'qub, kembalikanlah penglihatanku.’ Katanya lebih lanjut, ‘Seakan-akan ada orang yang menguliti mataku, lalu aku bisa melihat’."[3]


[1]Ibn Abi Dunya, Al-Qana'ah wa al-Ta'affuf (104).
[2]Al-Zabidi, Ittihaf al-Sâdah al-Muttaqin (9/478).
[3]Ibnu Abi Dunya, Mujâb al-Da'wah (113).

No comments:

Post a Comment