Diceritakan bahwa satu kaum Arab menanam tanaman, ketika saat panen tiba, penyakit menyerang, tanaman itu musnah dan membuat mereka susah sampai mereka diimpikan. Lalu seorang wanita di antara mereka keluar dan berkata, "Kenapa aku melihat kalian pucat begini, hati kalian mati, Dia Tuhan kita, melakukan apa yang Dia ingin, rezeki kita berasal dari-Nya yang Dia berikan dengan cara apapun." Lalu dia bersenandung:
Kalau
gunung di lautan begitu kokoh
Tegak
berkumpul licin sisi-sisinya
Jiwa
yang Allah beri rezeki, batu itu akan pecah
Sehingga
menumpahkan apa yang ada di dalamnya
Atau ada di antara lapisan
langit ketujuh
Allah pasti memudahkannya dalam menaiki tangga-tangganya
Sampai jika dia mendapat apa yang telah tertulis untuknya
Dia
yang menghampirinya atau rezeki itu yang mendatanginya[1]
Kedermawanan Wanita Arab
Abu
al-Hasan al-Madaini berkata, "Al-Hasan, al-Husain dan Abdullah bin Ja'far
melakukan ibadah haji. Lalu bekal mereka hilang sehingga mereka kehausan dan
kelaparan. Lantas mereka melewati seorang wanita tua
di kemahnya. Mereka bertanya, "Apakah ada yang bisa diminum?"
Wanita
itu menjawab, "Ya, ada."
Kemudian
mereka turun dari untanya. Wanita itu hanya mempunyai seekor kambing betina di
sudut kemahnya. Dia berkata, "Peraslah susunya dan minumlah." Dan mereka melakukannya.
Setelah
itu mereka bertanya, "Apakah ada makanan?"
Wanita
itu menjawab, "Tidak ada. Kecuali kambing ini, sembelihlah kambing itu.
Aku akan menyiapkan makan untuk kalian."
Lalu
salah seorang di antara mereka menyembelih dan
mengulitinya. Kemudian wanita itu menyiapkan makanan untuk mereka. Mereka
tinggal sampai penat mereka hilang.
Ketika
mereka akan berangkat, mereka berkata kepada wanita itu, "Kami orang dari
Quraisy ingin menuju arah ini. Kalau kami pulang dalam keadaan selamat,
ketahuilah, kami akan berbuat baik padamu." Kemudian mereka pergi. Lalu datang
suami wanita itu dan dia memberitahu suaminya tentang kedatangan mereka dan
kambing yang telah dipotong. Suaminya marah dan berkata, "Celaka kau, kau
sembelih kambing untuk kaum yang tidak kau kenal, kemudian kau katakan mereka
dari Quraisy?"
Abul
Hasan bercerita, "Setelah setahun, mereka ada keperluan di Madinah. Lalu
mereka masuk ke Madinah, kemudian menjual unta tunggangannya dan hidup dari
uang penjualan unta tersebut. Wanita tua ini melewati beberapa jalan Madinah.
Lantas dia bertemu dengan al-Hasan bin Ali yang sedang duduk di depan
pintu rumahnya. Al-Hasan mengenali wanita itu, tetapi wanita itu tidak
mengenalinya. Kemudian dia mengirim
utusan pada wanita itu untuk mengundangnya.”
Lalu Al-Hasan bertanya, "Ibu, apakah kau mengenal
aku?" Wanita itu menjawab, "Tidak." Al-Hasan berkata, "Aku
tamumu pada hari itu."
Lalu
wanita itu berkata, "Demi ayah dan ibuku, kau orang itu?" Al-Hasan menjawab, "Ya." Lalu al-Hasan menyuruh
pembantunya dan mereka membelikan 1.000 kambing untuk wanita itu,
ditambah uang 1.000 dinar. Lalu dia menyuruh budaknya untuk mengantarkan wanita
itu pada al-Husain. Lalu al-Husain bertanya kepada wanita itu, "Berapa
saudaraku memberimu?" Wanita itu menjawab, "1.000 kambing dan 1.000
dinar." Lalu al-Husain menyuruh budaknya memberikan jumlah yang sama pada
wanita itu dan menyuruh mereka mengantarkannya pada Abdullah bin Ja'far. Abdullah
bertanya kepada wanita itu, "Berapa al-Hasan dan al-Husain memberimu?"
Wanita itu menjawab, "2.000 kambing dan 2.000 dinar.” Lalu Abdullah bin Ja'far menyuruh budaknya memberikan 2.000 kambing
dan 2.000 dinar pada wanita itu. Lalu dia berkata kepada wanita itu,
"Kalau kau mulai dari aku, aku akan mengikuti mereka berdua."
Kemudian wanita tua itu pulang ke tempat suaminya dengan membawa 4.000 kambing
dan 4.000 dinar. [2]
Doa di Waktu Sahur
Syu'aits
bin Mahraz meriwayatkan, "Disebutkan
kepadaku bahwa pada zaman Muhamad bin Sulaiman bin Ali bin Abdillah bin
Al-Abbas, ada seorang wanita yang buta. Lalu matanya sembuh pada malam ke -24
Ramadhan.”
Lalu
Syu’aits mendatangi wanita itu di rumah Musa al-Muhtasib di Basrah. Wanita
itu berkata, "Duduklah sampai aku keluar." Lalu dia keluar dan
mengeluarkan matanya seakan-akan itu mata kijang dan dia tidak apa-apa."
Syu’aits bertanya kepadanya, "Wahai ibu, dengan apa kau berdoa kepada
Tuhanmu?"
Wanita buta itu menjawab, "Aku melaksanakan shalat pada awal malam di
masjid kampung, sampai pada waktu sahur, lalu aku melaksanakannya di masjid
rumahku. Kemudian aku berdoa, ‘Wahai yang menyingkap penyakit Ayub, wahai yang
mengasihi ketuaan Syu'aib. Wahai yang mengembalikan Yusuf pada Ya'qub,
kembalikanlah penglihatanku.’ Katanya lebih lanjut, ‘Seakan-akan ada orang yang
menguliti mataku, lalu aku bisa melihat’."[3]
No comments:
Post a Comment